Jawa Barat diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum.
Begitulah kata-kata dari orang Eropa.
Kata-kata itu ada benarnya juga, dan apabila kita selidiki
memang cukup beralasan. Tak perlu jauh dari pusat ibu kota Jawa Barat, Kota
Bandung dan sekitarnya saja sudah bisa membuat kita betah dan nyaman. Kota yang
dilingkupi pegunungan yang cukup sejuk udaranya. Tapi itu dulu, kalau sekarang
Bandung bukan lagi kota yang sejuk. Bahkan dibeberapa tempat di kota ini
rasanya sudah seperti di beberapa bagian dari Pantura, yang panas.
Seingat saya dahulu kala dikota kembang ini, suasananya
memang terasa lebih nyaman dibanding sekarang ini. Terutama soal polusi udara
dan kesejukannnya. Entah mungkin karena imbas dari pemanasan global atau justru
kota ini menjadi salah satu penyebab adanya penomena pemanasan global tersebut.
Saya kira keduanya adalah tidak bertentangan dan benar adanya. Keduanya saling sebab
akibat. Industrialisasi dan meledaknya populasi manusia semua itu telah menjadi
bagian dari penyumbang utama pemanasan dunia ini.
Populasi manusia yang mendiami pelosok bumi ini, semakin
hari semakin bertambah banyak. Hal itu tentu berakibat kepada bertambahnya
kebutuhan umat manusia akan ketersediaan sumberdaya-sumberdaya alam, energi dan
sumber pangan. Kesemua hal tersebut ujung-ujungnya adalah pembabatan hutan
alami menjadi areal pertanian, persawahan, permukiman dan juga industri.
Akibatnya adalah tutupan hutan menjadi semakin berkurang, maka tak heran bumi
inipun menjadi semakin panas. Ini juga mungkin sudah menjadi bagian dari
penuaan bumi dan kalau sudah semakin tua maka logisnya adalah sudah renta dan mendekati
akhir hayatnya.
Bumi beserta isinya semuanya tentu ber ketergantungan pada
ruang dan waktu maka karenanya mereka itu ada umurnya atau berumur. Setiap yang
berumur sudah niscaya akan ada akhir umur yaitu kebinasaan atau kematian atau
kiamat. Ya rupanya kita semakin percaya bahwa saat kiamat akan semakin mendekat
dan tak mungkin semakin menjauh.
Bandung pun sama, semakin kesini nampaknya sudah semakin
renta, terutama dalam hal kondisi alamnya yang tak sesegar dahulu kala. Semakin
kering dan semakin tak seimbang.
Apakah keadaan ini tidak mungkin lagi bisa diperbaiki
sehingga bisa menjadi seperti dahulu kala...?. ......agar
keseimbangan alam bisa terwujud kembali.
Dan kita tak bisa berlepas tangan akan
hal tersebut, kita harus ada pengorbanan individu untuk kepentingan yang lebih
penting lainnya yaitu kelestarian lingkugan hidup. Itu adalah penting agar
ketersediaan oksigen yang cukup tentu berguna untuk kesehatan kita dan anak
cucu kita.
Semua hal yang berguna untuk keseimbangan alam ini adalah lebih
penting dibanding kepemilikan barang-barang konsumtif yang hedonis, seperti
barang-barang elektronik maupun barang-barang yang sebenarnya bukan hal yang
mutlak harus kita miliki. Atau rumah kedua, rumah ketiga dst, itu semua hanya
akan menjadi beban lingkungan yang berakibat pemanasan global tersebut.
Inilah perlunya visi dan misi yang baik dari para pemangku
kepentingan dari pihak legislatif maupun eksekutif. Yang juga didukung oleh
kesolehan sosial dari seluruh lapisan masyarakat kita.
