Kampung Naringgul.
Sesungguhnya bahagia itu jika kita bisa bercengkrama dengan warga suatu desa. Ngobrol tentang apa saja yang membuat kita merasa bersaudara. Bahagia rasanya dan reugreug. Reugreug karena sejatinya mereka adalah saudaraku, saudara satu bangsa, satu bahasa, satu dunia.
Seperti hari ini, saat kita pergi kesini ke Naringgul ini. Cobalah buka pembicaraan. Salam sapa dan hati yang baik. aku manusia, dia manusia. Kita adalah sama. Kita mau berteman, orang juga sama mau berteman. Kita mau bahagia, orang juga sama mau bahagia. Kita ingin dihargai, orang juga sama mau dihargai. Baik itu dimulai dari diri sendiri. Duh indahnya jika bisa seperti itu. Tapi kita masih belajar untuk jadi baik seperti itu. Sapalah, dan jangan penuh curiga. Lihat situasi dan kondisi. Pandai menempatkan diri, pandai berbuat baik.
Maaf teman, itu baru teori. Aku belum bisa seperti itu. Aku baru pingin rasanya seperti itu. Susahnya menjadi orang baik, karena kita memang harus menjadi orang baik.
Hujan telah menghentikan motor kita.
Karena walupun hujan ini kecil tapi kalau lama-lama ya kita basah kuyup juga. Walaupun semut itu kecil tapi kalau banyakan ya kita kalah juga. Lebih baik kita menghindar saja, berteduh dulu.
Apalagi kita belum dzuhur, sudah saatnya kita bersimpuh kepadaNya. aamiin...
Naringgul yang dulu aku bilang lembah seribu curug. Kekiri maupun kekanan kau memandang, dimana-mana ada banyak air terjun yang jatuh dari puncak tebing dan bukit yang curam. Tentu saja itu tidak lumrah, tidak ada disemua tempat, hanya ada di lokasi-lokasi khusus seperti Naringgul ini.
Nikmat manalagikah yang akan kita dustakan.
Aku tadi sempat menghitung, minimal ada 8 curug dikiri dan ada 7 curug dikanan. Pemandangan yang tak biasa. Naringgul valley memang luar biasa, apalagi suasana disini yang serba hijau, pepohonan rimbun disana, persawahan yang terasering bagaikan perhiasan alam. Air mengalir jernih disekitar kita. Sungaipun begitu deras dan bersih. Alangkah baiknya jika kita bisa mandi disana. Segar tingkat dewa.
Sesungguhnya aku mau mandi disana, sebab beberapa yang lain juga sempatnya bermain air disana membuatku kabitha. Kapan ya aku bisa bersenang-senang seperti orang lain...?. Senangnya bersama teman atau keluarga, anak dan istri bisa menikmati alam yang Allah hamparkan disana. Bahagia tingkat dewa.
..................................................iya kapan...?!!
Hanya bisa menghela napas dari dalam dada. Rasa yang tersisa. Bahagia yang tertunda.
Tapi seperti diamond, bahagia itu tak hanya ada dari satu sisi. Dari sisi lainpun kita masih mungkin merengkuh rasa bahagia itu. Pemandanganpun bisa membuat rasa senang seperti itu, itu tentu membuatmu merasa bahagia juga. Melihat orang bahagia adalah satu kebahagiaan juga. Melihat orang sedih adalah satu kesedihan juga. Iya apa iya...?!
Kekayaan alam kita sungguh luar biasa. Perkampungan dan perdesaan seperti ini adalah satu keindahan tersendiri. Jalan-jalan yang mengikuti alur tanah yang berumpak-umpak, menelususri bukit, lembah dan hutan, berkelok naik dan turun adalah seperti wahana yang dibuat secara terencana dengan sempurna. Allah membuat alam ini seperti itu, ada yang tak bisa dibuat jalan, ada juga yang baik untuk dibuat jalan. Jadinya begitu "sempurna".
