Curug Citambur

Kalaulah kita belum mendatangi suatu tempat, dan apalagi tempat itu cukup dikenal banyak orang tentu saja itu akan membuatmu seperti orang yang tidak tahu apa-apa dan sampai kapanpun kita hanya akan bisa membayangkannya dengan imajinasi sendiri-sendiri. 

Seperti semua orang yang hanya bisa menduga-duga sebuah dongeng radio, setiap orang punya persepsi masing-masing.

Nah beruntunglah di era modern sekarang ini, dengan bantuan teknologi digital televisi, hp, maupun internet kita bisa mendatangi suatu tempat tanpa harus selalu pergi ketempat tersebut. Kita bisa melihat gambarnya, videonya  dst.


Kali ini kita akan pergi ke Citambur yang katanya layak untuk dikunjungi. 
15 Mei 2016.



on the way
Jalan yang akan kita lewati adalah dari Bandung menuju Soreang dan lanjut menuju perkebunan teh Walini atau Rancaupas.

Sesampainya di perkebunan teh Walini dan sekitarnya ini, aku pun bertanya kepada beberapa penduduk setempat. Arah mana menuju Curug Citambur.

Lurus saja nanti ada jalan belok ke kanan ke perkebunan Sinumbra Walini Rancabali”.

Oke , jalan itupun aku susuri saja, jalannya cukup bagus dengan aspal yang juga bagus.


Sesekali aku berhenti karena ada burung yang bernyanyi dengan lantang dari pepohonan yang ada diantara kebon teh. 


Suaranya itu indah dan merdu sekali. 

Di alam bebas mereka bisa bernyanyi seperti yang mereka inginkan, seperti individu mereka yang sesungguhnya...lepas, bebas dan murni sebagaimana suara mereka yag sesungguhnya.

Karena nyanyian mereka itu ada artinya juga, memanggil teman, mencari teman, mencari induk, mencari anak, mencari pasangan. Marah, benci, cinta dll semua itu punya arti sendiri-sendiri.

Ada ruang tertentu, ada arah tertentu, ke arah mana suara mereka tujukan, kesiapa, dst itu yang membuat nyanyian mereka disini tak sama seperti nyanyian mereka di rumah-rumah kalian.

Tak seperti suara burung yang bernyanyi didalam sangkar, nyanyiannya yang seakan setengah makna, setengah hati dan kurang variasi. Kalau di sisni, di alam ini, di hutan ini, mereka bisa  bernyanyi seperti apapun yang mereka maksudkan....seperti apapun yang mereka maui....sehingga bisa kita rasakan bahwa mereka benyanyi itu dengan full rasa, full energi, dan juga dengan hati

Dan kita yang kebetulan mendengarkannya pun menjadi full senangnya. Sangat menggetarkan jiwa...mantap jiwa dan pokoknya mantap betul...!!

Kalau kita bisa mengerti bahasa mereka, maka ungkapan mereka di alam ini tentu lebih kaya dengan kosa kata dibandingkan bahasa mereka di dalam sangkar.

Sebab sebagai mana manusia, mereka juga tentu bersosialisasi, bergaul dengan banyak burung lainnya. Sehingga mungkin saja mereka bisa menggunakan banyak serapan kata baru di alam ini sesuai sejauh apa pengalaman hidup mereka masing-masing...sesuai seberapa luas lingkup pergaulan mereka....jangkauan mereka dan juga entitas masyarakat burung dimana berada....atau entitas lain yg pernah mereka singgahi...bisa saja bahasa burung Pasundan berbeda dengan dialek lainnya di Sumatera atau luar negeri sana.

Dan...lagi...
Bertemu musuh, tentu tak sama dengan bertemu kekasih. Dan....sudah tentu akan beda pula kata-kata apa yang keluar dari paruh mereka.

Kalau disangkar kan sangat terbatas dengan siapa mereka bertemu setiap harinya sehingga kekayaan bahasa mereka juga terbatas...kicauan mereka jadi terbatas juga...mungkin mereka hanya selalu mengulang-ulang kata-kata yang sama...misal
..

