EDISI SUMEDANG RAYA (Batu Dua dan Gunung Lingga)


EDISI SUMEDANG RAYA
(Batu Dua dan Gunung Lingga)

Dengan ketinggian yang 1000 meter dpl, tempat ini memang tepat untuk landasan terbang bagi pesuka hobi terbang layang atau paralayang.
Bukitnya begitu curam dan langsung berhadapan dengan bentangan alam terbuka dibawahnya. Bahkan kini pemandangannya semakin bagus oleh bendungan Jati Gede yang tepat ada di bawahnya.
Jadilah tempat ini menjadi lokasi yang cukup menarik untuk dikunjungi. Tanpa disangka sebelumnya mungkin, tempat yang dahulu adalah perkampungan dan hutan yang sepi, kini telah menjadi arena olahraga dan tempat orang berjalan-jalan.
Sesungguhnya mungkin tidaklah seratus persen benar demikian adanya. Duapuluh tahun yang lalu, penulis bersama teman-teman sekampung pernah melakukan kegiatan kemping dan trecking ke kawasan  Gunung Lingga ini.
Dan penulis pernah berkhayal dan mengatakan kepada teman-teman waktu itu, seandainya penulis bisa terbang dari tempat ketinggian tersebut.
Lokasinya memang dirasa sangat cocok bila kita bisa terbang melayang dari sana, seakan tubuh ini ditarik-tarik oleh bumi agar meloncat saja dan terbang ke lembah ke bawah sana.
Hanya sayang, apa daya tangan tak sampai, penulis tak memiliki sayap untuk melakukan itu. Perasaan yang muncul secara spontanitas saja. Sebab bila dibandingkan harus berjalan menuruni lereng dan bukit yang curam dan melelahkan, tentu akan lebih simple bila kita bisa terbang saja ke mana kita mau.
Melayang adalah pilihan pertama bila kita ada ditempat ini, tentu kalau punya sayap. Tak dinyana tak disangka ternyata tempat ini ditemukan juga. Dan sekarang menjadi arena paradigling atau sejenisnya. Bahkan termasuk tebaik sedunia.
Pengalaman waktu itu bersama teman-teman memang hanya candaan semata, tetapi bagi penulis itu adalah sesuatu yang serius. Serius dalam arti, benar-benar berharap bisa terbang disana.
Mungkin kalau pada masa itu penulis punya peralatan terbang, penulis akan mencobanya melompat disana. Waktu itu kami baru saja usai dari Gunung Lingga yang hendak pulang kembali ke kampung. Perjalanan yang melelahkan, perjalanan yang kami menyukainya. Berkemah dan berpetualang ke alam. Disekitaran Gunung Lingga itu kami mendirikan kemah dan bermalam diantara pesawahan yang kering dipinggir hutan. Hal yang paling teringat waktu itu adalah jamur, yaitu penemuan sekumpulan jamur tanah yang sangat banyak jumlahnya sehingga mencukupi untuk sarapan kami dipagi itu. Jelas saja penemuan jamur itu sangat menggembirakan karena jarang-jarang kami menemukan jamur di alam yang sebanyak itu. Selebihnya adalah bertemu dengan sekumpulan babi yang baru lewat disana dan semua tentang hutan dan gunung semata.
Di puncak Gunung Lingga waktu itu kami sempat sedikit berziarah kemakam Prabu Tajimalela, Raja Sumedang Larang yang kedua. Beliau juga adalah pencipta aliran beladiri silat Andong Putih.
Memang sih dimasyarakat masih beredar kepercayaan yang berbau mistik tentang tempat tersebut, tetapi bagi penulis hal tersebut bukan lah menjadi tujuan kami. Yang menarik bagi penulis hanyalah tentang alamnya, tentang sejarah dan tentang gunung atau hutannya.
