Cidaun Yang Dulu dan Cidaun yang Kini.
Kali ini, akhirnya kami bisa kembali merasakan kebersamaan.
Refresh itu penting supaya semangat tetap tumbuh. Suasana bathin yang baik ini
kiranya dapat kita kenang lebih lama lagi.
Cidaun yang menyimpan kenangan-kenangan kita. Bersama pantai dan
suasana pesisir selatan yang tiba-tiba menjadi molek kembali. Ini adalah
halaman kita lainnya, merasa bersyukur atas karunia penciptaanNya. "Jawa
Barat memang tercipta ketika Tuhan sedang Tersenyum".
Merasakan udara pesisir kembali adalah baik buat tubuh ini.
Merasakan dinginnya air laut selatan adalah bagaikan air accu / aki yang sudah
di strum kembali. Menjadi tambahan energi untuk melanjutkan perjuangan dalam
kehidupan ini. Itu adalah anugreah besar yang Allah SWT berikan buat kita
semua. alhamdulillah.
harus kita sadarai ternyata tanah
kita ini sangat kaya sekali. Hutannya, bukit-bukit dan pegunungannya, Hujan,
kabut, dan udaranya itu tak ternilai harganya. Amat penting bagi kita untuk
sama bisa bersyukur kepada Allah SWT. Nikmat mana lagikah yang akan kita
dustakan...?
"Bersyukurlah kalian,
niscaya akan ku tambah nikmatKu. dan janganlah kufur nikmat, sebab adzab Ku
sangat dahsyat....".
jangan kita lupakan peringatan
Allah SWT itu, jangan juga biarkan kita tak menghiraukan Nya lagi.
Astaghfirullah, mohon ampun kepada Allah SWT yang selama ini begitu sering
melupakan rasa syukur atas nikmat pemberianNya.
Terlalu lama didaratan, bisa jadi
kita melupakan kenyataan bahwa bumi tempat kita berpijak ini nyatanya berada diantara
lautan yang dalam, luas dan ingatlah, bahwa gunung-gunung itu berjalan.
berjalannya gunung, berjalannya keong, berjalannya manusia dan siput sesuai
kodratnya sendiri. karena sifat demikian itu, sering terjadi pergeseran kerak
bumi dst. semoga Allah SWT melindungi kita semua dari bencana dan semua mara
bahaya. aammiin.
Tapi, kembali ke Rancabuaya dan Cidaun ini adalah sesuatu
yang harus terjadi dan sudah terjadi. Biarlah disana ada jejak, biarlah disana
ada kenangan. Kenangan yang sudah menjadi masa lalu.
Dan kini aku datang bersama kenangan yang baru. Bersama
teman dan kawan-kawan. Disini, di Cidaun ini, disana, di Rancabuaya itu. Hanya
indah dan hanya keindahan. Maafkan aku ya Allah, jika langkahku ini bukan
langkah yang terbaik buatku. Maafkan aku jika semua ini tak bernilai disisiMu.
Perjalanan dan perjuangan ini, adalah bagian dari hidupku.
Semoga ini menuju arah yang lebih baik, menuju kepada kebahagiaan di dunia dan
kebahagiaan di akhirat nanti. Hanya do’a yang bisa aku lakukan kali ini, dan
aku percaya bahwa Engkau akan berkenan memaafkan aku, dan berkenan juga
mengabulkan do’aku itu. Sesungguhnya waktu yang kulalui ini, itu adalah
perjalanan hidupku yang baru bisa ku perbuat sedemikian adanya. Bukan aku tak mau menjadi lebih baik, bukan
aku tak bersemangat meraih mimpi. Tetapi, aku sadari segala keterbatasanku dan
semua kekuranganku yang menjadi sebab semua keburukan yang aku alami.
Maaf dan maaf tiada henti aku panjatkan kepadaMu ya Allah ya
rabbal “aalamiin. Berilah aku kekuatan untuk menjadi lebih baik. Dan lindungi
aku dari niat burukku...sehingga hanya niat baik yang selalu ada dalam hidupku
supaya Engkau menjadi suka dan ridha kepadaku, kepada kedua orang tuaku, kepada
semua saudaraku, kepada semua temanku, kepada semua guru-guruku dan semua kaum
muslimin muslimat, mukminin mukminat. Aammiin ya Allah ya rabbal ‘aalamiin.
Bagian 1 (Perjalanan)
Perjalanan ini adalah sekuel kecil dari cerita yang aku
alami. Semoga ini bernilai istighfar disisiMu ya Allah. Semoga Engkau mau
memaafkan aku, Engkau mau mengampuniku. Betapapu aku tahu Engkau sudah begitu
banyak memaafkan dari sebagian besar dosa dan kesalahanku, namun tetap saja aku
akan memohon ampunan atas dosa dan khilaf lainnya yang pernah aku perbuat.
AmpunanMu dan MaafMu adalah emas permata dan surga terindah dalam hidup dan
matiku. Ya Allah ya rabbi, maafkan aku, ampuni aku.
Bekerja adalah satu bagian penting dalam hidup ini, itu
adalah anugrah yang Allah berikan kepada kita umat manusia. Sangat amat
bersyukur bahwa aku bisa berada disini, bisa ada sampai detik ini. Allah SWT
telah mengabulkan do’aku. Allah SWT telah berkenan memaafkan segala
keterbatasanku. Terima kasih ya Allah. Terima kasih atas semua ini.
Ke Cidaun kali ini adalah bagian dari karunia Mu kepadaku.
Engkau telah memberi aku kendaraan, Engkau telah memberiku ongkos, dan Engkau
juga telah memberiku rizki yang tak terkira nilainya dalam hidupku. Nuhun ya
Allah, nuhun anu kasuhun.
