Baik atau Buruk itu Pilihan
Harapan tentulah harus di buat sebaik mungkin. Tetapi kita
juga harus sadar dimana kita sedang berada. Kita masihlah anak bumi, anak dari
tanah, air, udara dan lautan.
Kamu harus menggantungkan cita-cita setinggi langit. Sebab kalaupun
kamu tak bisa mencapainya maka kamu akan terjatuh diantara bintang-bintang yang
indah disana.
Coba kalau cita-cita kamu setinggi beringin, maka kalau kamu
tak bisa mencapainya kamu bisa saja terjatuh diantara bebatuan yang kasar, kotor dan
keras.
Jika kamu gagal kuliah tinggi, S3. Maka minimal kamu lulus
S2 plus. Jika kamu gak kuliah S3 maka kamu hanya S2 biasa, gak ada plus nya.
Jadi teruslah bermimpi. Teruslah menjadi lebih baik, lebih berilmu, lebih luas
pergaulan lebih luas pengetahuan dst. Belajar tak akan membuatku menjadi rugi.
Tak pernah membuatmu menjadi lebih bodoh. Kan...?
Dalam hal apapun juga sama. Kamu harus punya cita-cita yang
tinggi. Tapi tentu jangan lupakan dirimu sendiri, jangan menjadi terlalu
melayang-layang dalam angan-angan yang kosong. Kamu harus ingat dimana kamu
berpijak. Sehingga kamu tetap membumi, rendah hati dan tetap bekerja
sebagaimana harusnya.
Kecuali dalam hal percintaan, maka kamu hanya akan baik jika
kamu memilih seseorang yang banyak persamaannya dibanding banyak perbedaannya.
Kamu harus cari yang bisa diajak jalan bersama, bermain bersama. Ketawa
bersama, bahagia bersama dan jarang ada pertentangan. Itu akan sangat
membantumu berdua. Untuk membawamu kepada kebahagiaan yang langgeng nan abadi.
Aamiin.
Bahagia itu, memang sederhana. Gak selalu harus mahal. Yang
mahal juga belum tentu membuatmu bahagia. Karena bahagia tidak diukur oleh
harga, bahagia diukur oleh rasa. Rasa yang ada di dalam hati.
Untuk bisa bahagia itu, kamu harus siapkan infrastruktur
yang bisa memudahkan kita untuk bisa bahagia. Berbagai unsur dan faktor yang
membantu kita bisa banyak mendapatkan kebahagiaan. Kecocokan pasangan, rumah
yang bersih, luas dan lapang. Kendaraan yang kencang, bersih dan baik. Dan
semuanya yang bisa memudahkan aktifitas keseharian kita. Itu semua sah-sah saja
untuk kita miliki, kalau ada. Tetapi kalaupun itu tidak kita miliki saat ini,
bukan juga berarti bahwa kita tak bisa bahagia. Sebab bahagia itu ada di dalam
penerimaan dan rasa syukur. Bahagia itu ada di pengelolaan hati.
Sebenarnya, bahagia dan tidak bahagia itu kembali kepada
setiap individu. Pami jalmana rudet mah, rek beunghar ge angger we...rudet...!.
Tah gitu saudara-saudara sekalian. Yang paling penting dari
kita adalah kebahagiaan yang ditimbulkan dari diri sendiri. Kepandaian dalam
mengelola hati. Semua dibuat nyaman, tenang, indah dan selalu bersyukur tidak “ngarasula”,
tidak “rudet”. Semua di hadapi dengan pemikiran dan sikap posiif. Ingat bahwa
segala sesuatu itu ada Allah bersama kita. Kalau kesulitan itu terjadi atas
seidzin Allah SWT, kalau kebaikan itu juga atas kehendak Allah SWT. Jadinya semua
hal selalu ingat Allah SWT, semua keadaan adalah pertanda kehadiran Allah SWT
padanya, dan segala hal adalah bentuk kasih sayang Allah SWT. Allah SWT
menyukai umat yang bisa sabar manakala menderita, dan Allah SWT juga seneng
jika kita bersyukur manakala kita mendapat kesenangan.
Dengan demikian sikapnya orang beriman, selalu baik dimata
Allah SWT. Sabar penggugur dosa, syukur penambah pahala. Kalau tidak demikian,
maka semua keadaan menjadi buruk. Di beri kesulitan marah, benci, murka. Diberi
kesenangan, lupa diri, sombong angkuh tak mau berbagi. Orang-orang seperti itu
selain dibenci Allah SWT juga gak disukai oleh makhluk dan umat manusia
lainnya. Kehadirannya akan mengganggu, menyakitkan dan membuat gak nyaman
orang. Semua orang inginnya gak bertemu dengan orang seperti itu. Kalupun ketemu
ingin sahaja segera menghindar menjauhinya.
Jangan sampai kita seperti itu ya kawan...!?.
Wasaalam...!
Bandung, 28 Januari 2019
Baca Juga
0 Komentar