BACK TO WHITE SANDS OF
PANGANDARAN (2017)
Rencana sudah ditetapkan semula, Touring with CBR Club
Bandung for this year at 2017.
Ya sudah, hari yang direncanakan itu hampirlah tiba.
Persiapan pun semakin menuju detik-detik akhir.
Perlengkapan harus mencukupi
terutama untuk sisi APD, alat pengamanan diri. Sepatu racing, knee protector,
elbow protector, helmet tentunya dll.
Untunglah semua sudah berjalan dengan baik dan sesuai ekspektasi.
Malam itupun tiba.
Sebagaimana pemberitahuan melalu BC BBM maupun dari FB, maka
segeralah aku pergi menuju Jalan Naripan Bandung. Disanalah kami akan berkumpul
untuk titik start pemberangkatan. Jam sembilan malam tepat sudah harus disana.
Ternyata sudah ada beberaapa lainnya yang sudah stand by
disana, maka aku menjadi yang kesekiannya untuk menantikan keberangkatan. Namun
rupanya orang belum semua berkumpul sementara tadi aku belum sempat makan malam
terlebih dahulu.
Ya sudah aku pamit untuk mengisi perut dulu. Sebungkus nasi
timbel dengan sambel dan sepotong ayam. Alhamdulillah nikmat sekali.
Selain itu, waktu ini kumanfaatkan juga untuk ngecek kembali
kendaraan yang tadi belum sempat terbaiki. Yaitu klaksonnya mati. Manya, motor
sudah kulimis tapi gak ada klaksonnya...inikan bukan motogp.
Alhamdulillah
kebetulan ditempatku makan ini ada seorang teknisi bengkel sehingga beliau bisa
membantu saya. Dan akhirnya bunyi klakson sudah bisa berbunyi kembali.
Motor
yang tadi petang selesai di service ulang, setelah dua minggu yang lalu itu
kini semakin moncer, enteng dan enak untuk di bawa berkendara. Aku merasa siap
dan puas semuanya.
Makan sudah perut terisi, perlu juga minum jamu anti angin
agar nanti setelah perjalanan gak kemasukan angin. Dan kembali ke Bandung tetap
sehat walafiat. Aamiin.
Jam sudah menunjukan sepuluh malam sabtu 15 Juli 2017.
Waktunya untuk kembali ke Naripan, disebuah minimarket tempat kami berkumpul
tadi. Dan ternyata masih juga belum kumpul semuanya.
Tetapi sekarang sudah
bertambah beberapa rider lainnya, sehingga rombongan semakin lengkap. Tinggal
menunggu beberapa lainnya dan terutama beberapa orang penting kami diperjalanan
kali ini.
Menunggu sudah sekitar jam sebelas malam, setengah duabelas
malam dan kami sudah komplit semua. Pemberangkatanpun siap dilaksanakan.
Semua
harap prepare, diadakan penetapaan siapa RC nya, siapa Sweepernya dan siapa
tatibnya dan breafing tentang tatacara berkendara nanti.
Jangan saling
mendahului sebab bisa berakibat bahaya, kalau ada yang ngantuk jangan
dipaksakan dan minta berhenti saja dimanapun dan kapanpun itu, semua demi
keselamatan bersama.
Road Captain sudah ditentukan, dua orang tatib sudah
ditetapkan dan seorang sweeper juga sudah jelas orangnya. Motorpun sudah
dinyalakan semua. Kami sudah siap berangkat. Goooooooo.....!!!
Sekitar setengah duabelas malam, kamipun
berangkatlah.........!
Jalan menyusuri Naripan kearah Timur berbelok ke Simpang
lima dan lurus mengikuti jalan Gatot Subroto menuju Kiaracondong dan Soekarno
Hatta. Setengah jam sudah sampai di Cinunuk untuk mengisi bensin sebagian dari
motor kami.
Perjalanan dilanjut, dan rencana pemberhentian selanjutnya
adalah Gentong dan Banjar. Gas pun kami betot kembali dengan semangat dan tetap
waspada. Kecepatan motor berkisar 60-70 km/jam saja.
Jam satu lebih sampai jam dua lebih kamipun berhenti lagi di
sebuah pom bensin sekitar Gentong Tasikmalaya. Untuk istirahat, dan isi perut
lagi.