Ilmu yang kudapat, pengalaman yang kuraih. Teman yang Engkau
berikan, semua itu tak ternilai harganya. Mau nikmat apalagikah yang aku
dustakan...?. maafkan aku ya Allah ya rabbi. Maafkan segala kekurang ajaran
diriku ini. maafkan semua keburukanku,
maafkan segala dosa dan khilafku. Aammiin.
Gagahnya alam ciptaanMu ini, telah membuatku sadar kembali
bahwa Engkau Maha Agung dan sementara aku sangat berdosa. Megahnya hamparan
bumi ini, telah membuatku tahu betapa itu bukan perkara biasa, bukan sesuatu
yang remeh temeh, melainkan itu adalah anugrah yang sangat melimpah yang telah
Engkau berikan kepada kami umat manusia. Sungguh aku harus bersujud lebih lama
lagi, sungguh aku harus menitikkan air mata ini demi memohon maaf dan rasa
syukurku kepadaMu. Mohon kiranya Engkau anughrahkan pula keindahan disemua sisi
relung hatiku, supaya aku bisa semakin bersyukur kepadaMu. Jadikan dia berkilau
bagaikan intan permata. Sungguh, perkenankanlah do’a harapanku ini ya rabb,
sungguh berilah aku apa yang aku butuhkan, berilah aku apa yang aku dambakan.
Rabbanaa...aatinaa fiddunya hasanah. Wafil aakhirati
hasanatan waqinaa adzaabannaar. Aammiin ya Allah ya rabbal ‘aalamiin.
Dengan bersama semangat sumpah pemuda, kami bersumpah bahwa
;
....satu tanah air, tanah air Indonesia,
satu bahasa, bahasa Indonesia,
satu bangsa, bangsa Indonesia.
Hari ini, 28 Oktober 2018....hampir seabad sejak peristiwa
bersejarah itu terjadi. Semangat sumpah pemuda layak untuk kita warisi kembali
ditengah pertentangan-pertentangan, perselisihan-perselisihan. Dunia masa kini
dipenuhi orang bodoh tentang agama sehingga soal agama selalu menjadi
permasalahan bahkan antar sesama umat Islam sendiri. Kebododhan beragama itu
memang sudah disinyalir oleh sabda nabi Muhammad SAW akan terjadi diakhir zaman
ini. Para kyai dianggap sesat sementara mereka merasa benar sendirian.
Bagaimana mungkin sebagai umat Islam merasa lebih benar
dibanding para kyai pewaris para ulama itu. Itulah bahayanya umat zaman
sekarang ini. bermodal berita, bermodal tulisan siapa, mereka menjudge ulama
kyai dengan sebutan-sebutan liberal, munafikun dst. Na’udzubillahi min dzaalik.
Memang tidak semua orang berilmu itu berakhlak mulia, memang tidsk semua ahli
agama itu menjalankan keilmuannya. Tetapi ulama yang disebut nabi sebagai
pewaris para nabi adalah ulama yang ilmu dan amalnya seirama sejalan. Para
ulama kyai yang dihormati umat dan masyarakat karena mulia akhlaknya, bukan
orang berilmu agama yang Cuma pandai berpidato tetapi tidak pandai berakhlak
mulia.
Dalam semangat sumpah pemuda ini, kiranya tidak berlebihan
jika kita coba untuk kembali meneladani jiwa heroik para pemuda zaman dahulu
untuk bisa dihadirkan kembali hari ini. Generasi bangsa yang peduli sesama,
bukan generasi bangsa yang suka mencaci sesama. Para pengkhianat bangsa itu
harus diminimalisir dari bumi kita agar Indonesia menjadi aman, tertib dan
bermartabat.
Hanya karena pembakaran bendera HTI misalnya. Orang-orang
menjadi terlalu lebay dengan mengatakan berjihad membela agama dst. Justru
menghancurkan pengkhianat bangsa itulah salah satu bentuk berjihad dalam Islam.
Bendera HTI adalah sama terlarangnya seperti bendera PKI misalnya dalam
pandangan hukum. Bendera isis pun bertuliskan lafadz tauhid. Tetapi kita tahu
bagaimana kaum isis itu berperilaku, pembunuhan, pembakaran, pemboman,
penyembelihan dll yang semua itu jelas bukan merupakan ajaran Islam. Islam yang
secara arti dan secara ajaran adalah agama yang damai, agama yang anti hoax,
anti fitnah, anti lebay dst. Islam adalah agama sportif, agama yang wajib
menjunjung tinggi semua bentuk kesepakatan dan perjanjian, bukan agama yang
mengajarkan kemunafikan dan pengkhianatan apalagi pembangkangan.
Adalah bukan ajaran Islam orang yang suka nyinyir kepada
para ulama kyai, adalah bukan dari ajaran Islam yang menghalalkan segala cara
demi menjcapai tujuannya. Juga bukan ajjaran islam yang suka membully dan
menyebar hoax.
Ajaran islam manakah yang mengajarkan kita khianat....?
Ajaran Islam manakah yang mengajarkan kita memfitnah...?
Ajaran Islam manakah yang mengajarkan kita membully, hoax...?
Ajaran Islam manakah yang mengajarkan kita berbuat lebay,
berlebih-lebihan....?.
Islam justru mengajarkan kita umatan wasathon, umat
pertengahan yang segala perilakunya harus terhormat, tidak berlebih-lebihan
bersikap. Bukan pula menjadi sumbu pendek yang mudah tersulut amarah hanya
karena berita-berita yang ada.
Islam sangat menganjurkan perdamaian, persatuan. Bukan
pertentangan dan perpecahan, apalagi permusuhan dengan dalih kejadian-kejadian yang
biasa dan masih bisa dibenarkan. Carilah 1001 alasan untuk membenarkan, sebelum
mencari satu alasan untuk menyalahkan sesama umat.
Masyarakat dan umat sudah jengah dengan pergolakan,
pergerakan yang lebay dan berlebihan itu. Kita sebagai masyarakat umum
hendaknya bisa menjadi umat yang dewasa, yang bisa membedakan mana lingkaran
peduli, mana lingkaran aksi, mana diluar lingkaran, mana didalam lingkaran.
