Bumi Parahyangan tercipta ketika Tuhan sedang tersenyum, itu
sangat nyata tercermin di bumi Pangandran yang mulia ini.
Bertujuh adalah satu kawanan yang solid untuk coba berkelana
menuju ke ujung Timur Selatan Jawa Barat. Aku, Mohan, Dodi Komar, Iyay, Yusuf, Asep Trendi si ikon kelas, dan si teman baru kami................Muhammad Basyar.
Segala persiapan sudah di canangkan, tenda, tongkat pramuka,
pisau, golok, tali temali, tikar, panci liweut, sendok, garam, beras, piring,
bumbu masakan, dll.
EDISI PANGANDARAN TERCINTA
THE MOST LOVELY OFF PANGANDARAN
1993
Di hari ini, adalah hari yang tepat sebelum kami akan
berpisah karena masa sekolah akan segera berakhir juga gak lama lagi, hanya
hitungan bulan.
Cimalaka menuju ke Cibeuruem, Legok, Paseh, Nyalindung,
Kadipaten, Majalengka dst.
Rencananya kami akan naik apa saja kendaraan yang bisa
ditumpangi, oleh karena itu patut kami untuk meminta surat jalan dari
kepolisian setempat. Itu sudah ada.
Cimalaka menunggu truk yang sedia memberi tumpangan adalah
satu kehormatan buatku dan juga teman-teman. Jangan khawatir tak dapat karena
ini adalah jalur utama Bandung Cirebon sehingga mobil truk akan dengan mudah
kita dapati setiap saat.
Alhamdulillah kami sudah sampai dikota Kadipaten.
Dipersimpangan jalan kamipun berlompatan dengan cepat untuk
menyebrang ke arah Majalengka.
Mobil yang ditunggu terlalu lama disini, rupanya jalur
Kadipaten-Majalengka terlalu sunyi dari lalu lalang kendaraan.
Daripada menunggu tak pasti, kamipun jalan kaki saja sekian
lama nya.
Tetapi rupanya ini masih terlalu jauh, dan truk tak ada juga
yang lewat ke sini. 4 sampai 5 kilometer kami menunggu, akhirnya diputuskan
untuk naik elf saja yang menuju kota Cikijing.
Alhamdulillah betis yang terasa hampir pecah itu kini bisa
beristirahat dengan tenang. Jalan kesini adalah yang pertama buatku, sehingga
sepanjang jalan itu adalah semua nya berupa kampung, kota , hutan, bukit,
lembah segalanya amat asing buatku.
Sampailah kami di kota Cikijing, kalau lurus itu adalah ke
arah Kuningan, sehingga kami harus menuju ke kanan ke arah Panawangan.
Alhamdulillah, disebuah pom bensin kami bisa mendapatkan
kendaraan yang kami idam-idamkan itu. Sebuah truk yang tanpa angkutan.
Inilah yang kami suka.
Jalan ini pun jelas adalah terlalu asing buatku, sehingga
biarlah kemana sang sopir akan membawanya.
Walau begitu, kita tentu percaya sebab kita sudah sering
belajar ilmu Geografi, sehingga soal arah dan peta jalur di jawa Barat tak
perlu ditakutkan gak sampai di tujuan. Jika dari Cikijing mau ke Ciamis, kamu
harus cari jalan yang arahnya harus ke Selatan. Dst.
Begitulah yang ada dikepala kami.
Lama juga Cikijing menuju Ciamis ini, sangat jauh rupanya. Sudah
jam Isya kami baru tiba di kota Ciamis.
Disebuah terminal, disebuah mesjid, kamipun tertidur
diemperan saja. itu sudah merupakan perolehan yang besar yang patut disyukuri.
Malampun dalam keringat dan angin dingin yang menusuk ke
tulang, minyak anti nyamuk telah membantu malam kami sehingga kami bisa
tertidur dengan cukup.
Tak terasa, pagi sudah menjelang, dan kami kini telah
bertambah satu personil hasil temuan di Ciamis ini.
Sehingga kami akan menuju kota Banjar secara 8 orang. Seperti
kemarin, pagipun dimulai dengan menantikan truk yang akan satu arah dengan
kami. Supaya semoga mereka mau memberi tumpangan kepada kami.
Itu tak selalu mudah, namun itu juga belum tentu susah. Semua
bergantung keberuntunganmu semata.
Alhamdulillah , ada juga kendaraan yang menjadi tumpangan
kami sehingga bisa sampai ke Banjar dengan selamat.
Nah di kota administratif Banjar inilah kami kembali harus
kesulitan. Terlalu jarang ada kendaraan yang hendak ke arah Pangandaran.
