Satu malam di kota Bandung.
Malam itu, sekitar Maret 2021. Kota Bandung memiliki tempat tongkrongan baru yakni sebuah pojok taman di utaranya lapang Gasibu.
Nampaknya malam itu memang rame sekali. Yang tak seperti biasanya sepi karena corona.
Antusias masyarakat sangat tinggi untuk bermalam mingguan. Ibu-ibu, remaja, anak-anak tumplek di jalanan kota Bandung. Pun juga disini ditaman utara Gasibu ini, ada juga dari luar daerah, luar pulau. Mungkin dari Kalimantan, Sulawesi atau Sumatera. Saya gak tanyakan asalnya, tapi jika dengar logat dan bahasanya jelas rombongan ibu itu bukan dari Jawa Barat, bukan pula dari Jawa Tengah maupun Timur, itu pasti dari luar pulau.
Tentu saja kita merasa bahagia jika ada saudara kita dari seluruh Nusantara dapat silaturahmi ke kota kita. Kita memang harus perkuat silaturahmi itu. Kita semua benar-benar mencintai mereka semua, kita benar-benar merasa bersaudara satu sama lain. Satu nusa satu bangsa, satu bahasa Indonesia.
Kita gak buka obrolan bukan karena gak mau, tapi kita khawatir justru akan mengganggu privasi mereka. Terutama penulis yang memang gak begitu luwes dalam bergaul, jadinya terkesan diem-dieman. Padahal hati sih ingin menyapa, berkenalan dst. Bukan tak ramah, bukan pula tak perhatian. Bukan. Tapi merasa takut salah saja, takut membuat risih. Dst.
Memang cukup nyaman bisa menikmati malam di taman itu, pada saat semua taman lainnya saat ini masih ditutup karena corona. Sehingga taman ini menjadi salah satu penawarnya, menggantikan taman lainnya yang masih ditutup.
Mungkin karena ini taman baru. Atau entah apa. Tapi alhamdulillah bahwa masih ada taman yang dibuka walau beberapa dibatasi, seperti taman Asia Afrika yang di Kiaracondong. Itu sudah dibuka secara terbatas. Hanya dari jam 10 hingga 18 wib dengan menerapkan protokol kesehatan tentunya.
Tetap hati-hati karena saat ini akhir April 2021 dunia masih belum terbebas dari corona itu. India misalnya, dalam sehari tercatat ada 300. 000 lebih orang terpapar, dan ribuan meninggal. Hanya dalam satu hari akibat mereka terlalu cepat merasa bebas dari corona.
Dalam minggu ini, dua orang yang kita kenal juga terkena covid-19, keduanya meninggal di selang empat hari kebelakang ini.
Itu menunjukkan bahwa pandemi belum berakhir bahkan tercatat ada beberapa kasus baru. Seperti dikampung kita sana, satu keluarga 7 orang terkena corona, sehingga harus menjalani isolasi mandiri.
Saudaraku semua.
Ini bukan keadaan normal. Ini masih ada corona. Sehingga kita harus lebih hati-hati lagi. Tetap jaga jarak, jauhi kerumunan, jauhi kontak fisik, gunakan masker, sering cuci tangan dst.
Bahkan sholatpun, benar-benar dianjurkan dirumah saja. Jangan sampai menyesal dibelakang karena merasa aman dan lalu berjama'ah tanpa protokol kesehatan.
Itu sungguh tidak bijaksana.
Seperti penulis rasakan saat ini. Dua hari kebelakang ini, bahkan lebih. Sudah merasa aman dan lalu pergi ke mesjid berjama'ah.
Penulis berusaha jaga jarak, tapi yang lain tidak. Akhirnya protokol kesehatan sudah dilanggar.
Beruntung jika semua jema'ahnya tak membawa virus itu, coba jika satu saja ada yang terpapar corona maka bisa saja itu menyebar ke jema'ah disekitarnya.
Penulis merasa menyesal telah berani ke mesjid lagi. Sebab nyatanya gak semua orang peduli kesehatan. Itu sungguh berbahaya buat kita semua.
..............mulai hari ini penulis akan lebih ketat lagi mengikuti saran ahli kesehatan dan kedokteran untuk selalu taat protokol kesehatan itu. Bukan apa, selain demi kebaikan kita semua.
Bersabar, sabar dalam keta'atan adalah pilihan terbijak kita saat ini.
Nyawa tak ada gantinya. Kesehatan itu harus diupayakan.
Ya...semoga kita semua dilindungi olehNya. Aamiin Allahumma aamiin.
..............................................................................................
Demikian saja tulisan kita kali ini.
Jangan kendor. Tetap ta'at aturan, patuhi protokol kesehatan.
Kita punya negara, ada banyak ahli kesehatan dst. Kita ikuti saran mereka. Kita patuhi aturan pemerintah.
Jangan mudik dulu.
Sayangi keluarga dikampung sana, sayangi orang tua kita, saudara kita, teman dan semua tetangga sekampung kita. Dengan tidak mudik di lebaran tahun ini. Itulah bahasa cinta kita dimasa pandemi seperti ini.
Indahlah pada waktunya, jangan sembrono yang bisa menjadi blunder tak terma'afkan dalam hidupmu.
.......salam akal sehat.
#RKR1 2024
0 Komentar