Mana irisan, mana union, mana saudara sebangsa, mana saudara seagama, mana
saudara bertetangga dst.
Bukankah kita sudah belajar matematika minimal
setingkat SMP...?. Jangan sampai kita ikut-ikutan demo yang gak jelas manfaat
dan faedahnya itu, padahal kita adalah lulusan SMA atau perguruan tinggi. Orang
berpendidikan itu harus jelas dulu akar persoalannya, harus jelas dulu duduk
masalahnya dan bagaimana cara dan langkah untuk mengatasinya secara intelek dan
secara bermartabat. Jangan sampai perilaku kita justru merusak citra agama kita
menjadi umat atau masyarakat yang lebay, murahan dst.
Tugas kita semua adalah mengajarkan Islam yang damai, Islam
yang ramah, Islam yang senyum. Bukan Islam yang angkara murka, bukan Islam yang
pemarah.
Tugas kita adalah mengingatkan sesama seperti sabda nabi
Muhammad SAW. . berdakwah dengan cara hikmah dan bijaksana.
Firman Allah SWT:
“Andai engkau Muhammad, bermuram durja, bermuka masam...maka
niscaya umatmu akan menjauh dari sekitarmu.. “
Itu adalah ajaran islam tentang pentingnya sikap ramah,
lembut, damai dan bijaksana. Jangan sedikit-sedikit pengennya membinasakan,
menyerang dst, itu bukan ajaran Nabi kita yang mulia. Itu bukan
Jalanan Kopo yang sekarang sangat berbeda dengan Kopo yang
dahulu. Terasa lebih lancar sehingga laju kendaraan kita menjadi lebih cepat
kepada arah yang dituju. Bandung-Soreang bisa ditempuh dengan perjuangan yang
lebih ringan. Tentu rasa terima kasih layak kita ucapkan kepada para pemimpin
yang telah menyelesaikan pembangunan Tol Soroja sejak setahun yang lalu.
Nyatanya selama ini bangsa Indonesia
begitu sulit hanya untuk membangun jalan baru atau jalan Tol. Tanpa niat kuat,
tanpa goodwill yang serius dari para pemerintahan tentu itu tak pernah bisa
direalisasikan. Terima kasih kepada bupati bandung, terima kasih kepada
Walikota Bandung, terima kasih kepada Gubernur Jabar dan tentu terima kasih
juga kepada Menteri dan Presiden kita. Jasa mereka sungguh besar bagi
terwujudnya jalan Tol ini. Kini kami tidak lagi dihantui legenda kopo yang
macet parah, kini kami bisa melaju lebih kencang, lebih irit BBM dan lebih
hemat energi, berkurang keringat yang tercurah disini. Nuhun kasadayana.
Tak terasa sudah Soreang, tak terasa sudah sampai
dipersimpangan jalan ini menuju Ciwidey valley. Jangan pernah lupakan jasa
orang lain, jangan pernah lupakan jasa para pemimpin kita. Mari kita do’akan
yang terbaik buat mereka. Aamiin.
Pembangunan di selatan kabupaten Bandung ini sekarang memang
semakin berkembang, terutama hal kepariwisataan dll. Sepanjang jalan Soreang
arah Ciwidey ini misalnya, baru saja selesai
dari pembangunan pemasangan pipa PDAM mungkin atau perusahaan air lainnya.
Memang itu membuat kemacetan sementara ini, tetapi insyaAllah itu juga demi kesejahteraan
masyarakat Bandung di masa yang akan datang. Kebutuhan akan sumber air bersih
tentu tak bisa dianti-nantikan lagi, ini sangat penting untuk dibangun. Semoga
saja hutan dan gunung diatas itu bisa terus dijaga lebih baik lagi. Tanpa hutan
yang baik, tentu saja sumber mata air akan hilang dengan sendirinya, iklim juga
berubah, hujan menjadi bencana. Dst.
Tak terasa saja kini kami sudah tiba di Pasir Jambu untuk mengisi
bbm. Alhamdulillah BBM nya masih tersedia, cukup untuk memenuhi tangki sepeda
motorku ini. full kuisi, biar nanti tak harus waswas kehabisan BBM diperjalanan
menuju Cidaun Indah.
Hanya satu jam setengah kami pun tiba di perkebunan teh
Cibuni. Udaranya mulai terasa berbeda, adem seadem ademnya. Jalanan disini memang ramai sekali oleh para
wisatawan yang datang dari banyak daerah. Ini menjadi primadona untuk
bersantai, menikmati kesejukan udara agar tubuh bisa lebih segar dan hidup
menjadi lebih bersemangat lagi. Harus lah tentu kita bersyukur dan berterima
kasih atas anugrah keindahan alam ini. La in syakartum la ajiidannnakum, wala
in kafartum inna adzaabi lasyadiid.
(Sampai di RancaBali dsk)
Cibuni estate namanya, itulah perkebunan teh ini, hijau
ngaplak sejauh mata memandang adalah ciri utama tempat ini, sejuk udaranya
adalah kata lain bagi Cibuni. Kalau menurut kami ini adalah negeri diatas awan,
ini seperti sebuah negeri dongeng yang hadir dalam dunia nyata. Kabut yang
menutupi semua jurusan arah mata memandang itu membuat seakan kini sedang
berada di puncak bumi, diatas awan yang putih. Kemana saja mata melihat, putih
saja seperti awan ada dibawah kaki kita. Jalanan aspal memang menjadi buram
kelam hitam tak terlihat dengan jelas, membuat laju motor menjadi harus lebih
pelan, jangan sampai kita terperososk ke perkebunan atau ke jurang di bawah
sana. Balutan kabut yang tebal ini membuat seluruh muka menjadi berair, seperti
terkena embun atau uap. Kabut yang demikian tebal ini juga membawa titisan air
yang ditiup ke seluruh rongga udara yang membasahi motor dan juga tubuh kita,
seperti hujan yang turun tertiup angin, rintik-rintik nan amat lembut. Mungkin
ini seperti turunnya air salju, tak terlalu berbeda dari itu. Tentu ini bukan
salju, ini hanya campuran antara kabut tebal dan hujan rintik yang kian
membesar.