Sayang aku rindu kamu...kini kamu ada dimana...aku disini kesepian... sendiri sepanjang hari...

Sayang, dengarlah ungkapan hatiku...

Dimanakah dikau....jika saja aku tidak terpenjara seperti ini....pastilah aku akan mencarimu ...


Walau lautan akan kusebrangi, gunung-gunung akan kulewati...

Maafkan...jika kakanda merindukan mu...

Ya mungkin cuma itu-itu saja kicauan burung yang ada didalam sangkar...

Sebab..gak mungkin mereka mengekspresikan segala sesuatu itu kalau tanpa arti dan makna...seperti kita juga...
ya...kan...?
Ya kan...?!?

Nah itulah pula yang bisa penulis tangkap dari perbincangan diantara mereka...

.....mereka juga ngobrol, ngerumpi seperti kita juga.... seperti yang aku perhatikan sekarang ini.

....mereka  itu tak cuma kelihatan cuap-cuap... mereka tak sekedar ngelantur...asal bersuara, asal beryanyi...asal ngomong...asal ngoceh...!

Tidak....
Percayalah, mereka juga adalah sedang mengatakan sesuatu atau marah kepada temannya, kepada saudaranya, kepada kekasihnya dan juga kepada orang lain yang mereka ingin sampaikan sesuatu kepadanya....

Seperti kita mengatakan.....bro...geus dahar can...?...
Bro kemana aja...
Kok lama gak kelihatan...!!?

iya deh maaf...kemarin aku gak bilang-bilang...maaf karena ada teman yang datang dan mengajakku pergi ke negeri sebrang....! maafkan ya telah membuatmu merasa kehilangan...!

iya deh...jangan sekali-kali lagi ya...?. kalau mau kemanapun bilang dulu...kan supaya aku jadi gak merasa bingung mencari-cari....resah tau...?!

iya ...kawan...!
makasih...

By the way....
ngomong-ngomong....kamu selama beberapa minggu ini memang pergi kemana sih bro...!?


Ke Jakarta bro....
Haah....ngapain kamu kesana...?

gak taulah...itu juga aku gak rencana ...teman aku yang ngajak..aku sih ikut saja kemana mau nya dia...

rupanya dia membawaku ke Jakarta...langit disana penuh asap bro...gak seperti disini, bersih, sejuk dan pokoknya juara...beda banget ....

iya...aku tahu Jakarta....itu kan hutan beton bro....hati-hati kalau kesana, banyak manusia sombong disana...
banyak manusia angkuh disana...

....hati-hati kalau kesana....kamu gak boleh terlihat katro hidup disana...nanti bisa ditipu orang...!!!?

hmmm.....bernarkah itu kawan..?!!

benarlah...masa aku bohong..
....disana itu negeri kanibal tau .?!....b
Burung memakan burung.....
tikus memakan tikus....
siapa yang kuat dia yang punya segalanya....
Lebih dari rimba...!?!

....

tapi kan disini juga sama saja bro...kalau kita gak hati-hati bisa di sambar burung hantu atau si elang...

Ya, tapi tidak separah di Jakarta bung...!!!

...kalau disini kita masih ada saling tenggang rasa...saling mengingatkan,...dan juga saling bergotong royong dalam kebersamaan dan kesahajaan..

Disini, kalau sudah kenyang ...mereka gak kejar kita lagi....tapi disana itu mirip monyet...di mulut belum dikunyah, tangan dan kaki pun masih meraih-raih lainnya...

Kemaruk.....!?!

Dan ingat...
walau rumah kita disini sederhana...hanya ber alaskan  dedaunan kering dan beratapkan ranting-ranting yang patah.....tapi itulah hasil keringat kita sendiri.....bukan hasil nyolong....bukan dari KKN....

