Terowongan Penahan Longsor di toll Cisumdawu

Tol cisumdawu rentan terjadi longsor yang dahsyat. 

Pengerjaan tol cisumdawu saat ini sudah hampir selesai. Terutama untuk fase Rancakalong-Sumedang.

Masih dikerjakan pengerukan di dua atau tiga lokasi. Dua pengerukan dan satu lokasi pengurugan. Di daerah Rancamaya, kampung Ekek, dan kampung Binong. Yaitu daerah perbukitan diantara kecamatan Sumedang Selatan dan Rancakalong.

Tebing atau gawir yang dipapas dan dikeruk di daerah tersebut terbilang luar biasa tinggi. Kalau kita hitung disana terdapat hingga 14 step/umpak gawir. Setiap umpak itu rata-rata 3 atau 4 meter. Sehingga kira-kira tinggi tebing yang terbentuk itu adalah 14x3.5 meter = kurang lebih 49 meter. Untuk ukuran tebing "buatan" itu sangat-sangat tinggi...very, very high.
Jika kita perhatikan jenis tanah di daerah tersebut yang gembur, itu terlihat sangat rentan untuk terjadinya pergerakan atau longsor. Bukti di lokasi saat ini, sudah terjadi pergerakan tanah amblas dan longsoran yang cukup mengkhawatirkan. Sebanyak kurang lebih 31 rumah terdampak pergerakan tanah disana. Beberapa rumah rubuh dan amblas hingga sedalam 1 meter.

Retakan tanah juga bisa kita saksikan sendiri. Memanjang hingga mencapai puluhan meter hingga mendekati ke puncak Pasir Ekek. Jika daerah itu benar-benar terjadi longsor susulan. Apalagi saat ini sudah memasuki awal musim hujan maka sangat dikhawatirkan akan terjadi longsor yang dahsyat yang bisa mengubur jalan toll yang bahkan masih sedang dikerjakan yang ada di bawah bukit tersebut. Apalagi diseberang toll tersebut juga merupakan area pemukiman penduduk. Tentu itu bisa mengancam nyawa mereka, membahayakan bagi penduduk maupun pekerja toll.

Oleh karena itu kiranya harus segera dikelola dengan baik. Dibuat rekayasa teknik agar longsoran yang sudah terjadi itu tidak merembet ke areal yang lebih luas. 

Sebab jika terjadi pergerakan tanah susulan yang lebih besar maka rusaklah semua hasil pekerjaan toll disana dan juga tentu membuat bukit disana menjadi bertambah rapuh karena retakan tanah seperti itu mirip seperti bahaya retak pada besi, tembok dll. Crack seperti itu bisa merambat, membesar dan bercabang yang pada akhirnya bisa patah sebagian atau rubuh semuanya. 

Teknik "paseuk bumi" seperti yang diterapkan di jalur Cadas Pangeran atau teknik lain mungkin bisa di implementasikan disana. Perlu analisa lanjutan yang serius dan komprehensif.


Penanganan harus segera dilakukan. Harus dihindari kejadian longsor yang lebih besar dan tentu jika itu terjadi akan lebih sulit menanganinya.

Dan juga diusut. Apakah itu terjadi karena perencanaan teknis yang kurang baik atau karena hal lain. Tentu harusnya kondisi situasi dilokasi kerja seperti itu sudah melalui survey, pemetaan geologis dll. Karena membuat jalan toll seperti itu tentu memerlukan perhitungan multidisiplin ilmu dan ahli teknik.

Kita tidak ingin merecoki atau mempersulit. Tetapi kita ingin bahwa persoalan pergeseran di lokasi itu bisa ditangani secara profesional. Tak boleh sembrono, tak boleh asal jadi. Harus sudah melalui survey kelayakan teknis dll.

Dan yang paling penting adalah untuk mencegah terjadinya keruksakan alam yang lebih parah dan menghindari korban manusia.

Jangan seperti pekerjaan anak kecil yang asal dikerjakan dan jadi, tanpa persiapan dan tanpa perhitungan yang serius.

Selain penanganan dari sisi tanah yang terdampak di sepanjang tebing tersebut, juga perlu di antisipasi dari sisi lingkungan dibawah maupun diatasnya. 

Dibawahnya misalnya yang berupa calon jalan tol yang pasti akan ramai dilewati kendaraan, perlu di lindungi dari kemungkinan tertimpa material longsoran tanah atau bebatuan diatasnya. Apakah dengan dibuat benteng pelindung atau cara-cara lainnya. Perlu di hitung dan di periksa di lapangan.

Atau bisa juga dibuat seperti semi tunel. Atau bahkan sekalian dibangun semacam jalan underpass atau terowongan dengan atau tanpa material tanah diatasnya. Itu semua bisa diperhitungkan daya tahannya dan keefektifannya. Yang jelas penjagaan dari keselamatan nyawa manusia adalah mutlak atau wajib diupayakan.

Karena nyawa manusia sebenarnya terlalu mahal jika dibandingkan dengan harga dari jalan toll itu sendiri.

Dan sama. Bagian atas dari lokasi longsoran juga perlu penanganan tertentu. Sebab jika bagian tanah dibawahnya sudah terjadi longsoran maka kemungkinan bisa merambat kebagian yang lebih atasnya lagi. Dan biasanya lokasi yang sudah terjadi pergerakan seperti itu tidak bisa sekuat seperti keadaan sebelumnya. Karena sudah terbentuk celah atau retakan tanah dan daya topang tanah juga berkurang. Untuk menyatukannya kembali itu butuh teknik tertentu. Seperti teknik "paseuk" atau penguat "bronjongan batu", "dipancuh" atau di suntik/cor semen dll. Orang teknik sipil tentu lebih tahu.

Pemandangan dari toll ini memang cukup indah. Tetapi bahaya yang mengintainya juga bisa saja terjadi dan itu lebih buruk dari sekedar keindahan panorama.

Demikian "Pledoi" kedua dari Cisumdawu.

Bandung, 17 November 2020



Posting Komentar

0 Komentar