Semakin jauh laju ini, semakin terasa basah udaranya. Dan
tak bisa lagi kita membedakan antara apakah ini masih berupa kabut yang basah
ataukah ini campuran air yang turun yang berbulu kabut. Baru saja aku sadari
kini, memang ini kabut yang didalamnya juga ada turun air, ini tentu bukan lagi
semata kabut, tapi ini adalah kabut dan juga air hujan. Perbedaannya sudah
semakin nyata sekarang memaksa kami untuk menepi dahulu, mengenakan jas hujan
dan sekalian berhenti juga untuk mencari tempat untuk istirahat, sholat.
Sholat yang baik adalah istirahat yang terbaik buat jiwa dan
raga ini. ketenangan yang hadir dalam munajat kepadaNya itu sungguh adalah
rehat yang menentramkan jiwa, membuat tubuh menjadi segar kembali seperti
sediakala.
Alhamdulillah atas kekuatan yang Engkau beri, kami masih
bisa sedikit bersujud kepadaMu. Kami sadari, sujud ini bukan sujud yang baik,
kami sadari, sujud ini bukan sujud yang sebenarnya sujud. Masih terlalu sering
dalam sholat kami justru tak mengingatMu. Maafkan aku ya rabb.
Hhh...hela nafas tentu merupakan rasa penyesalan diri. Kapan
kah bisa sembahyang dengan lebih baik lagi. Kapankah bisa sholat seperti mereka.
Sholat yang berisi dialog, sholat yang berisi do’a, sholat yang berisi
penghambaan, sholat yang sebenarnya sholat seorang yang murni ikhlas mencari
kemaafan dan keridhoanNya. Kapankah itu ya rabb...?,
Subhaanallah, jalanan sudah tak terasa lagi, jalanan juga
sudah semakin baik sekarang. Aspal hotmix, lebih tebal dan lebih halus.
Beberapa bagian masih dalam proses pengaspalan, bahkan motor ini pun terkena
cipratan dari aspalt yang masih panas itu yang tak bisa dihindarkan lagi. Walau
hujan kecil turun disini, walau suasana gelap berkabut disini, mereka pekerja aspal terus saja melakasanakan
pekerjaannnya itu. Angkat topi sebagai rasa terima kasiih buat mereka. Semoga
kualitas pekerjaannya ini juga tetap terjaga dengan baik, jangan asal selesai,
jangan asal bisa segera menagih pembayaran. Aamiin.
Balegede namanya daerah ini, ini adalah satu desa di Cianjur
Selatan yang berbatasan langsung dengan Cibuni kabupaten Bandung. Rest area,
diperbatasan ini sudah selesai dibangun, hampir selesai semuanya. Ini memang
menjadi tempat pavorit yang dulu sering orang beristirahat disini, diatas
rerimbunan hutan kayu putih di sekitarnya, menjadi lebih sejuk, teduh dan
tenang.
Namun kami tak tertarik untuk berhenti disana, kami lebih
memilih berhenti disini, disebuah warung yang dulu pernah kami berhenti dua
kali disini. Menjadi kenangan yang terulang tentu lebih menarik buat kami. Tak
perlu terlalu lama disini, selain ada banyak pengunjung lainnya disini,
perjalanan juga harus segera dilanjutkan agar nanti tidak terlambat dijalan,
agar sampai di Cidaun sebelum jam lima sore. Belum lama sebenarnya motor ini
meliwati jalan ini, ya pada tanggal 18 Agustus lalu kami juga meliwati jalan
ini sepulangnya kami dari kawasan GeoPark Ciletuh yang diakui unesco itu
sebagai taman bumi tingkat internasional. Mungkin yang ke dua ada atau ke tiga
di Indonesia, yang sudah diakui lembaga PBB, Unesco.
Naringgul adalah satu kecamatan yang sungguh luas sekali,
sudah hampir satu jam kami lewati Naringgul ini hingga akhirnya tiba di tapal
batas Cidaun. Keindahan Naringgul bagi berkendara motor tentu tak diragukan
lagi, apalagi jika jalur ini dijadikan trek balap sepeda “tour de jabar
selatan”, atau tour de pakidulan tentu akan semakin kondang di mata khalayak
ramai. Jika kita lihat di televisi, di Eropa sana yang olahraga balap sepeda
sudah sedemikian majunnya. Barangkali kita juga bermimpi suatu saat jalur ini
akan menjadi satu diantara agenda rutin balap internasioanal. Semoga tentu.
Bagian 2 (Cidaun)
“Cidaun Yang Dulu dan Cidaun yang Kini”
Akhirnnya sore ini tiba sudah di Cidaun, di sebuah mess
pekerjaan program Listri Desa . Disana sudah menunggu tiga teman kami lainnya.
Tadi pagi mereka berangkat duluan, dan satunya lagi adalah kuncen Cidaun
tentunya. Andiyar, pak Hery, pak Dayu, aku dan juga Bono. Lengkap sudah
personil atau group Pejuang Pencari Cinta. Sssst, jangan salah sangka dulu.
Kami memang pencari cinta Illahi. Hmm, ngasal.
Ya, malam ini rencananya kami akan pergi ke Rc.buaya untuk
supaya besok pagi bisa menikmati segarnya pantai disana. Habis maghrib lah.
Mandi adalah acara pertama sesampainya disini, sebab baju
dan terutama celana ini sudah “jibreg ku
cai hujan”. “Kareunang” tentu tak enak dirasakan, segarlah tubuh ini, bebaslah
rasa badan ini. “Reugreug” walau kini
aku harus hanya memakai sarungan saja. Gpp, yang penting “teu kabulusan”.