Itulah rumah kita yang...
hasil jerih payah kita sendiri, bukan hasill tipu menipu...cekal mencekal...tentu kita hidup jadi
lebih puas dan lebih berkah....... aamiin...

rumahku...dimana rumahmu...kita semua saling menghargai rumah satu dengan lainnya disini...beda kalau disana....asal kau punya duit ..kau bisa bikin lebih tinggi dan yang lain jadi kebanjiran...di musim hujan

Kalau disini kita biasa   saling sapa..saling kunjung mengunjungi... dan sehingga itulah fungsi kita bertetangga...bernegara dan bebangsa-bangsa...disini kita seperti hidup dalam dunia yang bermartabat...atau kata orang kota Madani....baldatun tayyibatun warabun gafuuur ...


Disini ...kita bisa saling toleransi, sesama warga silih asah silih asih silih asuh...

antar penghuni
bumi panyawangan ini misalnya, kita saling menghargai. Atau dengan penghuni Sinumbra sana misalnya...kita juga saling kenal mengenal
...dan kita disini...bahagia bukan...?!?

iya.....kamu benar...aku merasakan itu...ya aku merasakan kedamaian itu disini...di negeri kita....ciut...cucuiiiit...ciut ciut.....cuit-cuit....ciuuut....cwiu ...cwiu......wiew wiiew.....


Aku jadi ingat kejadian disana ...
kemarin disana...di Jakarta...aku hampir di bandring orang tau ..??
...aku juga nyaris ditipu orang...untunglah temanku itu yang segera membantuku.... mengingatkan akan bahaya itu.... sehingga aku bisa lolos dari tipu daya mereka....

Aku sadar sekarang...
yah...rupanya setiap tempat itu gak selalu sama....kita harus siap dengan perbedaan itu dan sehingga tahu cara untuk menghadapinya...

Gak boleh katro, gak boleh naif, bodoh apalagi sembrono...

ya makasih ya kawan...sudah mengingatkanku...
Aku merasa ada keluarga hidup disini....sinumbra estate....


Yoi.....cit cuit cuit ....
ya itu memang fungsi kita berkawan.....
gpp...you welcome...
its oke...witwiwww...cucuciiitt...cicuiit..

.................................
.................................................
......................
sunyi..pun menerjang kembali....
baru tersadar akan kesunyian perkebunan teh ini....

terlalu asyik tadi mendengarkan ocehan burung-burung itu....suaranya indah sekali
sangat-sangat indah...very-very beautiful.....
sangat-sangat luar biasa....

terima kasih kawan...
sampai jumpa...

maka akupun pergi lah meninggalkan sekawanan mereka.....dengan perasaan yang aku bawa..



Perkebunan Teh Sinumbra Namanya
Ini adalah perjalanan lainnya dari kawasan Ciwidey, dari antara perkebunan teh Sinumbra. 
Suasananya juga tentu berbeda pula. Sangat berbeda....atau cukup berbeda....
Ciwidey memang tak ada habisnya.

Tak sampai sepuluh menit sampailah kita kepada sebuah kampung pertama, 
ntah apa nama kampung ini...
aku tak nemukan plang nama kampung ini, 
yang menonjol dari kampung ini adalah seperti sebuah lembah/valey yang mempesona 
yang indah....dengan suasana deretan rumah yang hampir sama satu dengan lainnya...

perumahan zaman dahulu kala rupanya...zaman ala baheula. 

Mayoritas masih lah rumah dari bahan kayu, bilik bambu dan seperti itu. 

Dan juga sebuah Masjid yang klasik, dengan kubah yang mengingatkan kita ke masa pra  kemerdekaan.....seperti kita kembali ke zaman awal sejarah Islam ada di Nusantara. 

Setidaknya, ini tentu bukanlah Mesjid yang ada dari arsitektur era sekarang, bukan mesjid model kiwari.


Disini Rapih
Kampungnya rapih dan sejuk. Itu adalah pemandangan yang berbeda yang bisa kita temui disini. 

