Kolaborasi Indonesia (Kepemimpinan era Modern)

Anti terhadap Antipati

Alhamdulillah sudah 75 tahun Indonesia merdeka, bangsa kita kini sudah mulai nampak dalam persaingan utama bangsa-bangsa di dunia.

Tentu rasa terimakasih untuk presiden kita yang telah merombak tatanan pemerintahan di negeri ini. Dari yang kolusi, korupsi, nepotis, kepada yang solutif, kolaboratif dan visioneris.

Setali tiga uang, kemunculan figur-figur pemimpin modern ini, juga bermunculan di banyak daerah. Ada TGB dari NTB, ada Pak Ridwan Kamil dari Jawa Barat, dll. 

Ya..pak Ridwan Kamil dan pak TGB, merupakan beberapa generasi pemimpin yang baru. Yang bermunculan di banyak daerah. Juga pak Ganjar Pranowo dari Jawa Tengah. Mereka cukup dikenal. cukup memiliki elektabilitas. Sehingga banyak pengamat yang mulai menyebut nama mereka untuk persaingan pilpres yang masih lama lagi itu. Untuk bisa maju dalam persaingan Pilpres di tahun 2024 dan juga 2029 yang akan datang. 

Sekarang adalah tahun 2020, masih empat tahun lagi tentunya. Akan tetapi, persiapan dari jauh-jauh hari tentu sudah digaungkan banyak pihak dan itulah yang terjadi, minimal melalui angket survey dan opini. Meraba siapakah suksesor yang bisa maju di pilpres yang akan datang yang tidak dapat diikuti lagi oleh presiden saat ini, pak Joko widodo.


Politik kita sudah beranjak kepada politik yang elegant. Yang dilihat masyarakat sekarang adalah lebih kepada kemampuan dan prestasinya. Karena harapan dan tuntutan agar bangsa kita ini untuk bisa lebih maju lagi, lebih sejahtera, lebih merata dan lebih adil. 

Oleh karena itu maka sesungguhnya alasan pemilihan seseorang untuk memimpin negeri ini, haruslah lebih dititik beratkan pada sisi kapabilitas, integritas dan juga yang pasti adalah semangat kerja, visinya, keberanian atau patriotisme, nasionalisme dan profesionalisme. Tentu alam punya caranya sendiri untuk menyeleksi semua itu, bisa jadi akan ada kuda hitam atau apapun itu bisa terjadi. Termasuk RKR1 misalnya, itu adalah sesuatu yang mungkin terjadi, sesuatu yang pantas dan bukan sesuatu yang berlebihan. 

RK punya semua syarat untuk menjadi RI-1. Beliau tentu punya pengalaman memimpin daerah dengan prestasi yang melebihi ekspektasi. Bandung yang kumuh berubah jadi Bandung yang lebih rapih, lebih modern. Jawa Barat yang selama ini selalu saja jadi provinsi biasa-biasa, kini sering tampil dibarisan terdepan atau lebih depan lagi dalam berbagai aspek, pelayanan publiknya, pembangunannya, kesehatannya, pendidikannya dan juga teknologinya. Kreativitas menjadi keunggulan tersendiri dari kang Ridwan Kamil ini. Proyek segitiga Rebana, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Pelabuhan Internasional Patimban yang untuk pertama kalinya dibangun di Porvinsi Industri ini, reaktivasi jalur Kereta Api Cibatu-Garut. Akselerasi percepatan pembangunan jalan Tol ke Priangan Timur. 


RKR1, RK for RI-1, GP2, GP For RI-2. 

Tentu saja itu adalah masih terlalu dini untuk digaungkan. 

Bekerjasama secara dinamis, sinergitas dengan pemerintah pusat yang selama ini dilakukan pak Ridwan Kamil, kerja sama dengan dunia internasional semakin gencar dilakukan. Semua itu dapat mengakselerasi tercapainya pembangunan yang lebih maju. Walaupun kita akui, wabah Corona telah merubah ekspektasi kita, mengganggu progres pembangunan dst. Beberapa plan mengalami stagnasi. Stagnasi yang tak bisa dihindarkan oleh mayoritas bangsa masyarakat dunia. 

Wabah tentu telah merubah tantangan, merubah percaturan, sehingga energi kita sekarang lebih terpusat kepada upaya penanganan corona, sembari tetap mencari cara-cara yang bisa dilakukan untuk memaximize peluang dan tantangan yang menyertainya.

Jiwa pantang menyerah dengan terus menggulirkan inovasi, langkah-langkah terukur, ilmiah akademis, semoga bisa mengurai problematika yang dihadapi negeri saat ini. Itulah yang dilakukan kang Emil dan jajarannya dalam upaya memutar kembali roda perekonomian, industri, bisnis, wisata. Semua di racikkan formulasinya.

Ya, kita sebagai satu bangsa besar, sudah sepatutnya untuk mulai melepaskan primordialisme, menjadi politik egalitarian, positif dan objektif menuju bangsa yang paripurna, maju dan berkeadilan. 


Siapa saja yang punya kemampuan terbaik membawa negeri ini, maka semoga itulah yang kita sama memilihnya. 

