Danau Cililin awal 2021

Jalan jalan kita kali ini adalah Goes to Lake Cililin. 

Ini beberapa bulan lalu, di tahun 2020 lalu kita pernah ke sana. Jalannya adalah via si Jalak Harupat. 

Waktu itu danaunya sedang sangat surut jadinya kita hanya numpang lewat saja. Boleh kalian baca di sini, jalan jalan ke cililin dan saguling.

Maka untuk saat ini kita juga mau kesana lagi. Semoga danaunya sudah berair lagi seperti dulu, beberapa tahun yang lalu...ini kalian boleh baca kisah yang dulu disini, danau cililin. Ataukah masih belum seperti dulu. Kita akan cek hari ini ya.

Jalan yang kita tempuh adalah via Baleendah menuju Banjaran dan Soreang. Sama seperti beberapa bulan yang lalu. 

Waktu masih cukup pagi jam 8 sudah sampai di kisaran Banjaran. Jalanan di hari Sabtu ini cukup lengang sehingga perjalanan kita terasa cepat walaupun sebenarnya cukup lama karena kita bawa motornya pelan-pelan saja. Santai.

Dulu sewaktu hendak ke Ciwidey, di Soreang itu kita pernah dicegat polisi karena knalpot yang kami pakai katanya melanggar aturan. Tapi waktu itu kita beruntung tak didenda hanya diperingatkan saja. 

Maka pengalaman waktu itu jadi teringat lagi. Aku merasa waswas jangan-jangan ada rajia kembali. 

Perasaan seperti itu tentu membuat kami tak membawa motor seperti biasanya. Seperti ada perasaan yang menghantui begitu, sepanjang perjalanan kali ini. Maka kita waspada, melihat situasi didepan kita. Jangan sampai terperangkap dan terlanjur terlalu dekat sehingga tak ada kesempatan untuk berputar arah.

Yah...benar saja kan..?!?
Perasaan memang seringkali memberi kita sinyal atau ilapat.

Berjejer bapak polisi didepan sana, sedang ada rajia kendaraan.

Aku punya salah, knalpotku tak sesuai aturan, juga stnk ku belum kuperpanjang. Wah alamat gak beres.

Maaf pak polisi, kita gak melanggar pidana atau kejahatan, kami hanya belum bayar pajak dan sedikit knalpot racing. Jadi maaf kami tak mau ditilang. Maaf kami memilih untuk tak lewat jalan itu.

Ya, ini bukan contoh yang baik. Ini buruk, tapi saya minta maaf atas semua itu, ini lagi musim paceklik...lagi gak punya duit jadinya kami belum bisa bayar pajak.

Maka kami putar arah ke jalan alternatif yang tembus ke jalan Gandasoli menuju Kopo.

Kami gak lari, hanya kami minta maaf sekali lagi. Bukan maksud untuk melawan hukum.

Lewat Kopo kita akan menuju Cilampeni dan via Gajah Mekar.

...................................
.........................tak terasa kita sudah sampai di sekitar Cipatik, Kawasan Industri Kutawaringin. Dari sini tinggal ikuti saja jalan ini, lurus jangan berbelok.

Kalau belok kanan itu adalah menuju ke Cimahi. Jadi lurus saja. Dan didepan ada persimpangan lagi, kalau belok kanan itu adalah menuju Batujajar dan Padalarang.

Kita masih terus lurus saja, sampaipun disatu persimpangan lagi, jika belok kiri mengikuti jalur utama jalan ini, itu adalah menuju Cililin kota.

Nah kita ambil yang lurus memasuki jalan yang lebih kecil, disana ada papan petunjuk jalan menuju Maroko dan Cihampelas.

Sesuai dengan rencana hari ini, kita memang mau explore pedalaman wilayah Cililin ini yang tepatnya ke daerah Cihampelas itu.

Jalannya ternyata memang lebih kecil dan lebih jelek serta lebih sepi. Ini hanyalah jalan kampung.

Kita melewati perumahan penduduk, pasar-pasar kecil atau toko-toko dan warung-warung yang relatif sepi. 