Pun juga kebiasaan penduduknya juga masih seperti di zaman yang lalu. Di tiga puluh tahun yang lalu.

Itu bisa kita lihat juga dari permainan anak-anaknya disini, permainan lompat tinggi misalnya...permainan engkle dll..... 

Seperti mengajakku ke masa kecilku..... 

Sinumbra estate, sinumbra valey....!



Ini adalah Sinumbra, ya daerah Sinumbra.


Perjalananpun aku lanjutkan, jalanan sudah bukan aspal lagi sejak kampung ini. 
Dan itu membuat lajuku sedikit harus melambat. Tetapi jalan masih lah bisa dilalui dengan baik.

Dibeberapa jalan tadi ada banyak orang yang muda, dan anak-anak juga orang tua untuk meminta “balas jasa” atas mereka “memperbaiki sementara” jalanan yang terlihat rusak berat. Ada tiga atau empat titik yang berbeda. 

Memberikan jasa dan mengambil kesempatan barangkali, sebagaimana lazimnya kita temui di banyak tempat lainnya yang terdapat jalanan yang cukup rusak berlubang.

Inilah rupanya kemudian yang disebut Sinumbra yang sebenarnya. Sebuah perkebunan, perkampungan, dan juga pabrik teh. Pun ada mesjid yang lebih besar lagi disni....dengan arsitek yang juga sangat antik....model tahun enam atau tujuh puluhan. Itu bisa kita lihat dari atap berumpak tiganya, dan juga jenis jendelanya yang era masa lalu. 


Lanjut lagi ke perjalanan kita, akan melewati perkebunan-perkebunan teh lainnya dan juga sampai kepada sebuah situ yang terlihat sangat bagus itu.... elok nan permai....

Akupun berhenti sebentar....untuk sekedar menikmati pemandangannya. 

Sebenarnya ingin rasanya lebih mendekatinya tapi nampaknya aksesnya ini kurang bagus....akan butuh waktu yang lama untuk samapi ke tepiannya, sehingga mencukupkan saja untuk memandanginya dari kejauhan ini....

disini saja dari pinggir jalan ini saja aku memandanginya sebentar. Itu adalah supaya bertambah rasa syukur ini...atau minimal...agar punya rasa syukur terucap dari kalbu kita....subhaanallah...maha suci Allah SWT yang telah membentangkan alam indah seperti ini....


Ada Nelayan Perahu Rakit
Kayaknya bagus kalau memancing atau berdayung sedikit disana.... 
Tetapi aku harus berjalan lagi 
Dan semoga akan ada pemandangan berikutnya yang juga tak kalah baiknya....

Dan benar saja....
Kemudian bisa kita lihat, ada lagi situ berikutnya....tidak besar memang. 
Tetapi ini terlihat bagus juga, karena letaknya yang berada di tengah  perkebunan teh ynag luas kemana-mana....“ngaplak hejo..sejauh mata memandang”. 

Pemandangannya itu tak henti membuat kita jadi senang dan terasa hati menjadi lebih tenang..tentram dan nyaman. gak ada kebisingan...riuh kendaraan dst...pokoknya hening, damai dan sentosa...huhuy,...

Lanjut Lagi

Akupun lanjut saja, hingga berjumpa lagi dengan sebuah perkampungan yang nampaknya cukup ramai. 

Ada beberapa warung dan penjual bensin eceran disini...dan itu yang paling menarik buat para pengendara, khususnya pemotor seperti aku. 

Dan suasana kampung ini ternyata terasa lebih tradisional lagi dari yang tadi........dengan rupa atap tua dan dinding rumah-rumah yang juga lawas. 

Akupun berhenti saja disini karena kebetulan kita harus istirahat dulu...sholat dulu...isi perut dulu...mumpung ada warung...dan ada mesjid yang cukup nyaman dan terasa lebih terbuka untuk parkir para pengunjung.... 