Pasangan RKR1 dan GP2, adalah salah satu kuda putih, yang semoga juga merupakan kuda hitam untuk bisa menjadi penerus kepemimpinan pak Joko Widodo saat ini. Program restrukturisasi hutang, program nasionalisasi beberapa asset negara. Program pembangunan Infrastruktur adalah keputusan-keputusan yang visioner yang saya yakin semua itu bakal dilanjutkan RKR1, karena antara RKR1 dengan pak Jokowi mempunya FlatForm kebijaksanaan yang sama-sama visioner. Sama tidak punya kepentingan golongan, sama tidak memiliki jejak hitam, sama bercita-cita memberikan yang terbaik bagi Negeri Indonesia ini.

Kita sering dengar ungkapan dari pak ridwan Kamil dalam mensikapi persaingan yang selama ini terjadi antar daerah, dirubahnya menjadi KOLABORASI. Kurangi persaingan antar daerah, dan kuatkan semangat Kolaborasi. Itu adalah Falsafah yang sering diungkapkan beliau. Semua untuk satu, satu untuk semua, kurang lebih begitu.

Pemasangan RKR1 dengan GP2 ini, bukanlah tanpa alasan yang rasionil. Selain karena faktor kepemimpinan, maka pak Ridwan Kamil juga punya kelebihan dari faktor "tak pernah habis akal"nya, selalu berinovasi, menemukan langkah-langkah baru, segar dan kadang belum terfikirkan oleh yang lain. Dan pak Ganjar, tentu juga memiliki basis massa yang dominan di Jawa Tengah, beliau akan sangan serasi dalam menopang kinerja kang Emil untuk sama membawa Indonesia menjadi Macan Asia, Garuda yang kuat. 

Mereka berdua ini akan menjadi sepasang Harimau Indonesia yang siap mengaum di dunia Internasional. Membawa kebaikan untuk Negeri ini, kemajuan dan insya allah kesejahteraan akan segera kita pastrikan pada jalur yang tepat (on the track), kita sama sekali tidak akan khawatir bangsa ini menjadi surut lagi ke masa suram. Kita yakini bahwa jalan yang dibuka oleh pak Jokowi, tentu akan dengan mulus bisa dilanjutkan oleh pasangan RKR1 dan GP2 ini, dan lebih dari itu, dengan semangat baru, dengan ide-ide alami dari keduanya, Indonesia amat yakin bisa mencapai kejayaannya. Berkiprah menjadi Negeri Elit di dunia. Terdepan bersama-negara-negara maju lainnya. 

Selain itu mengapa pasangan tersebut kita pilih, karena jika kedua tokoh ini tidak dipasangkan bersama, maka kemungkinan terbesarnya yang paling dirugikan adalah pengusungan RK dan GP itu sendiri. Basis suara mereka beririsan, sehingga secara akumulasi akan saling memakan diantara mereka, dan yang diuntungkan adalah pihak ke-3.

Saya kira memang sudah sepatutnya pasangan ini dipersatukan, bersatu agar estafet pembangunan negeri ini bisa terus berlanjut seperti yang kita harapkan bersama. 

Amat sangat riskan jika tampuk kepemimpinan beralih ke pihak lain, yang secara idiologi, secara pola pikir, amat jauh dari yang kita harapkan untuk bisa mengelola sebuah negeri yang besar dan heterogen ini. 

Kita butuh semangat baru, semangat gotong royong, semangat kolaborasi, satu nusa satu bangsa. Jauhkan dari primordialisme kesukuan, sehingga rakyat akan terbiasa dengan iklim politik baru yang egaliterian, yang berkualitas. 

Menghindarkan dari kejenuhan politik, kita butuh sesuatu yang tidak biasa. Semua anak negeri, asal punya kemampuan, bisa saja menjadi pemimpin di negeri ini. 

Jangan sampai karena alasan lain, politik mengalahkan kualitas. Karena rugi waktu kita, demi mengakomodir politik yang patrialisme itu, yang bisa mengalahkan politik yang logis itu. 

Kita sudah tak punya banyak waktu untuk dibuang. Tuntutan zaman, berlari lebih kencang, mengejar ketertinggalan. Imperium China, India, Amerika, Eropa, sudah saatnya bisa kita imbangi. Tak ada waktu untuk orang primordial. Kita butuh yang cepat, kita butuh yang kualitas. Demi memberi keadilan bagi seluruh tumpah darah tanah air yang satu, dari Sabang sampai Merauke, Dari Miangas sampai ke Pulau Rote.

Sudah saatnya kita hilangkan dikotomi presiden harus dari suku tertentu. Kita sama-sama sebagai anak negeri, berdiri mengangkat senjata. Berperang melawan kebodohan dan keterbelakangan. Siapa saja yang terbaik, itulah yang kita ajukan, kita dukung penuh. Demi Indonesia Jaya. 

Tentu sebagaimana air mengalir, maka proses politik ini juga biarkan saja bekerja sebagaimana mestinya, dalam mencari pemimpin, pengganti pak Jokowi.

Siapa saja yang paling memungkinkan maju untuk RI-1, tentu kita akan selalu mendukungnya seperti yang sudah biasa kita lakukan sejauh ini. Dari mana saja. Asal punya kemampuan, pengalaman dan berkualitas. Yang kita hadapi bukan sesama bangsa sendiri, yang kita hadapi percaturan global.

Go Fight and Win, Indonesiaku...!!! 


Note :
Merupakan penyempurnaan dari tulisan sebelumnya dengan bahasan yang sama.
#ypidea 2020

Posting Komentar

0 Komentar