Indonesia itu hampir seperti sebuah benua. Negaranya besar dan cukup luas. Oleh karena itu maka seyogyanya kita memiliki sebuah liga utama yang besar juga, sehingga potensi pemain di daerah bisa lebih terlatih secara lebih merata. Pilihan atau bank pemain untuk timnas juga akan lebih banyak kita miliki sehingga dapat ditemukan 23 pemain yang terbaik dari yang terbaik.
Negara Indonesia bisa lebih besar, 5 atau 6 kali dari luas negara Jepang. Sehingga seharusnya kita bisa memiliki potensi pemain lebih besar dibandingkan Jepang.
Walau tak selalu berbanding lurus seperti itu, tapi setidaknya timnas Indonesia memiliki sumber daya pemain yang lebih banyak. Harusnya sih lebih kuat dibanding jumlah pilihan pemain yang sedikit dalam negara yang sama.
Kita lebih banyak pemain tentu lebih baik dibanding kita kekurangan piligan untuk pemain timnas.
Kita tahu potensi beberapa daerah seperti Medan, Manado, Ambon, Ternate, Gorontalo, Nusa Tenggara, Aceh, Bengkulu, Lampung, Riau, Kalbar, Palu, dll.
Banyak sekali daerah di Indonesia. Ada 34 provinsi. Belum lagi dalam satu provinsi bisa saja memiliki lebih dari satu klub di liga utama.
Maka setidaknya Liga Super Indonesia ini berubah menjadi Mega Liga Indonesia. Jika saat ini ada 20 klub maka, bisa ditambah menjadi 41 klub. Atau jika saat ini ada 18 klub Liga Super maka di Mega Liga Indonesia ini bisa menjadi 37 klub.
Tunggu dulu. Itu tidak mungkin, jumlah pertandingan tentu akan menjadi lebih banyak. Dua kali lipat lebih banyak dari biasanya.
Tenang, jangan ngegas dulu. Pelan-pelan saja. Cooling down.
Ya jika sistem liga masih menggunakan skema home and away, 2 klub saling berhadapan home and away, tentu saja jumlah pertandingan akan menjadi 2x lebih banyak dari saat ini.
Tapi skema Mega Liga Indonesia tidak lagi menggunakan sistem kontemporer. Ini adalah TEROBOSAN baru. Murni temuan dari Professor Amru McIyep @ypidea nya.
Skema setiap klub hanya bertemu masing-masing satu kali saja melawan klub yang sama. Kenapa harus 2x....?. Sekali saja sudah cukup. Sehingga para klub akan terbiasa memandang satu pertandingan sebagai final, dan tak ada kesempatan kedua untuk pembalasan ditahun yang sama.
Akibatnya adalah, akan menanamkan mental harus menang dalam setiap pertandingan, tak menghiraukan lagi adanya perbedaan home and away. Tujuan setiap kali bertanding hanya untuk menang walaupun dikandang lawan. Ini akan membentuk mental pemain siap berlaga, siap memperjuangkan kemenangan meskipun itu dikandang lawan.
Sebagaimana kita ketahui kompetisi-kompetisi antar negara selalu berpindah dari satu negara ke negara lainnya. Tak bisa selalu menjadi tuan rumah. Bahkan mungkin 10 tahun sekali baru bisa menggelar ASEAN Games di Indonesia. Apalagi Piala Asia dan Piala Dunia. Olimpiade dll.
Bukankah tujuan liga selain untuk mengasah skill para pemainnya, tetapi tak kalah pentingnya adalah untuk mengasah mental para pemain. Jangan lagi terlalu mengandalkan pertandingan di kandang sendiri, diluar kandangpun siap all out.
Jadi misalkan pertandingan Persib vs Persebaya. Maka cukup diundi secara fair, dimana pertandingan akan dilaksanakan. Akan tetapi dalam satu musim setiap klub harus memiliki jatah home away yang sama jumlahnya. Masing-masing 20 x atau masing-masing 18 kali, 18 x home, 18 x away.
Cara pengundiannya bisa diatur mana yang dianggap paling fair dan paling sportif.
