Akhlak dan Makna Lafadz Bid'ah

Kita bersaudara. Sesama muslim itu bersaudara. Bahkan ada juga saudara sesama bangsa dan saudara sesama manusia. 

Akhlak itu meliputi akhlak kepada Tuhan. Akhlak kepada sesama manusia dan akhlak kepada makhluk2 lainnya termasuk binatang, pepohonan, hutan, lautan dll.

Akhlak kepada sesama manusia. Bagaimana Nabi bersikap kepada bangsa Baduy, kaum Quraisy, atau kepada kaum Nashrani dan Yahudi.


Tak ada dalam kisah dakwah Nabi itu berbuat dzolim atau nista. Semua dilakukan secara baik, secara menghormati orang dst.


Bukan hanya kepada sesama muslim, kepada kafir Quraisy atau Yahudi pun Nabi berbuat lembut dan mulia.


Nabi berperang hanya ketika umatnya diperangi secara fisik. Nabi angkat pedang ketika musuh datang memeranginya.


Nabi bahkan seringkali mengalah dengan berbagai perjanjian hudaibiyah misalnya dll.

Nabi faham betul bahwa semua manusia itu makhluk ciptaan Allah. Gerak sikap semua manusia itu ada dalam kekuasaan atau sepengetahuan Allah. Sehingga melihat sikap manusia ingat kepada Allah yang menciptakannya.

Dengan keyakinan demikian itu Nabi malu jika harus menghardik, menghina, merendahkan sesama manusia, sesama makhluk Allah.


Kita yang sering lupa. Kita yang sering membawa emosi atau amarah. 


Apalagi menuduh nifak, kafir, murtad dll kepada sesama muslim itu adalah buruk diatas buruk. Gak boleh berdasar nafsu atau sembarang menuduh. Jangan sampai tuduhan kita melukai perasaan orang. Apalagi tuduhan kita itu belum tentu valid, boleh jadi keliru, salah pengertian dan salah paham.


Akhlak Nabi harus menjadi pedoman kita.


Tak elok selalu menyalah-nyalahkan amalan orang. Dakwah kok begitu.. ?. Dakwah kok menunjuk orang terus...membid'ahkan amalan yang sebenarnya itu urusan fiqh, bukan perkara tauhid. 


Maulidan misalnya. Apa yang berbahaya dari maulidan...?!?. Maulud diperangi sementara HUT Kemerdekaan, perayaan ulang tahun sekolah dll dilakukan. 


Jangan sentimen. Jangan serba salah terhadap sesuatu yang debatebel. Para ulama yang ahli saja membagi bid'ah hasanah dan sayyi'ah. Hargai ulama yang lebih faham agama ini. 


Dakwahlah dengan bijaksana. Hargai perbedaan, hargai umat, cintai umat. Hargai ilmunya ulama yang hafal dan faham ribuan atau ratusan ribu hadist dan ayat.


Ada dua hadist tentang bid'ah disini.


1. Kullu bid'atin dolalah...wakullu dolaalatin finnaar. 

2. Man sanna bisunatin hasanatin falahu ajruha wa ajru man amala biha...HR. Muslim


Dua hadist ini sekilas secara kata-kata kalimat bertentangan. 


Tapi secara makna pasti tidak bertentangan. Itulah butuh ilmu untuk memahaminya. Butuh ilmu tafsir, ilmu gramatikal dll.


Untuk memahaminya mari kita ambil satu contoh hadist yang seperti itu. "Ikhtilaaful ummatii rohmatun"...perbedaan pendapat diantara umatku adalah rahmat. Maksud umatku disini adalah para ulama karena mereka pun umatnya Nabi.


Kata-katanya umum tapi maksudnya khusus, atau seperti dalam Al-Qur'an surat Fatir ayat 28.


Allah SWT berfirman, "innama yakhsyallaha min ‘ibadihil ‘ulama’......


Sesungguhnya, yang takut kepada Allah, di antara hamba-hambaNya, hanyalah para ulama.” (QS. Fathir (35): 28)


Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa yang takut kepada Allah hanyalah ulama. Padahal tak semua istilah ulama itu ulama beneran. Ada juga ulama su, ada juga ulama dalam arti hanya hapal ilmu tapi buruk amal, dst.


Begitu juga perkataan bid'ah. Padahal tak semua bid'ah itu sayyi'ah.


Itulah bahasa. Kita mengenal kata umum tapi maksudnya khusus atau kata khusus tapi maksudnya umum.


Bahkan dalam bahasa arab kata kami (nahnu) atau kalian (antum) bisa juga berarti saya (ana) dan kamu (anta).


Hal-hal kajian ilmiah demikian itu tak boleh dihilangkan agar kita tidak salah dalam memahami kata kalimat dalam ayat atau hadist.


Bagaimana mungkin Nabi mengatakan semua bid'ah itu dolalah padahal di hadist lain Nabi mengabarkan bahwa siapa saja umat yang meciptakan amalan soleh maka dia dapat pahala darinya dan juga dari setiap orang yang mengikutinya. Dan barang siapa yang menciptakan amalan buruk maka dia dapat dosa darinya dan dari orang yang mengikutinya. "Man sanna bisunatin hasanatin falahu ajruha wa ajru man 'amala biha, dst.


Itu dari segi makna saja sudah debatebel. Belum lagi dari sisi hikmah, sisi dakwah. Tak mungkin berhasil suatu dakwah dengan cara menghina atau menuduh sesat orang.


Jadi selain salah dari sisi materi juga salah dari sisi strategi/kaifiyah. Yang ada hanya menimbulkan kebencian, permusuhan, dll. Tak sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri. Kontradiktif dan tojaiyyah. 


Mau dakwah atau mau menghina orang..?!?


Cara dan materi ya harus sama benar, sama baiknya.


Ilmu benarpun kalau caranya salah maka tetap jadi salah. Apalagi jika ilmunya masih debatebel, lalu cara dalam menyampaikannyapun juga salah maka itu jadinya salah dari semua sisi. Dosanya dua kali.9

Semoga bermanfaat. Aamiin

Wallaahu a'laam bisshowaab.


Bandung, 1 Juli 2023

Posting Komentar

0 Komentar