Sehingga, tak ada jalan lain kecuali harus naik kendaraan
yang berbayar. Ya, alhamdulillah kami sudah mendapat mobilnya.
Lumayan walau berbayar tapi masih cukup terjangkau, maklum
ini adalah mobil omprengan bak terbuka. Ya lumayan kami bisa berbagi tempat
dengan para penumpang lain yang sama menuju ke arah selatan.
Sang supir pun dengan sigap menarik mobilnya dengan cepat
seperti kilat kuasa. Cukup ngebut, sehingga sampai di Banjarsari hanya dalam
waktu yang tak lama.
Mobil berhenti dulu, entahlah apa maunya sang supir itu. Ini
hari minggu saya kira. Yah entah mau apa si supir itu masuk ke sebuah gereja.
Tak lama padahal, diapun keluar lagi dan bergegas ke arah
kami. Kembali ke balik kendali.
Kamipun melaju lagi menuju selatan, dan selatan.
Alhamdulillah, tiba juga di pantai Pangandaran ini, supaya
gak bayar kamipun disuruh lewat jalan tikus. Melalui jalan kecil, dan
gang-gang..kamipun tibalah di pantai Timur Pangandaran.
Hari akan terus berlanjut, pantai Timur bukan spot terbaik
sehingga kami harus ke pantai satunya lagi, Pantai Barat.
Hal pertama adalah mencari lokasi terbaik buat mendirikan
tenda kami...
Beberapa spot yang kami kunjungi selama di Pangandaran,
selain ngaliweut, bermain pasir dan juga ke Pasir Putih.
Yah, naik perahu tentu adalah terlalu jarang buat kami. Sehingga
ini pastilah menjadi kesempatan yang gak boleh disia-siakan. Menuju ke pasir
putih.
Hal yang paling menarik lainnya adalah taman laut. Itu sungguh
terumbu dan ikan hias yang sangat menakjubkan. Penuh dengan aneka karang, aneka
ikan yang semuanya luar biasa indah. Subhaanallah, pemandangan yang
menakjubkan...!
Tiga hari dua malam perjalanan singkat ini kami persembahkan
buat kenangan dimasa muda, untuk masa tua nanti.
Terima kasih kawan, terima kasih untuk kita semua.
Kita akan pulang juga, menuju Cimalaka jadi jugjugan.
Kali ini kami ingin naik kereta api saja yang menuju ke kota
Bandung. Alhamdulillah Cuma harus bayar Rp. 3000 rupiah.
Tapi, kamu gak dapat korsi. Hanya berdiri, atau kalau mau ya
jongkok atau nyanghunyar di lantai saja.
Hmmm, ini gerbong rupanya khusus buat mbok-mbok, aki-aki dan
para pemilik modal kecil saja. dan kami harus rela disini, bersama mereka dan
terutama barang-barang jualan pikul dan juga beberapa kambing.
Ruar biasa, ini adalah pemandangan yang menakjubkan seklai.
Tak kuat berlama-lama bersama tai dan urin kambing, akhirnya
kamipun mengalah saja. akan lebih segar bila diluar gerbong.
Ya duduk di depan lokomotif tentu akan mendapat udara yang
lebih segar.
Emang jauh lebih segar sih, karena tak ada aroma kotoran
kambing, bau tape, bau jualan lainnya. alhamdulillah kami bisa melihat
pemandangan sepanjang rel Banjar menuju ke Bandung dengan sangat bebas dan
leluasa. Rasanya gak ada cerita masuk angin buat kami. Angin mah gak bakal
mengalahkan darah muda kami.
Justru ini adalah seperti pasukan Siliwangi yang kembali
dari ibukota sementara Indonesia, Jogjakarta untuk kembali ke tanah Pasundan. Itu
yang kami rasakan.
Aku adalah pahlawan kemerdekaan Indonesia... semua daerah
yang kuliwati adalah rakyat dan bangsaku...yang kami telah berjuang untuk
bangsa ini...di medan perang.
Merdeka...!
Merdeka...!
Apalagi anak-anak kecil menyambut kedatangan kami ini dengan
penuh semangat. Jelas semakin membuat kami merasa bangga.
Ah itumah khayalan masa muda mungkin. Tapi da asa terasa
beneran aja.
Wajah hitam karena asap dari lokomotif tak menjadi halangan
buat kami. Kami sudah terlanjur menjadi pahlawan yang kesiangan...!
Dah itu saja cerita kami dari Pangandaran kali ini.
Sekian....
0 Komentar