Untuk diketahui, air disini banyak sekali bro.....

mengalir begitu saja....terbuang begitu saja....
ya..ini seperti layaknya diperkampungan...di tampian/pemandian umum yang di sawah-sawah...seperti itu
Tapi ini mesjid...mesjid yang besar...airnyapun besar juga....mengalir jauh...entah samapai ke laut selatan...

Disini...tak seperti di kota kita, air disini dibiarkan tetap mengalir sengalir-ngalirnya. 
Dan juga sangat bening dan yang jelas sangat-sangat dingin seperti air kulkas....cuuuus...kulit kita serasa dingin sekali....mantap bro....

Perjalanan Masih Jauh 

“Perjalanan entah berapa jauh lagi ya...?”

GP....GAnjel Perut

Akupun mengisi perut dulu ya bro....

Lumayan....sebagai ganjel perut.

Lanjut saja..... melewati beberapa kampung lagi dan juga kebun-kebun, sawah-sawah....lembah hutan dst.



Singkat Cerita

Singkat cerita akupun sampai ke sebuah perkampungan yang lokasinya berada diantara lembah dan bukit. 

Lembahnya jauh memanjang ke Cianjur dan bukitnya juga kokoh dengan tebing yang tegak lurus 90 derajat....itu tebuat dari gugusan batu raksasa yang laksana benteng yang besar, tinggin dan perkasa... 

Dari punggung tebingnya banyak air yang jatuh atau curug, yang antara lain adalah curug tilu. 

Yang sesuai namanya dinamakan curug tilu itu karena memang curugnya berjumlah tiga buah yang berdekatan, curug itu bisa terlihat jelas dari jalan yang kita lalui ini.

Semakin Dekat Menuju Citambur

Ini pertanda bahwa curug utamanya, curug Citambur tak jauh lagi dari sini. 

Sesuai yang dikatakan seorang “budak leutik” yang tadi menolong para pemotor ditanjakan ini. Katanya gak jauh...dikampung bawah....Budak teh rajin...membantu para pengendara motor....bageur...!


Jalannya Ruksak Parah
Beberapa motor tak bisa naik dan terjatuh, si anak ini dengan semangat membantui mereka.

Memberi kode jalan dan juga dengan gesit menahan motor yang oleng, membantu yang gak kuat naik...tanpa diminta. 

Hujan memaksaku untuk berhenti dulu disini...untuk menikmati dulu pemandangan curug Tilu itu.....

MAu tak mau harus pakai jas hujan dulu.....

Perjuangan yang cukup seru....cukup menyenangkan....


Curug Citambur

Sampailah di sebuah perkampungan yang cukup rimbun dengan pepohonan. 

Disebelah kanan jalan ada plang nama Kawasan Wisata Curug Citambur.

Akupun masuk saja dan membayar tiketnya.

Ucapan selamat datang adalah dari sebuah situ dengan latar belakang bukit yang tinggi menjulang. 


Airnya juga herang pisan. 
Bebatuan di tempat yang dangkal nampak jelas terlihat. 

Ini bagus untuk diphoto dulu, 
mungkin boleh untuk kenangan nanti....he he...kebanyakan gaya lu ah...!!!


Menuju Parkiran
Motor masih harus masuk melewati jalanan berbatu, yang harus cukup hati-hati melewatinya. 

Hingga sampailah di tempat parkir yang teduh karena pepohonan yang tinggi-tinggi. Disana sudah banyak kendaraan terparkir, motor dan mobil sekalipun. 

Pengunjungnya juga ada yang berbicara leter B, itu menunjukkan curug ini sudah kasohor kamana-mana...sampai ke orang Jakarta juga...
(masa kamu orang Bandung yang lebih dekat....kalah...?)


Ada beberapa warung di sekitar tempat parkir ini, untuk mengisi perut yang sudah lapar. 

Untuk sampai ke Curugnya dari parkiran ini kita masih harus berjalan kaki lagi, melewati jalan setapak yang cukup rata. 