"Huwalladzii ja'ala lakumul ardla dzaluulan famsyuu fii manaakibihaa, wakuluu mir rijqihii, wailaihin nusyuur"
"Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan". (Q.S. Al-Mulk: 15).
Seperti itulah Tuhan menciptakan alam ini memungkinkan manusia membangun jalan jembatan diatasnya. Memudahkan aktifitas dan travelling kita. Sungguh nikmat manalagikah yang akan kita dustakan.
Tak terbayang jika alam ini dipenuhi oleh kawah berapi, membuat kita sulit untuk bepergian dan berbahaya. Tapi...Tuhan membuat alam ini begitu indah dan beraneka ragam sehingga syukur dan bahagia kita selalu berulang.
looooh kok ceramah.
Rupanya bahagia akan lebih menyentuh hati jika kita sambil berdzikir kepadaNya. Toh bahagia yang sejati itu adanya di dalam hati kan...?. Iya kan...?
Makanya kita jangan kufur, tapi harus syukur. Syukur itu membuat hati tentram, tenang dan plong. Ada Tuhan disana.
Kita pergi ke alam kadang bertemu ular yang liwat, bertemu binatang-binatang, air dan sungai yang mengalir, bebatuan yang berwarna warni, dedaunan yang hijau, persawahan yang terasering maupun kebun yang terhampar adalah semuanya membuat kita berdecak kagum atas indahnya alam kuasa Tuhan. Meleleh (lagi musim meleleh daripada meluluh) hati kita.
Kembali ke tempat bersujud dengan air wudlu yang sejuk bak hati yang galau kembali menjadi tentram. Bahagia yang berlipat yang kita dapat di hari ini.
Mesjid ini tempat semua kita boleh bersinggah didalamnya, ada kesejukan, ada ketentraman. Angin yang berhembus pelan adalah bagian kabar dari Tuhan. Tuh, coba kamu rasakan segarnya berada di Rumah Tuhan. Sesuatu yang ajaib tapi nyata, jarang kita merasa bersyukur karenanya. setan memang tak pernah bosan mengalihkan perhatian kita dari segala kehebatanNya. Dan kita harus bina jiwa kita agar bisa selalu mengingat karunia Tuhan, dengan sujud dan syukur misalnya.
............................................................................Yah kita kadang merasa ajaib dengan nikmat Tuhan kita itu. Berharap supaya kita tidak menjadi manusia yang kufur dan lalai. aamiin
Naringgul Rupanya Indah juga.
Terus selama ini kamu pikir Naringgul itu tidak indahkah....?. Memang, Naringgul terasa begitu indah disaat musimpenghijau seperti sekarang. Walau hujan menghantui perjalanan kita tapi dimusim hujan seperti inilah kehebatan Naringgul bisa kita saksikan.
Kisah-kisah perjalanan para petualang kita dulu telah mengilhami kita untuk dapat mengikuti jejak mereka. Ada solo riding, ada petualang bersepeda maupun petualang berkendara lainnya.
Masa itu memang jalan kesini masih sangat jarang dilewati orang. Jalannya belum sebagus sekarang. Lima tahun yang lalu misalnya, jalan di sekitar tanjakan seribu itu masih berupa aspal yang ruksak. Tak bisa kita melajukan motor kita sepcepat hari ini. Perjalanan kesana adalah suatu petualangan yang berkesan yang datang dari masa lalunya yang demikian eksotis. Bagaikan suatu perjalanan tembus lintas batas negara. Seperti suatu kisah dongeng yang indah untuk kita baca. Ya....memang masa lalu seringkali memberi kita kesan yang luar biasa.
atau sepuluh tahun yang lalu, saat pertama kali penulis lintas jabar selatan. hmmm....memang sangat eksotis dan berkesan. Jembatanpun masih dari kayu seperti itu, jalananpun masih berupa jalan berlubang dan becek. Tapi kesannya teramat indah terekam dalam sanubari kita. Tak bisa diulangi lagi di hari ini. akan beda rasa dan sensasinya.