Semakin kedalam, suasana semakin sepi dibeberapa lokasi, namun beberapa cukup ramai juga. Betapa luas bumi ini terhampar, betapa banyak penduduk negeri kita. Kirain tak ada orang di sini atau tak ada kampung. 

Itulah ternyata hanya karena kita kurang jalan-jalan. 

Disini ada kehidupan sebagaimana ditempat-tempat yang lainnya yang pernah kita kunjungi. Disini ada ribuan saudara kita, mungkin jutaan.
...........................
.............................................
....................betapa kita bangsa yang besar. 

Ini adalah baru pertamakalinya kita kesini. Hanya berbekal google map saja kita tahu bahwa ada sesuatu yang indah yang ada disana yang kita ingin kunjungi kali ini. 

Perjalanan kita memang cukup lama hari ini, karena itu tadi kita membawa kendaraan secara pelan-pelan saja, apalagi di jalan ini, jalan yang sudah ruksak dibeberapa tempat, banyak polisi tidur pula sehingga menghambat laju kita.

Aku ingat di google map, arah kemana kita akan menuju.
.........plus feeling di lapangan saja yang bekerja. Itu adalah belokan ke kiri setelah ada mesjid dan desa, semacam itu.  Kalau dua hal itu belum ditemukan berarti kita belum boleh belok kiri ikuti saja jalan utamanya.

Memang aneh, perasaan ini sudah cukup jauh kita melaju sejak keluar dari jalan utama yang ke Cililin tadi, kok kita belum bertemu tanda-tanda sebagaimana yang aku hapal sebelumnya...?!, apakah aku salah...?, apakah jalan itu sudah terlewati...?.

Tapi kita penasaran, kita akan terus susuri jalan ini hingga dirasa sudah benar-benar diluar kewajaran.
....................
..........................sekali lagi feeling kita kali ini masih tepat. Ada papan nama, jika lurus itu adalah ke dermaga Maroko dan ke kiri adalah ke dermaga Bundar.

Kita ambil kiri.
Oh dermaga Bundar namanya ya. Ok lah. 

Alhamdulillah aku yakin ini adalah menuju jalan yang benar.

Sengaja aku gak lihat peta lagi, sebab jika aku teelihat gak yakin dengan apa yang aku buat, bagaimana orangpun bisa yakin...?!?.

Kita harus yakin supaya orangpun merasakan hal yang sama. Tapi ya tidak asal yakin juga, harus yakin yang bertanggung jawab, yakin yang ada dasarnya.

Ini sudah waktu dzuhur. Kita akan berhenti di masjid yang cocok, yang adem, yang gak terlalu ramai.

Jalan ini melewati sawah-sawah yang sedang menghijau, terhampar dikiri dan kanan jalan. Indah dan menyegarkan mata kita. Itu tentu baik buat menjaga kesehatan mata. Insya Allah.

Beberapa kali kita berpapasan dengan para pesepeda. Rombongan kecil maupun rombongan lebih besar. Para gadis dan maupun para ibu-ibu yang berseragam, itu membuat kita semakin yakin bahwa disana ada sesuatu yang layak untuk dikunjungi. 

Aku tentu merasa lega sekarang, ini jalan yang benar.

Nah...ini dia mesjid kita kali ini. Kita akan dzuhur dulu disini.
............................
...................................................teduh memang, angin disini menyejukkan perasaan kita. Luar biasa...!!
Nikmat manalagi yang akan kita dustakan......?!?
............
.................hmmm, suasana Mesjid rata-rata memang begitu, ajaib. Aneh tapi nyata.
.............
..................

Dzuhur sudah, makan cilok sudah, saatnya kita berangkat.

Iya kan, ini tak jauh. Selepas belokan sebuah yayasan sekolah beberapa rumah didepan sana, dan suasana berubah, terasa kita akan memasuki kawasan wisata.

Ya...benar saja, danau Cililin sudah dapat kita lihat dengan jelas disini. (Sebenarnya danau cililin itu sudah nampak sejak awal perjalanan kita tadi, tapi itu bukan tujuan kita).

Inilah dermaga Bundar.