Pergi ke Gunung Lingga adalah hal biasa bagi orang Sumedang. Hanya saja tak semua dengan niat yang benar, banyak diantara mereka yang punya niatan khusus yang itu adalah bertentangan dengan Ketuhanan yang Maha Esa. Tafakkur dan lintas alam itu akan lebih positif dan jauh dari perbuatan musyrik. Mendo’akan dan berharap pahala dari do’a itulah yang lebih penting buat penulis. Bukankah jika kita mendo’akan saudara kita yang sudah meninggal itu adalah diperintah oleh agama...? bukankah jika kita berziarah juga perbuatan yang dianjurkan Nabi...?. Kebaikan dari do’a tersebut tentu akan kembali kepada kita. Apalagi mendo’akan para guru atau para pendahulu yang begitu banyak berjasa terhadap kita generasi saat ini. Seperti halnya membaca sholawat kepada Nabi maka kebaikan dari sholawat itu justru akan kembali kepada kita semata. Itulah pentingnya mendo’akan orang lain, itulah pentingnya bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Malaikat pun akan mendo’akan hal serupa buat kita.
Kadang orang gak ngerti suka bilang buat apa mendo’akan Nabi dengan sholawat jika Nabi memang sudah dijamin masuk surga, padahal manfaat dari sholawat itu justru akan menjadi do’a kebaikan dan keselamatan yang kembali buat kita sendiri yang membacakannya. Istilahnya dikembalikan pahalanya dan juga faedah do’anya. Do’a adalah ibadah dan do’a adalah tanda kecintaan kita kepada guru, ulama, para pendahulu, dan juga Nabi kita semua.
Setiap bulan September, Oktober, atau November kini tempat tersebut biasa digunakan oleh para pehoby paralayang baik lokal Jawa Barat, Nasional dan bahkan Internasional. Mereka berdatangan ketempat ini. Terutama ketika angin dan cuaca nya yang mendukung untuk itu. Diluar bulan-bulan itu memang anginnya kurang cocok dan juga karena adanya musim hujan.
Bagi yang ingin mencoba olahraga paralayang ini, bisa datang langsung ke lokasi. Disana kini mulai disediakan jasa terbang tandem. Siapkan saja dana sekira 300 atau 500 rebu. Tapi jangan lupa, datangnya tidak dimusim hujan. Kecuali kalau sekedar untuk berphoto-photo bolehlah kapanpun ada waktunya. Pemandangannya cukup bagus, karena kita bisa melihat hamparan bumi dibawahnya dan juga bisa melihat bendungan Jati Gede secara birds view dari atas bukit. Selain itu bagi yang tertarik tentang sejarah, tak jauh dari Batu Dua juga terdapat Gunung Lingga yang dengan ketinggian sekira 1300 meter dpl. Lokasinya adalah sekira satu atau dua kilometer saja dari Batu Dua. dengan mengunjungi makam Prabu Tajimalela, kita sekaligus bisa merenung tentang para leluhur dan semoga membuat kita bisa berbuat terbaik sebagaimana yang mereka telah perbuat.
Selain itu juga di kawasan Gunung Lingga ini kita juga bisa berkunjung kepada perkampungan dengan rumah adat khas setempat. Bagi yang cinta kebudayaan tentu hal tersebut tak bisa dilewatkan begitu saja. Hanya sayang penulis belum bisa menyertakan photonya disini. Lain kali semoga bisa dibuatkan lagi.
Menuju ke dua lokasi ini memang sedikit membutuhkan kehati-hatian dalam berkendara, karena namanya juga bukit dan Gunung tentu berada ditempat ketinggian.
Akses jalan kesana cukup curam dibeberapa tempat. Jangan sampai kendaraannya gak kuat naik. Kalau kualitas jalan terakhir penulis kesana memang belum diaspal semua, tapi menurut informasi terakhir sih katanya jalannya sudah diperbaiki dan diaspal mulus. Coba saja buktikan sendiri.
Demikianlah sekilas tentang Batu Dua yang berada dikaki Gunung Lingga, kecamatan Cisitu Sumedang.
Wassalam.

Posting Komentar

0 Komentar