Acara berikutnya adalah katanya sih menghangatkan perut.
Okelah, walau terasa belum lapar, atas dasar alasan menghangatkan perut tentu
seporsi mie rebus adalah cukup merarik juga, apalagi tentu dengan segelas air
teh hangat. Wah maknyus sekali.
Sore yang semakin redup disini, ini bagaikan disebuah tempat
yang asing dan baru tentu buat kami. Ya memang demikian adanya, artinya
senangnya hati bisa bersantai dipesisir pakidulan Cianjur ini, adalah
kebahagiaan tersendiri di hari ini. engkau berada ditempat asing, tetapi engkau
merasa ini adalah kampung kita juga. betah rasanya.
Malampun tiba dengan diiringi suara adzan maghrib yang
lantang disamping depan warung ini. suara binatang malam sudah mulai ramai
menyahutnya. Jawa barat bagian selatan memang seperti jawa baratku dimasa
laluku. Terasa seperti kembali ke masa kecilku, suasananya sangat romantis,
indh dan luar biasa. Tongeret, toke, dll saling bersahutan disini. Wah itu
sungguh menyenangkan hati.
Malam yang sudah ditunggu itu, kini akan mulai membawa kami
kepada rencana selanjutnya. Goes to Rc.Buaya.
Motor kukunci ganda, mess pun ditutup rapih. Kami sdh siap
berangkat. Ke Ranca Buaya adalah kenangan yang selalu terulang. Bagiku kesana
adalah untuk ke enam atau ke tujuh kalinya. Tetapi walaupun sudah cukup sering
kesini, itu tak pernah membuat bosan. Padahal mungkin disini pantainya adalah
biasa saja, tetapi entahlah kok rasanya selalu saja menyenangkan bisa kembali
kesana. Itu memang luar biasa. Pengalaman yang menyenangkan.
Malam yang santai pun kami lalui, melewati beberapa sungai
dan jembatan yang panjang, sungai perbatasan antara Cianjur dan Garut selatan.
Suasana menyenangkan itu kembali hadir dimalam ini. setengah jam kamipun tiba
di Rancabuaya, diperempatan ini kami berhenti dulu untuk beberapa keperluan
makanan, pakaian dll. ada dua minimarket disini. Mau yang merah atau yang biru
sama tersedia. Sudah itu kamipun pergilah menuju pantai untuk mencari makanan
khas pesisir. Ya ikan cue, cumi-cumi, sambel, lalaban dan juga oseng kangkung.
Cukuplah untuk sumber energi bagi malam yang panjang nanti.
Kenyang tentu, tak habis tentu. Ikan seberat 1.5 kg.
Sepiring cumi dll itu terlalu melimpah buat kami berlima dimalam ini. Sisanya
biarlah buat nanti sesampainya di penginapan barangkali rasa lapar akan kembali
menyerang. Bercengkrama sebentar disini, untuk sekedar bercerita dan berdamai
dengan waktu. Indah diatas indah, senang diatas senang. Bahagia diatas bahagia.
Malam yang sempurna.
Penginapan yang kami cari malam ini sangat mudah
didapatkannya. Rancabuaya sekarang bukan rancabuaya yang dahulu. Hari ini
disini terasa sepi, lengang dan seperti mati. Ini tentu diluar prediksiku. Kok
yang dulu selalu ramai pengunjung bisa juga menjadi sepi seperti ini. Sungguh
bagiku, ini adalah kejutan terbesar di tahun ini.
Barangkali, itu adalah imbas dari seringnya ombak besar
menimpa laut selatan di akhir-akhir ini. ditambah lagi dengan kejadian gempa
dan tsunami Palu. Mungkin itu menjadi sebab orang berpikir ulang untuk mengunjungi
pantai Rancabuaya ini. Tapi entahlah, itu masih menjadi pertanyaan yang belum
pasti jawabannya.
Malampun semakin larut, kami mengisinya dengan bermain
kartu. Kalah berturut-turut kadang membuatku putus asa. Tetapi semenjak muncul
rasa optimisme, maka berbalik ku bisa mengungguli lainnya. dan bermain cantik,
dan positif. Menang di akhir tentu lebih indah dibanding menang diawal tapi
kalah diakhirnya. Bermain kartu remi adalah cara kami menjadi teman yang akrab.
Bermain kartu adalah cara kami mengurangi jarak. Sehingga pertemanan kami bisa
menjadi lebih karib, sehingga pertemanan kami bisa menjadi semakin
menyenangkan. Aamiin.
Jam 24 wib, sudah cukup untuk bercengkrama di kamar seharga
250 plus cepek untuk extra bed. Malampun akan menjadi pagi, tentu kamu harus
memberi waktu untuk istirahat sebab esok masih harus beraktifitas lainnya. “Bismika
Allahumma ahya wabismika amuut”.
Alhamdulillahilladzi ahyanaa ba’da ma amaatanaa
wailaihinnushuur. Pagi yang segar telah berkumandang dengan keras di luar sana.
Saatnya untuk bangkit dari pembaringan.
Alhamdulillah, engkau telah menyampaikan lantunan adzanmu,
alhamdulillah bisa kembali menuju surau untuk menunaikan sholat lima waktu.
Nikmat mana lagikah yang akan didustakan...?
Malam yang kemarin sudah berlalu, pagi yang sekarang telah menanti. Ingin bermain ombak dipantai, tapi pagi terlalu buta. Kita tunggu hingga warna kembali menampakkan wujudnya, kita menanti hingga gelap menjadi sedikit terang.
Tak lama tentu, hari sudah menampakkan Rancabuaya seutuhnya.