Tak lama kamipun berangkat kembali, Pangandaran masihlah
terlalu jauh untuk dinihari ini. Tentu saja dengan 32 motor kami harus
pandai-pandai mengatur lajunya supaya tak ada satupun yang tercecer dan
tertinggal. Apalagi banyak diantara kami yang masih berstatus anggota baru yang
tentu belum terbiasa melakukan rolling dengan kecepatan yang cukup diatas
motor.
Satu diantara motor kami ada yang terlepas rantainya, dan
itu hampir sama seperti kejadian yang pernah terjadi dimasa lalu ditempat yang
nyaris sama antara Tasik dan Ciamis.
Dan ditambah lagi banyak diantara kami
yang mulai gak tahan kantuk akhirnya kamipun berhenti lagi lah disebuah tempat
didekat sebuah pesantran hifdzulqur’an di Kabupaten Ciamis. Tidur tak tertahan,
dimanapun jadilah.
Namun bagiku itu belumlah cukup untuk kantuk, staminaku
masih cukup bugar dan aku tak ada keinginan untuk tertidur. Tetapi tubuh tak bisa dipungkiri, tiduran
sedikit tentu akan membuat lebih segar lagi, dan itu rasanya nikmat sekali.
Walau sesaat, itu cukup untuk menegakkan kembali tulang belakangku. Segaaar.
Adzan subuh itu sudah berkumandang, untungnya masjid ada
diseberang jalan ini. Kamipun sholat subuh berjamaah disana bersama warga
setempat dan para santri.
Mesjidnya cukup megah, berarsitektur indah, berbangun
kubah dan tinggi. Memang ini masih dalam tahap pembangunan yang belum selesai
sama sekali. Ini masjid nyaman sekali.
Tak perlu dzikir lama, hanya do’a dan
kembali persiapan untuk melanjutkan perjalanan. Semua sudah siap dan kamipun
berangkatlah kembali.
Jalan menuju kota Banjar masihlah cukup sepi, walaupun bukan
berarti tanpa ada kendaraan sama sekali, cukup banyak untuk bisa dihitung
dengan jari ada puluhan barangkali.
Hari semakin menampakkannya dari timur menerangi sekitar
Ciamis dan Banjar. Rombongan tetap pada jalurnya, rapat merayap melaju secara
konstan. Dalam kondisi jalan yang cukup mulus, adalah kenikmatan tersendiri
untuk menunggangi kuda besi ini. Mantaap brooow....!!!
Banjar lewat, Banjar saripun mungkin sudah lewat. Entahlah
tadi aku tak sempat memperhatikan dimana itu berada. Kami berhenti kembali
karena untuk isi angin dulu. Beberapa anggota rombongan merasa perlu tambah
anginnya, mungkin terasa kurang grip pada aspal yang masih dingin ini.
Setengah jam kemudian kamipun lanjutkan, melewati Kalipucang
dan sebentar lagi menuju Pangandaran. Sungai yang setengah tahun lalu itu,
masih sama saja belum ada terbangun apa-apa...masih menggunakan jembatan
sementara. Jembatan tentara.
Jembatan yang anjlok itu, cukup berbahaya digunakan
betapapun oleh sepeda motor. Setidaknya cukup merasa ngeri di kaki dan
dengkul....sedikit “nyorocod”,
jembatannya anjlok brow...!!
Jam pagipun sudah tiba dan kami sudah berada di Pangandaran
at seven a clock. Welcome back to my Pangandaran....!...itu seperti harapan
yang sudah tertanam sejak 6 bulan yang lalu.
Dan kamipun sampai kemudian di
mess penginapan di Jalan Kidang Pananjung. Parkir motor dengan rapih semua,
sarapan pagi dan masuk ke kamar lalu tidurlah.
Rasa yang lama itu nyatanya memang benar adanya, pas
terbangun jam sudah menunjukkan jam setengah duabelas siang. Dikira ini jam berapa,
karena jam dinding itu masih menunjukkan jam 9.30 WIB. Tapi aku tak percaya,
sebab rasanya aku tertidur tadi cukup lama. Dan memang ternyata jam dinding
itulah yang salah. Oh my god, hari bagai dalam mimpi saja.
Sholat dzuhurpun selesai, bersiap untuk makan siang dan
menanti waktu menuju teduh agar bisa pergi ke pantai.
Jam empat belasanpun kami berangkat ke pantai barat.