Tak jauh, hanya sekira 100 meter saja atau lebih sedikit, maka sampailah kita kepada 
Curug Citambur ini.

Besar Juga
Curugnya sangat tinggi, dan volume airnya juga sangat besar. 

Karena tingginya itu maka air yang jatuh kebawah menjadi terhambur oleh angin yang memutar diantara tebing yang sempit membentuk cerukan dan merubahnya menjadi buih-buih dan semacam uap yang terhambur kesekitarnya bersama butiran-butiran air yang tercurah bagaikan seperti hujan yang terhamburkan terhadap sekitarnya. 

Kalau semakin dekat kamu akan semakin terhujaninya....terbasahinya...dan ya....

Membuatmu menjadi basah kuyup, seperti orang kecebur empang....

Yang untungnya adalah jas hujanku ku bawa kesini....seperti aku akan tahu bahwa itu akan berguna disini....

gak terlalu basah kuyup seperti orang-orang.....gunakan saja jas nya...dan kita nikmati saja hujan lokalnya...segar nian.....mantap nian....Juara satu............dan luar biasa....

Ini adalah curug yang gak jauh dari jalan umum.....mudah untuk dijangkau kendaraan...dan juga sangat tinggi airnya....tebingnya sangat raksasa.....ini adalah sesuatu yang luar biasa....pemandangan yang seperti kita berada di tengah benteng alam...di bawah suatu batu pencakar langit...yang ada disekitaran curug Citambur ini.

Kalau kita amati, rupanya apakah ini adalah termasuk daerah yang kita enal sebagai patahan bumi kah...atau sejenis itu. Sebab....dinding batu bukit Citambur ini memanjang sangat jauh dari di hulu tadi, sampai ke hilir sana....dan sementara di sisi lainnya juga merupakan dinding perbukitan yang saling berhadapan....dan ditengahnya adalah hamparan atau dataran persawahan dan perkampungan....

itu seperti sebuah ngarai....


Sulit Buat Photografi

Sayang, karena terpaan air yang deras, amat sulit buatku untuk membuat photo yang bagus, setiap hendak memotretnya, angin dan air menerpa kita sehingga itu menjadikan hasil jepretan menjadi seperti terkena uap.... 


Mungkin harus pakai kamera yang tahan air....baru bisa melakukan pemotretanyang lebih baik. 




Sungainya ada di Bawah Lagi
Bagi yang siap berbasah-basahan, bolehlah turun kebawah menuruni tebing untuk bermandi air di sungai yang ada disekitaran air terjun. 

Tetapi tentu nampaknya tak akan bisa untuk lebih dekat lagi ke dekat air terjunnya....karena volume air yang sangat besar dan juga karena derasnya air yang jatuh dari puncak bukit itu....sehingga airnya menyembur...... itu akan membuatmu tak kuat bernapas berlama-lama ada di tenganya....terutama karena terjadi pusaran angin yang membuat air menjadi seperti kita dalam puting beliung yang memutar-mutar..seperti berasa berada ditengah badai topan.... 

Itu adalah berputarnya angin yang membawa butiran air yang menghambur dengan deras dan kencang, sehingga menjadi sepertisebuah kawah atau pusaran angin yang penuh air. 

Itu mungkin mengapa tempat ini dinamakan sebagai curug Citambur. Air yang berhamburan.


Harus hati-hati ketika kamu mendekati Curug ini, karena jalanannya selalu basah dan sehingga itu licin. 

Juga karena pandangan matamu seringkali menjadi kabur karena terkena hembusan angin yang mengandung banyak butiran air. 

Yang seringkali kemudian membuatmu harus selalu mengusap wajah....
yang basah...he he...




Citambur Yang Indah
Citambur memang cukup Indah, dan luar biasa...!,
Kamu harus datang kesini untuk dapat dengan jelas merasakan pengalamannya.
Insya Allah aku menyusul ke sini lagi nanti....

Sekian....!

Posting Komentar

0 Komentar