Masih samar tentu, masih remang tentu. Tapi ini adalah saat yang bagus untuk
mulai menggerakkan tubuh. Berjalan menyusuri pagi, menyusuri sisi diantara
lautan dan daratan. Sungguh ini adalah bukti kebesaran Allah SWT bagi kita yang
sudi sejenak mentafakurinya. Arti kita sebagai manusia homo sapiens, manusia
sosial. Arti kita sebagai insan kamil, yang dilengkapi kemampuan untuk
bertafakur atau berfikir mengamati segala yang ada dan kenapa semua itu dan
untuk apa gerangan. Semoga kita masih bersedia untuk sedikit menggunakan hati
dan akal kita. Jangan sampai kita melalaikan diri kita sehingga terlalu malas
untuk sekedar bertafakur.
Membaca Al-Qur’an surat An-Nahl adalah cukup cocok untuk menggambarkan betapa bumi, langit, siang, malam. Turunnya hujan, gunung dan lautan semua itu adalah agar kita mau bertafakur, agar kita mau bersyukur dan agar kita menjadi manusia yang bisa mencari pembelajaran.
Hujan yang lama tak turun, alhamdulillah sudah mulai
membasahi bumi kita ini, menghidupkan rerumputan yang kemarin mati,
menghidupkan bumi dst. Lautan yang darinya kita mencari penghidupan, yang
darinya kita mendapat sebagian dari perhiasan. Gunung yang menjadi paku bumi,
sungai yang mengalir dan hewan-hewan ternak yang digembalakan memberi kita
susu, bulu wol, bahan jaket yang hangat dst.
Dari hewan piaraan itu kita menjadikan kendaraan berupa kuda, bighal maupun keledai himar. Dari lautan kita bisa berlayar untuk menuju daratan lainnya. semua itu adalah kuasa Illahi. Jangan sampai kita melalaikan semua pembelajaran itu. Jangan sampai kita menjadi manusia yang ingkar dan menjadi sombong, padahal kita terlahir dari perut ibu kita dalam keadaan lemah tak berdaya tak tahu apapun jua. Lalu Allah memberi kita pendengaran dan penglihatan supaya kita mau bersyukur. Dan apakah sama mereka yang tuli buta dengan mereka yang menyeru kepada jalan yang lurus...?.
Subhaanallah. Hidup yang sekejap ini jangan sampai menjadi
sia-sia. Aamiin.
Menapaki pagi yang murni seperti ini
adalah dambaan semua insan dibumi ini. setidaknya itu pendapat kami. Pagi yang
sejuk nan teduh, pagi yang ramah buat mata memandang, pagi yang husnul khatimah
tentu kami harapkan. Melihat pemandangan seindah ini adalah impian yang tidak
hadir setiap malam. Ini adalah kenyataan yang luar biasa. Ini adalah sesuatu
yang pantas untuk diapresiasi. Apalagi kita sudah diberi tenaga, apalagi kita
sudah diberi mata, telinga, kaki, tangan dst. Mau kau dustakankah semua nikmat
yang lengkap itu...?.
Coba sempatkan hatimu berfikir andai
kamu terlahir dalam keadaan buta, dalam keadaan tuli. Yakin lah kamu tak akan
pernah mengetahui bagaimana keindahan lautan dan pantai ini, yakinlah kamu tak
akan mengetahui luasnya hamparan bumi ini. yakinlah bahwa kamu tak pernah bisa
membedakan mana gunung yang tandus, mana gunung yang subur. Subhaanallah, lupa
rupanya kita selama ini. lupa bahwa nikmat yang Allah beri kepada kita itu
sungguh besar nilainya. Nafas pun sudah untung, makanpun sudah beruntung.
Hendaknya kita melihat bagaimana hebatnya keagamaan orang lain, tetapi
janganlah kita melihat tentang dunianya orang lain. kita semua tak akan pernah
sama, kita terlahir punya cerita masing-masing, jangan sampai iri apalagi
dengki terhadap nikmat yang didapat selain kita. Itulah yang akan membuat Allah
SWT suka kepada kita, dan itu pula yang akan membuat kita bisa bahagia.
Adalah hal baru lagi yang kita dapatkan
di hari ini. Rancabuaya kini bukanlah Rancabuaya yang dulu. Temanku si ikan
kecil yang dulu ada di ceruk ini dia sudah entah kemana perginya. Semoga dia
baik-baik saja dimana pun dia berada sekarang. Terima kasih sudah bersedia
memperlihatkan keindahannya, terima kasih telah berbagi waktunya.
Dan kali ini aku bertemu dengan hewan
laut lainnya yang tak kalah luar biasanya. Belut laut yang sepanjang 30 cm,
berwarna biru bintik. Sungguh merupakan kejutan lainnya buatku dihari ini.
terima kasih kawan sudah sempat menyapaku dihari yang indah ini. Aku jadi tahu
bahwa keindahan itu nyata, aku jadi tahu bahwa ini bukan mimpi. Sayang memang,
tak sempat aku merekamnya. Kameraku tadi disimpan diatas batu, kalau aku
sedikit saja beranjak dari ini tentu belut itu akan terkagetkan dan pergi.
Sudahlah cukup memoriku yang akan merekamnya. Ini juga sudah kebetulan yang
sangat baik tentunya.
Subhaanallah, Allah lah pencipta segala
keindahan ini, tak mungkin pula mereka terlahir dan menciptakan dirinya
sendiri. Tentu ini semua pasti ada karena adanya kekuasaan absolut dari sang
maha pencipta, ialah Allah SWT. Jadikanlah kami manusia beriman, yakin akan
hari akhirat dan menjadi mukmin sejati yang hidup dalam keimanan dan istiqomah
dalam ketaatan dan ketaqwaan. Aamiin ya Allah ya rabbal ‘aalamiin.