Bersantai kembali di bawah gazebo. Ah udaranya enak sekali, segar terasa
anginnya menerpa kepada tubuh yang masih tersisa lelah ini.
Menikmati rujak “beubeuk”, dan kue donat terasa cocok
dilidah dan perut. Nikmat manalagikah yang hendak kita dustakan...?!!!.
Jangan...!
Jam tigaan teman lainnya telah datang dan kini kami sudah
cukup lengkap semuanya berada dipantai ini. Berisap untuk lebih mendekat ke
bibir pantai dan berpoto ria disana.
Selanjutnya adalah menuju pasir putih diseberang sana.
Mungkin perahunya bisa terantuk karang sehingga merusak
biota laut dll, barangkali. Tetapi setidaknya itu merupakan satu jawaban yang
menggembirakan yang memastikan bahwa taman laut itu masih ada lestari.
Berpoto bareng, bermain bareng dan berendam bersama...itulah
kami yang sedang berlibur di Pasir Putih ini. Hari menuju sore kembali, air
lautnya terasa adem dan dingin. Itu aneh karena biasanya masih terasa hangat
dan tak sedingin ini.
Sepertinya musim angin dingin, bukan semata hanya ada di Bandung,
Garut, Tasik dll, melainkan juga ada di Pantai pangandaran ini, dipesisir ini.
Di Pangandaran kok tak terasa gerahnya, tak begitu terasa panasnya. Hari tadi
biasa-biasa saja, tak begitu terik.
Mungkin ini adalah angin yang berembus dari benua Australia
yang katanya sedang musim salju itu. Dunia akhir-akhir ini memang sedang
mengalami musim basah, hujan dimana-mana diberbagai benua lainnya tak
terkecuali Asia, Erofa, Amerika dan bahkan Australia. Pangandaran yang lautnya
berhadapan langsung dengan lautan Australia mungkin ikut terbawa dingin juga.
Hampir maghribpun kami kembali berperahu menuju ke pantai
barat dan disuguhi oleh Cilok Pangandaran, yang karena lapar mungkin menjadi enak
sekali. Lima ribu satu porsi, cukup untuk membuat segar kembali.
Main bola sebentar adalah permainan terakhir kami disini.
Walau sebentar tapi itu menyenangkan dan karena mentari sudah menuju ke
pembaringannya maka dengan berat hati kami tinggalkan pantai lembayung ini.
Adios pantai pangandaran, next time we will come again. Semoga.
Malampun tiba begitu cepat, sholat maghrib dan isya, makan
malam, nobar Mitra Kukar vs Persib yang kalah 2-1 dan kemudian bercengkrama
sedikit dan istirahatlah.
Demikian malam ini kuharap ada mimpi yang indah sekali.
Sampai jumpa dilain waktu brad...!
Mimpi indah itu akhirnya benar-benar aku alami. Mimpi yang
tak terduga bisa seperti demikian adanya dan sedikit mustahil. Mungkin itu
hanyalah bunga-bunga tidur semata. Tapi itu rahasia ya...?!!..he he
Gedebug.....terkaget aku..terkaget juga teman-teman
sekamarku...what wrong...?!?, ada apa kok seperti ada buah nangka yang terjatuh
dari pohonnya...?
Pas aku tengok ke bawah...oh Tuhan, temanku yang tidur di
dipan sebelah itu terjatuh kepada lantai...dan dia masih belum sadarkan diri
sampai beberapa saat kemudian dia terbangun...rupanya dan katanya barusan dia
mimpi terjatuh.....mimpi yang menjadi nyata...
Aku jadi bertanya tanya apakah mimpi yang kualami juga bisa
menjadi nyatakah....?
I don’t know hadirin...!!!, may be yes and may be no....!
Istirahatpun menjadi tak bisa seperti tadi lagi...lebih
sulit untuk memulainya lagi. Kantuk menjadi hilang dan kami malah hanya ketawa
atas apa yang barusan terjadi, maaf kang z’der kami tak tahan menahan tawa nya.
Kayak orok aza jatuh dari dipan...he he.
Namun kali ini, istirahat selalu menjadi prioritas ku kalau
sedang dalam perjalanan touring sebab sudah belajar dari pengalaman dimasa lalu
kurangnya istirahat bisa mengakibatkan kantuk diperjalanan dan itu sangat fatal
berbahaya.