Jikalau hal tersebut sudah tumbuh dan kita miliki, tentunya
hal tersebut akan kembali dapat kita nikmati secara bersama terutama dalam hal
ketersediaan air bersih, ketersediaan udara yang bersih dan sejuk juga
lingkungan tempat kita beraktifitas menjadi semakin nyaman dan sehat. Hal
seperti itu jelas membutuhkan kerja sama dari semua anak bangsa. Gak boleh
adalagi manusia-manusia egois yang hanya mementingkan kekayaan pribadi yang
berupa materi, tetapi tidak peduli terhadap kondisi dan keadaan lingkungan
dimana bumi dipijak dan dimana langitnya dijunjung. Janganlah kita menjadi
bagian manusia serakah dan gak berpendidikan semacam demikian, kita semua harus
memiliki rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap kesinambungan alam ini.
Lalu apa hubungannya dengan judul dari tulisan ini...?,
Bicara soal alam dan kelestariannya tentu tidak bisa
dilepaskan dengan Bandung Selatan misalnya. Dari sisi apapun kita melihatnya
Bandung Selatan juga merupakan salah satu barometer dari kesetimbangan alam dan
keserasian lingkungan hidup kita.
Jika Bandung Selatan yang boleh dibilang
masih belum lama disentuh tangan manusia ini saja sudah sedemikian rusaknya,
maka bagaimana pula dengan tempat-tempat lainnya...?.
Yah, kita memang hanya bisa mengelus dada melihat semua
kerusakan alam disekitar kita ini. Dan konkritnya adalah apakah kita termasuk
bagian orang yag ikut merusaknya atau apakah kita masih punya sedikit semangat
untuk bisa berperan dalam memperbaiki dan menjaga kelestarian alam ini...?.
Sebenarnya tidak cukup kita hanya menjawabnya secara sendiri-sendiri. Kita
betul-betul memerlukan sikap yang nyata agar semua kerusakan itu bisa
dihentikan dan bisa dikembalikan menjadi seperti seharusnya. Penghijauan.
Dari sisi kepariwisataan juga tentu kita berharap akan
semakin maju jika saja keadaan lingkungannya tetap lestari. Itulah sisi-sisi
positif yang bisa kita petik apabila kita bisa tetap menjaga alam ini dalam
keadaan yang baik dan sempurna.
Apabila kondisi hutan sudah semakin alami lagi maka ada
keyakinan kita bahwa sisi fauna pun akan kembali pulih seperti sedia kala.
Mungkin saja di tanah Jawa Barat ini akan kembali dihuni binatang-binatang yang
sudah langka, atau mungkin bisa mengembalkan binatang-binatang yang punah
dengan berbagai cara dan rekayasa genetik...itu mungkin saja kan...? setidaknya
berharap. Kalaupun itu tak mungkin minimal bisa mendekati keadaan yang seperti
sebelumnya. Itu akan lebih baik dibanding sebaliknya, dimana alam kita ini
dibiarkan kepada menuju kerusakan yang serusak-rusaknya.
Dari sisi seorang pecinta alam misalnya, kita menempatkan
diri kita. Kita akan menghendaki keadaan alam yang seasri-asrinya dan
seasli-aslinya. Apalagi apabila kita bisa sambil menikmati beraneka ragam flora
dan fauna yang ada dialam bebas. Itu adalah hal yang sangat mahal dan
fantastis. Itulah impian dan harapan kita semua, semoga kita akan menuju arah
yang benar. Amin.
Maka Bandung Selatan ini harus menjadi salah satu pioneer
dalam hal pelestarian dan perlindungan alamnya, yang kemudian bisa diterapkan
di tempat-tempat lainnya semisal Bandung Utara, Garut Selatan, Cianjur Selatan, Gunung Salak dsk, Gunung Gede Pangrango, Gunung Ciremai, Gunung Sawal Ciamis, Hutan-hutan di Sumedang, di Subang, di Tasik, di Purwakarta, Cirebon, Karawang, Bogor, Jampang, Geopark Ciletuh, dll.
Cintai bumimu, cintai alammu.
Jauhi ego, jauhi hedonisme, jauhi asal senang sesaat.
"Banyak kerusakan bumi akibat perbuatan tangan umat manusia"
"waktunya menjadi orang modern yang sanggup menjaga lingkungannya"
aamiin....
0 Komentar