Selisih dana desa yang diterima jawa barat vs jawa timur sekitar 2 triliun tiap tahun.
Dana desa sdh bergulir sejak tahun 2015.
Jumlah penduduk jatim 40 jtan, jabar 50 jtaan.
Dengan selisih jumlah penduduk sekira 10 juta lebih banyak, tentu disparitas kemanfaatan dana desa yg dirasakan oleh rakyat indonesia yg hidup di jawa barat bertambah lebih kecil dibandingkan di jatim maupun jateng. Belum lagi dari jumlah pns tni polri bumn yang mendapat jaminan negara, persentase di jabar jauh lebih kecil dibandingkan 2 provinsi tsb, bahkan dibanding seluruh provinsi lainnya, mengingat jumlah penduduk, jumlah desa, jumlah kabupaten kota yang tidak mencerminkan keadilan.
Tentu pemerintah pusat, menteri keuangan dll, sudah menghitung cermat tentang dana nasional yang disalurkan ke daerah daerah tsb.
Selisih dana desa yg 2 triliun per TAHUN tsb, itu cukup untuk membangun jalur jalan baru dari sukabumi sd ciamis.
Jadi jika dana desa itu sdh bergulir 5 atau 6 tahun maka, 5x2 triliun adalah jumlah kerugian yg seharusnya didapatkan oleh warga jawa barat.
Belum lagi dari dana pns tni polri bumn dll tadi.
Maka wajar jika orang jawa barat seperti hadir dari abad pertengahan.
Salahkah jika kita protes...?!
Pemerintah pusat tahu berapa jumlah desa di jabar, di jateng, jatim, sumut dll.
Pemerintah pusat tahu berapa jumlah penduduk ditiap provinsi.
Pemerintah pusat tahu berapa dana mereka bagikan.
Adilkah...?!
Jawabnya....
Tidak adil.
Inilah perjuangan kita.
Perjuangan rakyat indonesia yg hidup di tanah jawa barat.
Jumlah universitas negeri sdh berpuluh tahun berbeda. Jabar baru beberapa thn lalu...th 2015an bisa tambah di karawang dan tasik...padahal provinsi jateng sdh sejak puluhan tahun punya unsoed undip dll, jatim juga punya airlangga dan unbraw, blm lgi ugm.
Tentu saja jumlah ptn itu berbanding lurus dgn jumlah pendanaan thd rakyat di suatu daerah.
RK yang banyak di serang radikal oleh kubu Ono hehe gara2 suka nyentil pusat...(ibhoy)
Oh gitu ya. Baru tahu kang ibhoy.
Tpi jgn heran. Kemarin sy sdh singung sedikit tentang hal tsb.
Setiap aya nu mucunghul ti jabar, pasti ada upaya menahan lajunya. Pak Ali Sadikin, gubernur jabar dan dki yg paling juga sama dicekal.
Sy gak ikuti kabar ttg tuduhan radikal tsb. Sy baru tahu.
Entah kenapa sepertinya mrk benci kpd jawa barat.
Padahal mrk hidup kaya berkat tanah jawa barat juga.
Pusat industri di jawa barat.
Penyuplai listrik terbesar masih jawa barat, dst.
Jakarta juga di jawa barat.
Tapi kok ke orang jawa barat seperti ke orang luar negeri.
Saya sdh bicara ttg ketidak adilan ini sejak sy kuliah sekitar tahun 2000 an. Ada ketidak adilan yg disengaja yg dibuat sejak indonesia membangun.
Puluhan tahun jabar dirugikan.
Maka sy pernah bicara, bahwa secara akumulasi, jabar dirugikan (krn tdk adil) ribuan triliun...
Maka sy menemukan jawaban dari sosok kang Emil. Beliau bicara ttg jalan JTS, beliau bicara tentang ketidak adilan fiskal dll, beliau bicara ttg jumlah desa kabupaten kota. Pemekaran dll.
Itulah visi pemimpin yg analitis.
Apa yg selama ini ada dlm unek2 saya. Alhamdulillah sdh terwakili dalam diri kang Emil.
Makanya kita wajib dukung perjusngan beliau.
Krn orang jawa barat juga sarua jelema, sarua urang indonesia.
Mungkin mulai waktu kasus kerumunan FPI di Bogor kang 😊🙏 (Rudi Suanturi).
Oh itu ya.
Alhamdulillah justru sy melihat inilah keuntungan buat kang Emil.
Kang Emil yang pro akal sehat, singkatnya bisa menjadi katalisator dari dua kubu yg selama ini memecah bangsa.
Kang Emil hanya pro akal sehat, pro kebaikan, pro nkri, pro kemanusiaan seperti itu. Beliau tdk terjerumus dlm kubu kubuan.
Pa Anis misalnya, beliau terkalu ke kanan.
Sebaliknya, lawannya adalah tentu akan seperti ke kiri2an.
Kang Emil ada ditengah. Bukan pro salah satu secara membabi buta. Tapi ada takarannya...yaitu akal sehat. Ketika harus mengkritik, ya beliau lakukan itu. Ketika harus mendukung pusat maka 100 persen beliau dukung pusat.
Kritik ke pusat kan ketika ada ketidak adilan dlm kasus kerumunan tsb misalnya. Dan pak Mahfud MD sebenarnya sdh akui "kekeliruannya" tsb.
Hanya saja hal tsb tentu dinanfaatkan oleh pihak ttt.
Perlu diingat bahwa kebanyakang kampvret itu krn "kebodohannya".
Sy sdh bilang rakyat jabar itu maaf seperti hadir dari zaman pertengahan.
Kenapa...?!
Itu akumulasi dari ketidak adilan pusat thd jabar yg sdh terjadi puluhan tahun.
Buktinya...berapa sih orang jabar yg pernah jadi menteri dan jendral...?!
Apakah krn orang jabar itu monyet yg bodoh...?!
Bukan. Itu krn ketidak adilan prmbangunan ekonomi, penfidikan, sarana jalan, jumlah kabupaten dst.
Itu ilmiah sekali.
0 Komentar