TAHURA IR. DJUANDA
Cukup disesalkan memang, libur tahun baru 2019 ini gak diisi
dengan liburan yang panjang. Padahal sih libur cukup lama juga, empat hari. Rencananya
mau ke Jawa gak jadi.
Cuaca, terutama kondisi Indonesia yang sedang labil menjadi
salah satu alasannya. Habis Gempa di lombok dan Palu di bulan lalu, lalu
disusul Tsunami di Anyer tentu saja cukup mengkhawatirkan kita semua. Apalagi ada
himbauan untuk tak ke pantai dulu, apakah itu hoax tetap saja membuatku harus
berhenti berencana liburan.
Di Bandung juga sudah merupakan liburan sebenarnya. Tetapi itu
kan sudah biasa sehari-hari. Tetapi tak ada rotan, akarpun jadi lah. Tak ada
akar, rumput pun jadi lah.
Liburan kali ini jadinya Cuma keliling-keliling diseputaran
Bandung, paling jauh Cuma ke Subang.
Tetapi jujur harus lah kita bersyukur, walau keinginan jauh
hendak ke mana, liburan di sini juga sangat menyenangkan hati.
Libur hari pertama tanggal 29 Desember 2017, aku gak
kemana-mana karena aku dijajah oleh setumpuk cucian. Jadinya aku fitness aja lumayan
membuat stamina bisa terjaga. Hmm...
Tadinya mau pulkam, tetapi aku tunda sebab baru juga hari
rabu kemarin aku dari kampung. Terlalu sering pulkam rasanya takut malah jadi
gak positif. Nantilah minggu ini atau minggu depan aku ke kampung lagi. Maafkan
aku ibu, maafkan aku bapak.
Rencana sih hari ini aku mau pergi keluar, tetapi kalau
sudah tertunda gara-gara pekerjaan lain membuat semangat menjadi turun. Gak enak
kalau niatnya pagi tapi jadinya siang, mut nya sudah hilang.
Gpp, yang penting tetap melakukan hal yang positif saja,
karena ini juga harus dikerjakan. Sesekali mencuci sendiri tentu adalah baik
agar hidup menjadi hidup (berwarna). Terlalu sering mencuci rasanya gak bisa
juga karena waktu kita habis nantinya. Ya mumpung libur panjang mencuci
sebagian pakaian tentu anugrah kesehatan juga sih.
Hari memang terasa lama, perut akan merasa lapar juga.
tetapi cemilan saja sudah cukup mengganjal perutku. Jadinya tidur adalah
pilihan paling gampang kali ini.
................masak aku lagi tidur harus aku menulis...?...gak
lah, akupun tidur. Sudah lama aku gak bermimpi apa-apa jadinya tidur tuh asli
tidur gak ada kegiatan lain-lain. tidur yang pulas sekali....entah berapa jam. Soalnya
aku kan lagi tidur gak lihat jam.
Terbangun juga akhirnya kawan. Ini sudah siang, dst.
Tak terasa hari sudah kembali pagi kawan. Ini sudah waktunya
pergi. Aku ingin jalan-jalan dulu ya. Gpp kan...?.
................ceritanya akupun pergi dan jalan-jalan.
Sarapan pagi dengan bandrek susu adalah rasanya cukup beda. Ditambah
lagi ulen, leupeut dan pisgor. Wah asyik tenan.
Perjalanan pun dilanjut ke atas sana, kebukit ke punggung
pegunungan Bandung Utara. Jalur yang ditempuh adalah melalui jalan pasir kunci
Patrol Palintang. Ini baru kedua kalinya aku lewati pegunungan ini, jalannya
nanjak sekali, tento berkelok kelok. Naik-naik ke puncak tinggi, ke gunung ke kaki
Bukit Tunggul.
Dataran kota Bandung bisa dilihat disini, dari bawah-bawah
ranting pepohonan yang menghalangi. Itu cukup jauh, berati aku yang sudah
berada di atas yang cukup tinggi. Motorku sudah membawaku ke puncak yang tinggi
ini. Jelas ini sangat tinggi loh, kota Bandung saja hanya terlihat bagaikan
hamparan yang jauh dibawah sana.
Beberapa bagian jalan menjadi lebih buruk sekarang, dulu sih
masih cukup baik. Tapi beberapa lainnya juga menjadi lebih baik. Ada yang masih
baru ada yang masih belum diperbaiki.
Pada perjalanan yang lalu aku belok ke kanan ke lokasi
wisata kebun kina, disana ada curug Batu Sangkur dan juga ada Situ Sangkuriang.
Ya lumayan untuk menikmati pegunungan dengan sajian udara yang masih bersih. Dan
tentu kita bisa berkunjung ke pabrik pengolahan kulit kayu Kina untuk bahan
obat.
Kali ini aku lurus saja menuju ke arah Maribaya Lembang. Pengennya
sih bisa jalan motong ke arah Bukit Bintang disini, tetapi rupanya itu gak bisa
diliwati motorku. Itu kudu make trail rupanya. Ya sudah balik lagi saja menuju plan
B. Ada kopi Galing ada kopi Bellstone, ada juga pesantren Baitul ‘Izzah di Batu
Lonceng ini. Perkampungan yang sangat alam pegunungan tinggi, sejuk dan cukup
teduh.
Ya sudah aku akan ke Maribaya saja.
Itu sudah lama sekali aku gak ke sini. Aku denger sih
beberapa tahun lalu Maribaya ini sudah diperbaiki, dirommbak dan dikerjasamakan
dengan pihak swasta, tentu ini akan menjadi lebih baik, rapih dan menyenangkan.
Tetapi rupanya ada dua pengelolaan di Maribaya ini, dan aku
masuk ke kawasan yang dikelola Perhutaninya. Jadi rupanya hanya sebagian saja
yang dikelola swasta.
Niatnya ingin ke lokasi yang baru rupanya ini masih seperti yang dulu, masih semrawut, kotor, penuh sampah dan yah...begitulah. Sayang sekali ini harusnya bisa di kelola dengan lebih baik. Sampahnya dibersihkan, kualitas airnya dijernihkan, di saring dulu dst seperti yang ada di sekitar Balekota Bandung mungkin atau bisa juga dibuat bendungan diatasnya, supaya air kotornya di endapkan dulu, sampahnya disaring dulu sehingga sampai disini sudah lebih bersih, jernih dan segar.
Ah, alam kita sungguh sudah sangat rusak parah. Pepohonan,
hutan-hutan dll. tak ada burung lagi disini. Punah rupanya. Parah, parah dan
parah.
Gimanakah caranya supaya burung anis, burung lainnya bisa
terbang lagi di alam liar. Inikah dunia kita diakhir zaman...?. Hutan menjadi
sunyi sekali, hutan terasa gersang sekali. Mungkin kah kita akan rintis
konservasi burung, kupu-kupu, primata lain yang juga langka dll disini...?. bisakah...?,
mungkinkah...?. Idelanya sih bisa begitu. Sehingga orang jalan-jalan ke Taman
Hutan Raya ini selain untuk jogging sehat, juga bisa menikmati suara-suara
dari alam, burung, lutung, si amang, tongeret dll.
Sebentar aku berfikir dulu, sebentar aku merenung dulu....!
Wassalam...
0 Komentar