Hateisme dan Atheisme

Lesson No. 522

(Rupanya ada yang kebakaran jenggotnya).

Sekarang saya faham, mengapa mereka terus saja ngerecoki pasangan presiden dan wakilnya. 

Mengapa begitu masiv serangan mereka kepada Banser, NU. 

Sehingga rakyat pun tak menyadari apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Sehingga rakyatpun terhasut pula, tergiring opini pula dan tiba-tiba mereka sama menyerang Negara,  menyerang yang berbau NU.

TUDUHANNYA adalah selalu saja sekitar...

1. Syi'ah
2. Kafir
3. Munafik
4. Anti Islam
5. Digencet
6. Pembohong
7. Antek asing dan aseng
8. Dzolim
9. Playing Victim

Wow, mereka tiba-tiba seperti sekelompok ilmuwan baru. Dengan temuan-temuan baru, istilah-istilah yang bombastis...

Jihad
Memerangi kedzaliman
Musuh Allah dan ribuan bahasa tendensius lainnya.
Rupa-rupanya,...ternyata...

Itu setali dua uang dengan apa yang kita sebut sebagai...kericuhan yang diciptakan. Kebakaran yang disengaja. 

Ada semacam ketakutan kelompok tertentu, mereka takut jika Indonesia damai, mereka tak rela kalau Indonesia ini rukun. Sepertinya mereka benar-benar takut kalau Indonesia bersama pak Jokowi, bersama pak kyai Ma'ruf Amin, bersama NU, bersama rakyat bisa maju dan bisa menjadi negeri yang "baldatun thayyibatun warabbun ghafuur".

Maka, iblis-iblis itu mengatur siasatnya, meniupkan benih-benih pertentangan, kekisruhan, kekacauan...ditengah masyarakat Indonesia ini. 

Dibuatlah skenario cerita karangan, seakan-akan negeri ini darurat komunis, darurat politik, darurat agama, darurat sosial.

Itulah senjata mereka untuk melumpuhkan umat dan bangsa Indonesia.
Siapa saja yang waras, akan dibuat terlihat tidak waras oleh mereka.

Siapa saja yang berjuang untuk kemajuan Indonesia, pastilah akan mereka hujat dengan berbagai macam cara, narasi, fitnah, yang begitu dahsyat...bagaikan sebuah bah yang membanjiri media sosial.

Semua dibuat jelek, semua dibuat buruk.

Dulu, mereka tak berani seperti sekarang. Sebab kalau mereka seberani hari ini...niscaya habis mereka di karungin, ditenggelamkan dll. Dulu mereka terlihat lebih menahan diri, bahkan boleh dibilang lebih jinak dari merpati.

Tapi sekarang kelihatannya kok seperti orang yang kebakaran jenggotnya. Seperti babi/celeng yang buta, yang ngamuk tak karu-karuan. Sruduk sana sruduk sini. Seperti cacing kepanasan, kelojotan. 

Tentu di era reformasi ini, orang gila pun punya hak sama untuk bicara. 

Kalau yang dengernya sama gila, klop lah sudah.

Maka, ini tergantung kita sebagai rakyat, klopnya kemana....?!?.

Tinggal pilih.

Tentu karena orang gila saja bebas teriak sana teriak sini. Kita sebagai yang normal, tentu lebih boleh lagi untuk berbicara, berpidato, berceramah, menulis, berargumentasi dst.

Kenapa...?!?

Karena ngeri kalau kita orang waras hanya diam membiarkan orang-orang tak waras itu "maceuh", "mijah" koar-koar tentang omongan-omongan tak masuk akal. 

Takutnya, ketidakwarasan itu, lama-lama dianggap biasa, dianggap normal.

Kalau sudah ketidaknormalan itu dianggap normal. Lalu yang normal dianggap tidak normal gitu...?!?.

Jangan. Kita tidak mau itu terjadi. Dan kita juga tidak menganggap remeh persoalan ini. Karena contoh kasusnya sudah banyak, karena ketidakwarasan yang merajalela, tentara, orang kaya mayoritas sudah gila. Maka pertumpahan darahlah yang terjadi. Suriah, Irak, dll.

Mereka terlalu membiarkan ketidakwarasan itu mencekoki pikiran orang-orang disana. Akibatnya karena orang tak berotak, begitu mudah di giring, dikompori, dipersenjatai...membunuhi sesamanya, tetangganya, temannya, saudaranya, orang tuanya bahkan anak-anak tak berdosa...dibantai,

...negara menjadi mencekam...melebihi di film-film teror.

Wahabi, hateisme, setali dua uang dengan komunis dan atheis yang hilang akal dan kesetanan. Hilang rasa perikemanusiaan, tak ada rasionalitas diakal, yang ada adalah nafsu pertikaian, kemarahan dan pertumpahan darah.

Kita tidak sedang menganggap remeh persoalan itu. 
Mereka sudah berani terbuka ngajak perang, ngajak revolusi, ngajak berontak dst.

Apa-apaan...?!?
Gila sudah.

Kita meyakini sekarang bahwa hateisme tak boleh dibiarkan lagi. Kalau terlambat saja bertindak, maka akibatnya menjadi terlalu mahal untuk ditebus. Kita gak mau menjadi terlanjur seperti di Suriah dll.

Maka kita harus jaga NU,
Kita pelihara Muhammadiyyah sebagai benteng kewarasan dalam beragama.
Lalu kita tolak neo jahiliyyah, neo khilafah, neo khawarij.

Faham NU lah yang menjadi identitas kita yang sebenarnya. Menjaga ulama kyai santri dan pesantren kitab kuning. Atau Muhammadiyyah sebagai islam perkotaan. Atau Al-Washliyyah di Sumatera dll.

Salam Reformasi
Salam Indonesia Juara dan akal sehat.

Merdeka...
#ypidea 30 Agustus 2020


Note:
Budaya Literasi, Kemauan banyak membaca, informasi yang utuh, budaya menulis, dst. Mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa modern bangsa yang rajin membaca. Bangsa maju bangsa yang giat mebaca dan biasa menulis. Menulis itu butuh olah pikir, belajar menganalisa secara logis analitis, dst dan juga butuh banyak ilmu yaitu dari banyak membaca dll.

Saat ini, budaya baca di Jabar sama halnya Indonesia, masih rendah.
Menurut survei Central Connecticut State University mengenai Most Literate Nations in the World, Indonesia menempati peringkat ke-60 dari total 61 negara, persis di bawah Thailand dan di atas Botswana.
UNESCO juga pernah mengungkapkan bahwa persentase minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,01 persen. Artinya dari 10.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang senang membaca.


Baca Juga: 

2. Pemimpin itu Taqdir 

3. Selamat Hari Pahlawan 10 November 2021 (Pahlawan Melawan Kemiskinan, Kebodohan dll)

4. Logis dalam Memilih Capres

5. PURPOSE (Persatuan Untuk Politik Akal Sehat)

6. Indonesia Maju bersama Pemimpin dan Partai Modern

7. Pemimpin Modern, Pemimpin Juara

8. Pernyataan dari Analisa yang BAL

Posting Komentar

0 Komentar