EDISI CUKUL



Tong Ulin Wae
EDISI CUKUL

Ya itu benar, tong ulin wae. Sebab masih ada banyak hal lainnya yang lebih penting dari ulin.
Sudah saatnya kamu memikirkan masa depanmu. Tentang apa yang harus dipersiapkan untuk masa depanmu. Pendidikan, atau pun pekerjaan dan juga hal-hal lainnya.

Soal ulin sih bisa kita lakukan kapan saja kita maui. Terutama untuk sedikit rileks dan sedikit memberi ruang dan waktu untuk diri sendiri.

 Jadi ulin itu jangan mengganggu hal lainnya, atau sebaliknya hal lainnya juga jangan membuatmu teu bisa ulin. Biasa saja kan, semua ada bagiannya. Ulin juga adalah bagian dari hidup kita. Asal “ulah kamalinaan”.

Sebab ulin menurutku sih bukan semata ulin, melainkan lebih kepada memperluas cakrawala kita agar gak menjadi manusia nu kurung batokeun. Kamu harus mengetahui beberapa daerah yang selama ini belum kamu ketahui, terutama agar kita menjadi lebih faham ruang dan waktu. Pokoknya banyaklah kalau soal alasan sih.



Menyusuri perkebunan teh Cukul Pangalengan adalah sesuatu hal lain. Kamu jangan menilai buku dari sampulnya saja, walau itu juga mungkin bisa mewakilinya. Akan lebih lengkap jika kamu baca buku itu secara keseluruhannya, maka kamu akan mengetahui isinya.

Hal itulah yang kemudian membuat penulis tertarik untuk menyusuri beberapa bagian dari perkebunan teh Cukul ini.


Dan memang benar, ada banyak hal baru lainnya yang kamu gak bakalan mengetahuinya jika kamu hanya diam ditempat. Wawasan nasional itu mungkin juga dipelajari para pemimpin kita setelah mereka bisa mendatangi banyak tempat di Indonesia ini. Mereka bisa mengenal beragam kebudayaan dan beragam kebiasaan dari berbagai tempat, kota, desa dan pulau-pulau yang ada di Indonesia.

Lebih dari itu sih, terutama karena saat ini sedang cukup waktu saja untuk melakukan itu. Daripada loe habisin waktu dirumah, lebih baik jika loe bermain keluar sana, barangkali ada hal-hal baru dan mungkin juga loe akan bertemu dengan orang baru, suasana baru dan juga pengalaman baru. Karena binatang rumahan akan berbeda dengan binatang non rumahan. Begitupun manusia.


Cukul ini misalnya, bukan semata apa yang terlihat dari sampulnya, jauh didalam sana ada banyak kehidupan yang mungkin itu membuatmu menjadi manusia yang baru. Ada empati, ada simpati dan jauh dari antipati.

Orang bukan hanya manusia yang ada disekeliling keseharian kita, diluar sana juga banyak manusia lainnya yang mereka juga sama sebagai orang. Itu adalah nyatanya saudara kita juga. Sesama manusia, sesama insan dan sesama anak Adam.


Denyut kehidupan manusia Cukul yang berlangsung membuat penulis merasa harus sedikit memahami mereka. Dari kegiatan bertani, bercocok tanam hingga bagaimana mereka berkehidupan sehari-hari. Banyak hal yang mungkin selama ini kita tak sempat mengetahui cara kehidupan mereka.

Namun kini penulis harus merasa beruntung untuk bisa menjadi bagian dari mereka. Walau untuk sesaat.


Dari kegiatan mereka mencangkul, mempersiapkan pupuk kandang, memanen dan mengangkut hasil bumi. Semua terhampar nyata didepan mata penulis. Penulis sadar betapa seriusnya mereka menjalani kehidupan ini. Bahkan seorang ibu yang membawa kayu bakar dari hutan atau seorang kakek yang pulang dari hutan, apakah itu tak membuatmu sedikit merenung....?.

Bagi mereka alam adalah kehidupan, kehidupan nyata. Disana mereka berkegiatan dan memungut kayu untuk kelanjutan hidupnya. 


Apakah tak sempat diri ini untuk tidak melihat dan memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang nyata...?. apakah tak ada ruang untuk bisa merasakan apa yang mereka rasakan walau mungkin itu hanya secuil saja...?. Apa yang terjadi disini, di saat ini, di hari ini ketika Indonesia sudah merdeka lebih 70 tahun lamanya...?


Bagi mereka alam adalah pangan, sandang, juga papan.

Yang penting “hawu” tetap ngebul, juga rumah tetap bisa hangat, bisa “siduru” karena angin dari luar terlalu dingin yang bisa masuk ke dalam rumah melewati bilik atau celah-celah dari “talupuh”

Maka itu adalah kehidupan sehari-hari yang rutin. Tak ada sesuatu yang berat, dan itu adalah rasa syukur dan rasa lelah yang patut dihargai. 

Dalam hal kekuatan ini, jelas mereka adalah terdepan. Dalam hal penerimaan dan dalam hal menghargai kehidupan, jelas bahwa penulis harus banyak belajar dari mereka itu. 

Sungguh luar biasa semangat hidup disini. Walau mungkin makan pun hanya alakadarnya, bahkan hanya ber-ikan sambal dan ber-sayur garam semata.


Berjuta saudara kita ada disana. Nah penulis jadi harus sedikit melihat apa yang penulis biasa makan. Adakah sedikit tersisih buat mereka yang ada jauh dipelosok desa sana....?.

Seringkali bahkan kita lebih merasa kurang dari mereka, dan justru tak lebih bersyukur dibanding mereka. Ini ada sesuatu yang salah dengan cara pandang kita selama ini. Hedonisme mungkin, atau sudah kabur rasa empati dan simpati mungkin.

Sejalan dengan semangat tahun baru China hari ini 2568 kongceli atau 29 Januari 2017, kita juga haruslah ikut memperbaharui diri, dan berusaha untuk menjadi baru dan menjaga kebaruan tersebut agar jangan kembali menjadi lama berlaku yang buruk-buruk. Juga terhadap alam disekitar kita ini.
Cing ce, lambat bicara dan tangkas dalam bekerja. Satunya kata dengan perbuatan atau Tao, dan sempurnanya perkataan dan perbuatan atau ceng. Sesuai dengan dien atau tien.

Saya kira tak ada satupun tempat dibumi ini yang tidak sampai kepada mereka ajaran agama, pun juga dengan negeri China.


Tentu pernah ada pengingat tentang agama kepada mereka disana, sebagaimana juga pernah ke tempat-tempat lainnya.
Jadi sisa-sisa ajaran pembawa kebenaran itu masih ada tentu, tapi kini jelas sudah tidak murni lagi karena ajaran yang benar itu harus dilengkapi dengan kitabnya yang benar dan asli/orsinil.

Dan agama telah mengalami pembaharuan, dengan agama terakhir dengan Nabi dan Rasul terakhir yang diutus Tuhan untuk keselamatan kita umat manusia.

Dalam Islam kita juga diajarkan untuk satu nya kata dengan perbuatan atau baiknya kata dan perbuatan. Itu semua terangkum dalam ad dien al Islam.


Kayaknya penulis akan butuh motor trail untuk bisa menyusuri kebanyak tempat seperti ini, karena jalannya didominasi oleh bebatuan dan tanah-tanah yang berlumpur. Ada banyak pesona dan keorsinilan disana.


Bersambung ke edisi Talegong...

Posting Komentar

0 Komentar