Wow, rupanya cukup indah juga suasana disini. Banyak warung-warung makan dll.

Alhamdulillah kita sampai juga ke tempat yang kita harapkan. 

Ke kiri itu adalah dermaga untuk perahu wisata dll, sementara ke kanan itu adalah menuju jembatan apung. 

Kita mau lewat ke jembatan apung itu. Kita mau menyebranginya. Dan tapi kita akan makan dulu di sebuah restoran yang tepat ada di sisi jembatan apung itu, kita akan menikmati suasanya dari lake cililin ini. 

Untuk motor dikenai biaya Rp. 5000 sebalikan, kalau PP tentu Rp. 10.000. 

Jembatan ini terbuat dari rangka baja ringan dan kayu kayu, lalu dibawahnya ditopang oleh puluhan drum berwarna biru dan juga tumpukan pelampung dari bahan yang semacam styrofoam bekas bungkus lemari es gitu. 

Itulah model jembatan apung yang cukup pleksibel, bisa naik turun mengikuti permukaan air.

Pesan Makanan
Apa kita harus ceritakan juga...?.
Pokoknya kita pesan dulu, biarkan kita tunggu si tetehnya memasak ikan, liwet dll.
..................
.......................sudah gak sabar menunggu liwetnya. 
...........
..........................................
............................tadi kita pesan ikan nila bakar dan liwet. Pasti akan makan enak kita kali ini. 
......di rumah makan terapung ini, suasanya masih sepi, hanya satu meja lesehan yang isi dari beberapa meja lainnya yang masih kosong.

Kita pilih duduk dikursi yang terbuat dari drum oli ini, dengan meja yang juga berbahan dasar yang sama. Ada dua set tempat duduk. Yang disebelah, itu dibalut oleh busa dan kulit imitasi, sementara yang kami tempati tak dilapisi apa-apa, hanya kayu yang mengkilap. 

Bagus....karya yang bagus.
....................  .......sudah berapa judul lagu dibawakan artis-artis lokal tadi, nasi belum juga datang. Ya, sabarlah. Orang sabar disayang Tuhan.

Suara musik dangdut nya terasa keras. Mentang-mentang jauh dari daratan dan tidak mengganggu masyarakat sekitar. 

Juga dari arah warung apung lainnya, sama ada life musik. Sama sama dangdut yang tengah hari begini entah cocok bagi sebagian orang tidak cocok. 

Tapi itu bukan pilihan kita. Itu pilihan mereka sendiri, kita hanya mau makan.

Memang mendayu-dayu, aku tak hapal satupun lagunya. Memang mayoritas lagu dangdut yang populer tapi aku gak hapal. ...
.........kakiku 
........jari jemariku....
............tak sadar terhentak hentak oleh alunan dangdut disiang hari ini. Tapi aku menahannya. 
...............
.....nah nasinya sudah datang, saatnya kita makan siang.
.........wah menggugah selera....ikan bakar yang berwarna hitam dan berbalut saos asam berwarna kuning, sepertinya tak sabar untuk kita santap.

..................
...................

Sekian


1. Kondisi Jalan menuju Dermaga Bundar


2. Disini kita dzuhur dulu


3. Disini lagi Musim tanam padi


4. Ini tampak Jembatan Apung dari atas



5. Konstruksi Jembatan dengan menggunakan pelampung seperti itu.


6. Ada beberapa ikan yang mati


7. Beberapa pengunjung mulai berdatangan



8. Asoy pemandangannya dan cuaca sedang cukup teduh


9. Pengen Naik Perahu tapi takut tileuleup...Tampak batas genangan danau Cililin normalnya jika penuh sampai di tepi warung-warung yang ada di tepi danau atau daerah tepian yang tanpa pepohonan itu. Kondisi genangan air saat ini mungkin surut sekitar 40-50 persen dari kapasitas penuh. 



10. Sudah selesai makan kita pulang ke arah yang berbeda, itu terlihat dikejauhan rumah makan terapungnya.



11. Sampai jumpa di kesempatan lainnya




Bandung, 23 Januari 2021

Posting Komentar

0 Komentar