Hari yang redup namun tak berarti
mendung. hari yang baik buat berendam di bibir pantai yang berdebur. Biarlah
para nelayan beraktifitas sendiri, biarlah aku juga beraktifitas sendiri
disini. Ini adalah pasir putih dengan degradasi yang cukup curam. Tak berani
untuk berjauh-jauhan. Arus baliknya begitu deras menyapu kita bisa menyeret
tubuh ini ke ceruk laut yang hijau toska. Mengerrikan jika kita dibawanya ke
dalam sana dengan pusaran air yang mungkin cukup kuat. Cukuplah berendam
dipinggiran saja, biarkan ombak itu menghempas kita disekitar sini saja.
terbayang jika saja dari bawah sana itu ada ikan ganas yang tiba-tiba menyapu
kami. Jangan sampai itu terjadi. Oh Tuhan, lindungilah aku.
Sepuluh menit, dua puluh menit, sejam
mungkin aku berendam bersama pasir-pasir dan karang-karang yang putih bersih
ini. sungguh adalah kesempatan yang berharga. Untungnya suasana pantai dipagi
28 Oktober 2018 ini adalah sepi nan lengang. Ini adalah kesempatan yang langka
buatku, akan cukup disesalkan jika semua ini berlalu begitu saja. alhamdulillah
tubuh ini telah kembali segar bersama dinginya air Rancabuaya, bersama sejuknya
suasana pagi di hari Minggu ini. Performa alam yang sangat memuaskanku.
Beberapa kerang atau karang kecil akan
menjadi saksi bisu diantara semua ini. kewuk berwarna ungu, kewuk berwarna
putih dan kewuk berbintik hitam, coklat dan bebatuan kecil adalah souvenir yang
pantas untuk dikoleksi. Tetapi sejujurnya, tak boleh kita serakah untuk
mengangkutnya semuanya. Cukup beberapa saja tak lebih dari genggaman tangan.
Semoga ini bukan contoh yang ditiru semua orang. Semoga semua kita berperilaku
ramah terhadap alam semesta ini. supaya terjaga kelestariannya. Aamiin.
“Rancabuaya yang kini, bukan Rancabuaya yang dulu”, adalah benar adanya.
Kantin-kantin yang dulu menjajakan
makanan khas pantai, juga souvenir-souvenir atau kaos khas pantai pun kini
sudah tak terlihat lagi disini. Kenapa Rancabuaya menjadi pantai yang menjadi
sepi, seperti ada sesuatu yang telah terjadi disini...?. entahlah sampai dengan
ini, jawaban itu belum juga memuaskanku. Beberapa saat kedepan aku akan kembali
lagi. Hendak melihat apa sih yang telah terjadi. Apakah Rancabuaya ini hanya
mati suri, hanya mati sementara, atau hanya menunggu hari kebangkitannya
kembali.
Yang membedakan Rancabuaya kini dan
dulu, selain suasananya yang menjadi sepi adalah pemecah ombak ini. bebatuan
besar yang antara laut dan pantai. Mungkin ini untuk pemecah ombak, atau
mungkin ini juga untuk dibuat dermaga kapal nelayan. Ini adalah pertanyaan yang
juga belum ada jawabannya. Hanya kira-kira saja, barangkali itu adalah pemecah
ombak atau itu adalah untuk dibangun dermaga.
Memang dibeberapa sudut pantai ini bisa
kita saksikan kios yang menjadi kosong penghuninya. Gulung tikar nampaknya.
Barangkali itu juga sebagai ekses dari terbangunnya hotel penginapan yang
semakin banyak disini. Ada sekira lima penginapan permanen yang dengan
fasilitas lapangan parkir yang luas bisa dituding sebagai salah satu
penyebabnya. Namun kita juga bisa saksikan dijujung pantai Rancabuaya ini ada
tiga kios penginapan yang ruksak berat karena terjangan ombak telah
mengikisnya, menghancurkan tembok dan pondasinya. Belum lama dulu aku berphoto
disana. Kini tempat itu sudah tergerus abrasi. Ya, itu pasti karena terjangan
badai dan ombak besar yang beberapa waktu lalu menerjang seluruh pantai dilaut
selatan pulau Jawa ini. Untuk sementara ini, itulah mungkin penyebab utama
mengapa pantai ini menjadi begitu lengang, berbeda banget dengan keadaan di
awal tahun ini misalnya.
Namun yang membanggakan diriku adalah,
perkembangan sarana prasarana menuju dan di Rancabuaya ini nampaknya sedang
bergerak menuju ke arah yang lebih baik lagi. Sarana jalan dan “dermaga” tadi
misalnya. Itu adalah bentuk perhatian dari pemerintahan sekarang ini. Salah
seorang nelayan misalnya begitu antusias mengibas-ibaskan dan memasang bendera
sang gubernur baru kita. Entahlah, itu mungkin bentuk ekspresi bahwa mereka
merasa bangga terhadap pemerintahan yang baru ini, begitu bersemangat, antusias
dan sepertinya penuh rasa optimisme. Pasti ada sesuatu yang membuat nelayan itu
melakukan itu. Dugaanku adalah, ada pergerakan yang hendak mengembangkan
kawasan Rancabuaya ini menuju ke arah yang lebih baik lagi mungkin. Semoga dugaan
ini adalah benar adanya. Aamiin.
Sekali lagi ini menjadi pertanyaan yang
belum bisa diketahui jawabannya. Sayang memang, tak banyak informasi yang bisa
diperoleh dari fenomena semua ini. mungkin beberapa bulan kedepan akan coba
dicari jawabannya.
Hari pun telah beranjak kembali,
mengusir pagi yang baik tadi menjadi masa lalu. Tetapi rencana kami adalah
saatnya untuk kembali ke Cidaun, untuk membawa beberapa material sisa pekerjaan
listrik desa yang sdh berakhir. Dan kami akan kembali ke Bandung. Jangan
terlalu siang sebab bisa keburu turun hujan atau terlalu malam datangnya.
