Surat Cinta untuk Papua

Wahai temanku orang Papua. Mari kita berdamai dengan sepenuh hati kita semua.

Tolong teman. Jangan ribut terus. Habis waktu kita hanya untuk ribut. 

Damaikan hati. Jadilah kita orang-orang yang baik, pemaaf, bijaksana, tidak mudah terprovokasi hal-hal yang negatif. 

Papua memang berkulit hitam, berambut keriting tapi semua itu adalah ciptaan Tuhan juga. Hitam bukan berarti buruk, putih bukan berarti baik, coklat bukan berarti setengah baik setengah buruk. 

Baik buruk itu letaknya ada di kelakuan/budipekerti/akhlak, semua itu bersumber dari hati yang baik. 

Jangan mudah tersinggung. Kata-kata makian seperti; kambing..!, anjing....!, babi...!, monyet...!, itu adalah bahasa makian yang tidak hanya ditujukan kepada rakyat Papua, di daerah lainpun sesama mereka sama saja saling maki dengan sebutan binatang seperti itu. Itu sudah menjadi "bahasa sehari-hari" para pemaki. Tentu itu bukan contoh yang baik.


Orang papua bukanlah monyet, bukan anjing, bukan babi, dll. Orang Papua adalah manusia, sama seperti manusia lainnya. 

Teman-temanku orang Papua yang saya cintai, ayo kita kuatkan rasa persaudaraan kita, kuatkan persatuan kita. Kita memang bhinneka tunggal ika...kita berbeda-beda, ada ratusan suku, dst. Tapi kita satu bangsa Indonesia.


Contoh Amerika yang juga terdiri dari berbagai warna kulit tapi mereka tetap adalah satu state satu negara, satu bangsa yaitu bangsa Amerika. 


Ya...dimanapun juga selalu ada oknum rasialis...oknum pengacau dst. Di Eropa, di Amerika yang katanya sudah maju pun rasisme itu masih ada. Pelaku rasisme itu adalah oknum bukan semua orang pelaku rasisme. Pelaku rasisme hanyalah orang-orang buruk kelakuannya status mereka sama saja seperti para penjahat, pencuri dst yang selalu ada dimana-mana. Artinya tidak semua orang adalah pelaku rasialisme, sebagaimana tidak semua orang adalah pencuri atau penjahat dst. Mereka adalah OKNUM.

Wahai saudaraku orang Papua. Pertikaian hanya akan menghabiskan waktu dan energi kita hanya untuk ribut dan bertengkar, mari kita hentikan. Mari kita perbaiki yang masih buruk, mari kita eratkan yang masih longgar dst.

Kita semua sama adalah bangsa Indonesia, ada suku Aceh, Batak, Minang, Melayu, Lampung, Sunda, Jawa, Bali, Makassar, Bugis, Ambon, Papua dan ratusan suku lainnya.

Kita gak mungkin sama, Sunda bukan Batak, Jawa bukan Makassar. Tapi kita sama sebagai manusia ciptaan Tuhan dari keturunan yang sama dari Adam dan Hawa. Kita hanya menjadi berbeda oleh karena perjalanan waktu yang ribuan tahun memisahkan manusia yang kemudian tersebar keseluruh tempat dibumi ini sehingga mereka masing-masing dipengaruhi oleh alam dimana mereka berada, ada tempat yang panas seperti di Afrika, ada yang dingin seperti di Jepang, dst. Kemudian dari perjalanan waktu dan perbedaan tempat itulah kemudian tercipta perbedaan-perbedaan warna kulit, budaya, suku, bahasa dst. 

Padahal kita sesungguhnya semua sama, yang sama ditengah perbedaan tersebut. Walaupun berbeda tapi satu hal kita semua sama sebagai keturunan dari Adam dan Hawa.

Jadi sesungguhnya bahwa mereka yang masih memelihara sikap perseteruan/konplik soal ras, suku, agama dst itu adalah mereka yang mungkin sudah lupa dengan kenyataan bahwa mereka adalah sama sebagai satu umat manusia, satu keturunan dari Adam dan Hawa. 

Kita tidak boleh merasa lebih hebat dari yang lain, karena orang yang merasa lebih hebat hanyalah orang-orang yang sombong. Kita belajar untuk tidak bersikap sombong itu karena sombong hanya boleh dilakukan oleh Tuhan sang pemilik alam ini.

Derajat manusia itu diukur hanya dari ketakwaannya, akhlaknya, kelakuannya, bukan dari sukunya atau warna kulitnya dst.

Isi hatilah yang menentukan derajat manusia. Baik dan buruk itu adalah soal kelakuan, bukan soal warna kulit.

Wahai temanku semua orang Papua, orang Sunda dst, mari kita menjadi lebih baik. Jangan heran jika diantara kita masih ada orang pelaku rasialis karena pelaku rasialis itu adalah pasti selalu ada sebagaimana juga pasti akan selalu adanya para penjahat lainnya, pencuri, penodong dst. Mereka semua hanyalah oknum, tidak semua kita adalah pencuri, penjambret, pelanggar HAM dst.

Contohnya saya, insyaAllah saya bukan pelaku rasialisme itu. Saya bahkan menentang rasisme itu. Saya juga bukan penjambret tapi justru saya menentang perbuatan buruk itu, seperti juga saya menentang perbuatan rasisme.


Kita bukanlah penjambret, kita bukanlah pelaku rasisme, dst. Penjambret, pelaku rasisme dll, hanyalah mereka yang sudah lupa dengan tugasnya sebagai manusia yaitu untuk berbuat baik dst.

Wahai temanku....marilah kita sama-sama belajar untuk menjadi lebih BIJAK lagi dalam menyikapi orang orang yang tak sebaik kita itu tadi. Jadilah kita bagian dari orang-orang BIJAK yang berwawasan, yang pema'af, pemurah, pelindung bagi sesama umat manusia.

Kita hanyalah sama sebagai umat manusia yang sama hidup di alam Nusantara...yang terdiri dari ribuan pulau itu. 


Indonesia tentu adalah semua wilayah yang bekas jajahan Belanda dll, yang dari Sabang sampai Merauke. Itulah NKRI kita yang sedang kita terus perbaiki di segala bidang, lahir dan batin.


Wahai saudaraku semua, wabilkhusus teman-temanku di Papua dll.

Perkenankan kami ucapkan salam persaudaraan dari kami orang Bandung Jawa Barat. 

Marilah kita "berangkulan", berjabat tangan, mempererat persaudaraan diantara kita, jangan ada dusta diantara kita, jangan ada kecurigaan lagi diantara kita, jangan ada pembatas diantara kita sebagai satu bangsa Indonesia. 


Semua kita sama, yang terus berusaha untuk memperbaiki yang kurang baik, meningkatkan yang sudah lebih baik, dst secara lahir maupun batin. 

Demikianlah jabat erat tangan kita. Kikis perseteruan, kita adalah bangsa yang berbudaya, ramah, sopan, dst. Hanya orang belum dewasa saja yang masih berbuat rasis, nista, dstnya itu.

Semoga Tuhan mempersatukan kita lebih baik lagi. Aamiin.


#Papua adalah NKRI
#Kita bangsa Indonesia
#Bhinneka Tunggal Ika
#Jangan mudah terprovokasi
#NKRI harga mati

#ypidea 2021

Posting Komentar

0 Komentar