JOKO WIDODO seorang 'RISK TAKER & pemain Catur yg Handal..
Pak Jokowi melakukan banyak hal yang tak pernah bisa dilakukan oleh presiden presiden sebelumnya. Jokowi seorang Risk Taker yang berani mengambil resiko dengan kalkulasi yang matang dan resiko terburuknya sudah bisa diukur. Jadi bukan sekedar nekat dan "Gacuk ngglundung"..
Disaat semua presiden sebelumnya tersandera dengan komposisi APBN yang 60 - 70% nya tersedot untuk bayar hutang, belanja rutin dan subsidi, sehingga alokasi untuk pembangunan infrastruktur dan investasi produktif sangatlah minim karena lebih banyak untuk belanja konsumtif, Jokowi berani mengambil resiko dengan memindahkan budget subsidi menjadi budget membangun infrastruktur.
Disaat isue "Berhutang" masih laku dijual ke publik sebagai sebuah aib pemerintah, ternyata kabinetnya Jokowi berani mengambil resiko tersebut dan mensiasati kekurangan biaya pembangunan infrastruktur melalui pos hutang luar negeri. Argumennya masuk akal, yaitu rasio hutang terhadap PDB (produk domestik brutto) masih dalam batas kewajaran bahkan cenderung lebih rendah dibanding negara penghutang lainnya. Argumen lainnya, hutang dibuat bukan untuk keperluan konsumtif (misal subsidi) atau untuk dikorupsi.
Jadi hutang diambil untuk membangun infrastruktur, dan infrastruktur yang baik adalah stimulan efektif untuk bertumbuhnya ekonomi riil. Jika ekonomi menggeliat, akan menyerap tenaga kerja, ada perputaran uang, ada peningkatan daya beli, ada kontribusi pajak yang masuk ke kas negara. Dari situlah negara punya pendapatan tambahan untuk membayar bunga serta mengangsur cicilan pokoknya. Semuanya pasti butuh waktu, tak mungkin terjadi secara instan.
Lawan politik Jokowi tahu banget mengenai hal ini. Mereka melihat Jokowi begitu agresif membangun pelabuhan, bandara, jalan tol, waduk, rel KA, pembangkit listrik, kilang minyak dll. Jika publik awam sampai tahu betapa luar biasanya efek dari semua progres pembangunan fisik itu, mereka takut Jokowi mendapat penilaian positif. Mereka takut pamor Jokowi melambung tinggi, mereka takut tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi sangat bagus, sehingga popularitas serta elektabilitasnya meningkat.
Untuk itu perlu dicarikan isue guna menutupi serta menghambat prestasi Jokowi. Itulah sebabnya mereka memperalat gerombolan radikal supaya terus membikin negeri ini selalu hiruk pikuk dengan isue kamtibmas. Tak boleh ada jeda sedikitpun. Aksi demo serta terorisme akan membuat masyarakat ketakutan dan terancam. Energi publik habis terbuang untuk membahas teror dan sejenisnya. Mereka lupa melihat prestasi Jokowi.
Isue PKI adalah satu satunya isue ampuh yang tersisa untuk menggoyang Jokowi, karena isue lain mudah dipatahkan. Jangan heran jika yang bikin ribut jelas jelas mengibarkan bendera hitam sebagai identitasnya, tapi yang jadi kambing hitam adalah PKI. Jangan heran jika pelaku aksi terorisme berteriak 'thagut' yang jelas jelas bahasanya kaum radikal, yang dituding tetap saja PKI.
Publik dianggap bodoh. Yang lagi berenang di kolam jelas jelas seekor bebek, tapi mereka kompak menyebut itu adalah ayam. Modalnya cuma publikasi dan propaganda secara masif kalau perlu hoax, berharap orang lain merasa matanya rabun dan ragu bahwa yang dilihat memang seekor ayam.
Grand skenarionya memang mengaburkan prestasi Jokowi dan menciptakan ancaman psikis tentang PKI dan terorisme di benak publik. Pinternya mereka, kemasan anti Jokowi ini disajikan dalam sentimen agama, karena mereka tahu bahwa banyak orang kurang wawasan yang mudah dipengaruhi dengan sentimen agama. Inilah jurus ampuh untuk merebut kekuasaan dari tangan Jokowi.
Mari kita semua rapatkan barisan..
Hal yang sama kini menimpa gubernur Jabar pak Ridwan Kamil.
Gubernur yang satu ini jelas sarat dengan prestasi semenjak menjadi walikota Bandung, hingga saat menghadapi wabah pandemi. Beliau bekerja dengan KONSEP yang ILMIAH. Memanfaatkan 5 kekuatan untuk pembangunan (sinergitas pentaheliks). Sehingga pembangunan bisa terjadi dengan efektif dan efisien.
Prestasi yang menonjol itu jelas telah mengusik sebagian golongan atau kelompok puritan dan buzzer yang tak mau jagoan mereka kalah atau tenggelam. Mereka melakukan black campign, memanipulasi berita, membuat narasi negatif dan ujaran kebencian. Sama seperti yang menimpa kepada pak Jokowi tadi. Yang penting terus saja sebar berita bohong agar lama-lama kebohongan itu dianggap sebagai kebenaran.
Tahun 2024, insya Allah pak Ridwan Kamil siap menjadi suksesor pak Jokowi, sama-sama tukang insinyur, sama-sama berangkat dari daerah, dan sama-sama jago membangun.
InsyaAllah... Aamiin..
Salam Satu Jiwa....
0 Komentar