Tepat jam 10.30 wib ini kamipun
benar-benar meninggalkan mess Cidaun ini untuk menuju Bandung diatas sana,
dibalik perbukitan yang banyak itu.
Tidur yang semalam itu boleh lah
dibilang sama seperti tidur yang singkat atau sleeplight community, sehingga
sekarang ini rasanya kantuk mulai menyerang. Tetapi tak ada waktu untuk
menggantikannya. Perjalanan harus akan dimulai.
Langkah yang sedikit gontai mau tak mau
harus mau, sebab kita juga berkejaran dengan cuaca yang terlihat mendung diatas
sana.
Tetapi bukan namanya petualangan jika
harus menyerah dengan keadaan diri. Keadaan bagaimanapun jua harus bisa
dinikmati. Bukankah semua yang indah ini akan menjadi tidak indah jika hati
kita buat gak indah...??. ya betul banget. Kok aku jawab sendiri sih.
Dari jembatan ini lurus kearah barat,
lalu disatu pertigaan didepan kamu belok saja ke kanan, nanjak sedikit, itulah
arah menuju Bandung dari Rancabuaya-Cidaun ini.
Dua bulan yang lalu, tak jauh dari kota
Cidaun ini, tepat dipunggung bukit yang pertama ini sedang dikerjakan pelebaran
dan pembuatan saluran air dan sekarang nampaknya semua itu sudah selesai. Sudah
terlihat hasil pekerjaannya, jalanan menjadi lebih luas, lapang dan rapih.
Kamipun lanjut saja, eh lupa. Akupun
lanjut saja meninggalkan temanku yang masih dibelakang sana. Jalanannya semakin
enak untuk dinikmati. Selain suasananya yang lengang juga jalanannya masih
sangat baru, sehingga mulus sekali.
Jalanan nya memang cukup mulus. Kamipun
berkendara dengan mantap dan menyenangkan. Mulai banyak belokan dan semakin
menanjak, bagi pengendara motor ini adalah seperti jalanan yang dibuatkan dengan
maksud supaya para pemotor bisa mendapat adrenalinnya. Enak untuk membetot gas.
Tak terasa sudah, hingga motor yang
cukup kencang tadi harus berhenti disini sebab, rupanya jalanan sedang macet
mungkin ada sesuatu atau pekerjaan jalan didepan sana. ya memang jalanan sedang
dibuka tutup karena ada pekerjaan pelebaran jalan yang menembus bukit batu
disana. Ini jelas adalah pekerjaan yang berat, di sebelah kiri jalan ini adalah
jurang yang dalam dan sebelah kanannya adalah tebing batu yang keras. Butuh
beberapa alat berat untuk dapat mengikisnya sedikit demi sedikit. Semoga
pekerjaan ini segera tuntas ya..? dan para pekerja itu juga bisa selamat
semuanya. Aamiin.
Maafkan aku, karena mungkin aku
bukan yang terbaik untukmu. Biarlah engkau mendapat apa yang menjadi bagianmu. Semoga diberi yang terbaik
saja. Dan, kita akan melaju menurut jalan
yang terbaik untuk kita, kamu, aku dan semua. Aammiin.
Maafkan aku karena belum tentu
aku yang terbaik buatmu. Dan juga semoga engkau mendapat yang terbaik untukmu.
Ke..ke...ke..., naha jadi
semacam tulisan pribadi.
Ya....
Pekerjaan pelebaran dan pengaspalan
jalur ini sejatinya sudah berlangsung sejak berbulan yang lalu. Tanggal 18
Agustus 2018 misalnya, saat kami liwati jalan ini, pekerjaan ini sudah sedang
terjadi. Entah lah kapan bisa terselesaikan semuanya. Mungkin diakhir tahun ini
atau mungkin dilanjut sampai anggaran tahun berikutnya. Semoga saja semua
rencana baik ini bisa terlaksana sesuai rencana.
Ada sedikit rintik hujan, tapi itu
hanya sedikit dan dalam intensitas yang sangat kecil. Sehingga tak sempat
membuat semua menjadi basah kuyup seperti kemarin. Sesaat lagi ini adalah
jadwal motoGP seri Australia mungkin sudah berlangsung. Jika ada warung tentu
akan berhenti dulu untuk nonton. Tetapi antrian ini cukup lama juga, sekira 20
menit lamanya. Sudah gak tenang rasanya bisa-bisa ketinggalan live motoGPnya.
Tapi ya sudahlah kita lihat saja apa yang akan terjadi, lagipula jagoanku Marc
Marquez sudah menjadi juara dunia di seri Jepang minggu yang lalu. Balapan di
philips island ini sdh tak berpengaruh lagi. Walaupun demikian tentu saja menontonnya
akan tetap menegangkan.
Alhamdulillah, antrian kendaraan ini
akhirnya berakhir. Kamipun bisa melaju kembali. Ya, benar ini memang ada
pelebaran jalan. Tepat disebuah tikungan ke arah kanan menuju Bandung.
Bebatuannya besar-besar, hampir seluruh bagian tebing ini memang bebatuan yang
kokoh. Baru separuhnya yang sudah selesai digali, masih setengah bagian
bawahnya yang belum tergali. Mungkin seminggu, mungkin dua minggu lagi baru
bisa selesai.
Tetapi rupanya tantangan pelebaran
jalan Bandung-Cidaun ini belum berakhir disana. Masih ada beberapa tebing
lainnya yang perlu dipapas. Masih ada lagi yang lebar jalannya hanya cukup
untuk satu mobil sehingga jika ada kendaraan dari dua arah, mereka harus
bergiliran meliwatinya.
Ya, semoga saja pelebaran itu terus
berlanjut sampai semuanya selesai sehingga jalur ini bisa menjadi jalur yang
lebih hidup lagi agar roda perekonomian masyarakatnya menjadi lebih lancar.
Alhamdulillah, sampailah kita kembali ketanah Bandung. Wassalam.
0 Komentar