Baiklah....But Naringgul is "everlasting......neverlasting"
Iya tetap merupakan keindahan tersendiri. Tentu saja suatu hari kita berniat menyusurinya kembali. Cuma hati-hati sebab kontur jalan disini berbeda. Jangan samakan dengan di tempat lain. Berbukit, berlembah curam dan bertebing sisi kiri maupun kanan. Butuh konsentrasi berkendara dan juga kesiapan kendaraan maupun pengendara. Harus vit segalanya. Belum sebulan ini ada kendaraan yang masuk jurang, empat orang menjadi korban kecelakaan mengerikan itu. Harus hati-hati, pastikan kendaraan dalam keadaan baik, tidak remblong, tidak kurang tenaganya dan juga mental pengemudinya harus tangguh dengan skill yang juga mumpuni. Jangan coba-coba kalau belum ahli...sebab beresiko sekali. Keselamatan harus diutamakan ya...?!
Habis dzuhur serta merta hujan pun berhenti, ini waktunya untuk lanjutkan perjalanan kita. Cuaca yang adem karena alam yang berkabut, hujan belum benar-benar berakhir memaksa kita kembali melipir ke sebuah warung disisi kanan jalan. Perut sudah kenyang sebenarnya, tapi kita ke warung dengan tujuan hendak berteduh.
Tentu tak enak jika hanya ikut berteduh. Ya minimal jajan apakek, kwaci kek, permen kek, sangray su'uk kek, seduh kopi kek. Sehingga saat-saat demikian itu kadang merupakan kesempatan terbaik untuk bercengkrama dengan warga setempat, dengan pemilik warung dll. Seperti cerita si ibu tadi tentang terjadinya kecelakaan di sebulan ini. Darah katanya mengalir di sana, tak cukup ditimbun dengan 2-3 karung pasir. Ngeri-ngeri sedap kita menyimak kisah ceritanya.
Tapi itulah keberhasilan kita hari ini. Dapat mendengar suatu kisah yang berguna dan mengingatkan kita. Harus hati-hati berkendara. Jangan terlalu ngebut ditempat yang belum kita kenali situasi dan medannya. Semua harus dapat terkendali. iya kan...?
Baru hari ini tidak turun hujan, kemarin-kemarin sebelumnya disini selalu hujan sejak pagi hari. Baru siang begini ada turun hujan. Kembeli si ibu bercerita dan kita menyimak saja.
Bu.....sabarahaeun...?....tujuh ribu a.
Mangga bu, rupina hujan parantos raat. Tos wancina bade neraskeun perjalanan. Nuhun bu...assalaamu 'alaikum.
.........................kitapun pergi bersama kisah yang masih terbayang dibenak kita. Hujan tak sungguh-sungguh berhenti. Belum terlalu jauh ia kembali menjadi bertambah deras memaksa kita kembali untuk berhenti di sebuah warung yang ada disebuah kampung. Entah kampung apa. Yang jelas ini sudah lewat kampung Padasuka atau Sukabakti dan Balegede. ya kalau dari arah Bandung ini sebelum tugu Balegede. Kalau dari arah sebaliknya ini adalah sebelum jembatan dan "Curug Cicadas". Kira-kira 400 meter dari batas hutan.
...........................................................sudah empat pemberhentian tentunya. Tapi ini saat yang langka untuk dapat merasakan suasana di desa ini. iya kan...?
Demikian saja kisah perjalanan kita dari Naringgul di hari ini.....hari Minggu sebelum besok "alhamdulillah bisa" bekerja kembali.
Laporan catatan perjalanan dari Naringgul dan Tanjakan Seribu. Tapal batas antara Bandung dan Cianjur Selatan.
Sampai Jumpa....!
0 Komentar