Posisi dimusim sebelumnya bisa merupakan advantage. Siapa yang posisinya lebih baik ditahun sebelumnya maka dia berhak mendapat prioritas kesempatan pertama dalam proses pengundian. Maka klub yang berprestasi ditahun lalu mendapatkan ganjaran lebih dibandingkan klub-klub yang berada dibawahnya. Itu fair dan sehingga akan memicu setiap klub untuk bisa masuk ke kelompok menengah keatas, sehingga liga akan seru sepanjang tahun.
Jumlah team degradasi mungkin cukup hanya dua seperti biasanya, agar team promosi adalah benar-benar team yang paling siap ke Mega Liga. Atau mungkin cukup 1 klub saja. Mengingat tentu akan sulit untuk mencari klub dari luar Mega Liga yang siap lahir bathin (finansial dll) untuk menggantikan 41 atau 37 klub yang sudah ada di Mega Liga tersebut.
Apakah Persib atau Persebaya yang beruntung menjadi tuan rumah...?, semua tergantung undiannya.
Atau ada cara lain, misalnya. Juara Liga akan menjadi tuan rumah bagi semua team papan menengah ke atas. Juara dua pun sama, kecuali dia away melawan sang Juara. Terus berurutan kebawah. Sehingga team-team yang lebih bawah harus menerima konsekwensi posisi dari kejuaraan/kompetisi ditahun sebelumnya.
Sehingga semua berlomba untuk menjalani home melawan klub-klub yang dianggap kuat dengan satu cara. Mendapat posisi terbaik di setiap akhir kompetisi.
Misalkan klub 1 sd 37, maka klub nomor 1 akan menjadi tuan rumah bagi klub nomor 2 sampai dengan nomor 19. Dan klub itu akan menjalani away kepada klub-klub dari nomor 20 sampai 37.
Klub juara 2. Dia akan menjadi tuan rumah bagi klub yang ada di posisi 3 sampai 20. Lalu away ke klub dari urutan 21 hingga 37 plus ke klub yang ada diatasnya.
Klub yang di akhir kompetisi menduduki posisi 10. Maka klub tersebut akan menjadi tuan rumah bagi 18 klub lain yang ada di bawahnya yakni melawan urutan 11 hingga 28.
Klub yang berada di posisi 30, maka dia akan menjadi tuan rumah bagi 7 klub dibawahnya (posisi 31 sampai 36 dan satu team promosi, jika hanya satu team promosi). Ditambah 11 klub teratas di musim sebelumnya.
Begitulah sehingga setiap posisi dalam kompetisi sangat berarti.
Menjadi tuan rumah menghadapi klub kuat tentu lebih penting dibanding menjadi tuanrumah bagi klub yang dianggap tidak lebih kuat. Atau bebas memilih lawan home and away. Sementara yang posisinya berada di bawahnya, menjadi harus menerima pilihan dari klub yang diatasnya. Ini juga merupakan rewards yang layak. Dengan sistem ini, klub juara liga bisa memilih 18 klub yang akan dihadapinya di home dan 18 klub untuk away.
Sehingga klub yang ada dibawahnya harus siap dipilih lawan home atau away dari semua klub yang ada diatasnya. Dengan kuota home and away masing-masing klub adalah 18 x home, 18 x away. Cuma yang posisi lebih baik mendapat hak memilih lawan home maupun away.
Demikianlah ulasan kita kali ini. Semoga sistem kompetisi yang demikian ini bisa menjadi alternatif bagi penyelenggaraan Liga Sepakbola di Indonesia dan bahkan di negara lain.
Bandung, 18 April 2021
#ypidea 2021
#RumahKerjaRelawanIndonesia
#RKR1 Juara
#RumahKita adalah Indonesia
#salam santuy
Note :
1. Liga Sepakbola yang sekarang populer itu memang diadopsi dari negara-negara Eropa yang luas wilayahnya kecil, antar kota bisa dijangkau oleh bus, rata-rata tak perlu lintas pulau (kecuali Italia). Sehingga jumlah klub pun cukup 18 hingga 20. Beda dengan di Indonesia yang luas sekali dan banyak daerahnya/banyak penduduknya.
2. Liga Jepang juga tidak menjiplak 100 persen model liga di Eropa. Mereka punya cara sendiri. Mereka tak mengenal seri (setidaknya dulu, sekarang saya tidak tahu). Jika selama 2x90 menit draw maka diadakan adu pinalti. Itu artinya skema liga itu bisa disesuaikan dengan negara masing-masing.
0 Komentar