Mau tidak mau aku harus berusaha kuat untuk bisa tidur
kembali. Kalau kipasnya dimatikan, nyamuknya menyerang. Kalau tidak dimatikan
malah masuk angin. Ah ya sudahlah, kami lebih memilih diserang nyamuk dibanding
harus sakit karena masuk angin, nanti gak bisa pulang soalnya.
Lagian udaranya tidaklah terlalu gerah, buka saja pintu dan
sedikit jendalanya agar oksigen dapat bersirkulasi dengan bebas.
Tidurpun dapat dilanjutkan.
Pagi Ahad pun tibalah sudah. Sayang memang karena aku akan
pulang duluan dari rombongan berhubung ada acara pernikahan teman di kota
Garut.
Sebenarnya secara pribadi masih betah dan pengen pulang bareng dengan
rombongan siang nanti, terutama juga pengen suasana pagi ini dan photo bareng dipantai
bersama rombongan besar lengkap dengan kendaraan. Itu ingin ku buatkan photo berbingkai
kayu untuk di pajang dikamarku.
Nyatanya itu belum jodoh saat ini. Lain kali
tentu kita berharap ada kesempatan lagi.
Jam tujuh aku sudah siap untuk berangkat, aku sudah pamit
kepada semua yang lainnya. Dan aku siap cus ah.......
Eh, mantan ketua CCB yang lalu kang Bayu malah mau ikut
bareng karena entah mengapa. Ya sudah aku tunggu saja, setengah jam sudah kami
siap berangkat.
Namun satu persatu teman lainnya juga tergoda rupanya ingin
pulang juga, akhirnya ada delapan motor yang pagi ini sudah siap berangkat, jam
menunjukan sekira sembilan WIB.
Molor dua jam sudah dari rencanaku semula. Ya
sudah dibikin enjoy aja lah. Gak usah bermuram durja kalau kita orang beriman,
mungkin ada hikmah dibalik semua itu.
Dengan berdelapan motor bareng kang Bayu, kang Asep, kang Mimink,
dll pun akhirnya berangkat bersama.
Ternyata ini sudah cukup menyenangkan sekali
sebab itu tak beda seperti rombongan touring lainnya, artinya gak sendirian.
Itu mungkin hikmahnya, aku jadi punya teman di jalan dan itu membuat
menyenangkan disepanjang perjalanan ini.
Dan laju motor dibuat
cukup kencang sampai sekitar menjelang Kota Banjar. Situasi lalulintas juga
terbilang lancar, tiada kemacetan yang berarti.
Menjelang masuk ke kota Banjar,
kendaraan tak bisa sekencang tadi lagi karena banyak lampu merah, orang
menyebrang dan suasana perkotaan sudah mulai terasa.
Mencari tempat untuk istirahat untuk makan terutama, tetapi perjalanan
masih terus dilanjut meliwati batas kota Banjar Patroman ini. Gimana kepala
rombongan saja dimana berhentinya.
Disebuah rumah makan yang cukup besar dan asri dengan
saung-saung dan pepohonan maka kamipun berhenti. Lokasinya pas disamping sebuah
sungai, RM Mergosari namanya.
Pesan makanan, tetapi aku mau lanjut saja soalnya khawatir
gak keburu ke undangan pernikahan teman di kota Garut. Jadinya di rumah makan
tersebut hanya nyicipi sebuah jeruk, ke wc dan istirahat sekira 30 menit lalu
gas poll menuju Garut via Singaparna.
Kendaraan aku laju sekuat mungkin, sebab aku gak tahu berapa
lama bisa sampai ke Garut. Takutnya nanti keburu bubaran kan gak enak ke teman
yang nikahan. Sebelas 30 an aku meninggalkan itu tempat, terdengar adzan sudah
di kota Singaparna.
Sampai dikota Garut adalah sekira jam 12.40 an. Ya
Singaparna-Garut ditempuh dengan 40 menitan saja.
Alhamdulillah itu artinya gak
ketinggalan acara pernikahan teman. Sholat hendak dijamak qasar saja sebab
jarak Pangandaran-Bandung lebih dari 90 km sebagai batas minimal syarat bolehnya
dijamak.
Demikianlah hadirin catatan perjalanan kali ini, semoga ada
manfaatnya dan terima kasih sudah membacanya.
Wassalam.
0 Komentar