Belajar Cornerring


Setahun sudah, perkenalanku dengan dunia sirkuit. Itu pun secara kebetulan karena ikut teman-teman dari perkumpulan motor CBR Bandung yang hendak mengadakan latihan ringan di Subang.

Dihari minggu itu, kami berangkat bersama pagi yang cerah. Tak terlalu pagi, tapi juga tak terlalu siang. Naripan menjadi titik tolak kami. Perjalanan bersama selalu meninggalkan kesan yang tersendiri. Melewati Lembang yang sejuk, menanjak berliku ⤳↝↴↺↬ liku. Indah bertambah indah, sejuk bertambah sejuk. Udara ➽ yang berhembus itu menusuk kedalam kulit meresap kedalam tulang.

Rasanya segar bertambah segar saja, hari begitu mempesona. Kalau dalam sebuah lagu, ini adalah simponi yang mendayu-dayu. Iramanya itu membuatmu bergairah sambil melayang kedalam khayalan yang terlalu jauh. Mengingatkanmu kepada masa yang telah silam. Indah tapi seringkali menyakitkan kalbu.


Maka dari itu mendengar lagu seperti itu hanyalah menyeksa saja, mending juga dengar bait-bait perjuangan yang bisa membuatmu bersemangat sepanjang hari. Misal, maju tak gentar membela yang benar. Jangan bait-bait ⤕ melankolis yang menina bobokan hari-harimu.
Membuatmu sia-sia saja.


Ya sudah, sebaiknya kita menikmati saja sajian kemegahan alam Lembang-Cikole ini. Jalanan yang bagus buat berkendara dan bersenang-senang dengan motor.


Tujuan ke Gery Mang Subang sesungguhnya hanyalah untuk happy saja, bersenang-senang saja. Untuk sedikit mencari pengalaman dan mengisi waktu dengan hal yang positif. Memang sebatas demikian saja. Bukan dalam rangka menjadi profesional, atau menjadi jagoan. Tak mengapa yang penting ini akan membuatmu bisa mengisi hari-harimu menjadi tidak sia-sia. Minimal ada pelajaran dan pengalaman yang positif yang bisa menambah harimu berwarna-warni. Ah ini hanya pembenaran saja kesannya.



Tapi memang lakukan saja hal positif, itu tentu lebih baik jika dibandingkan dengan tidak melakukan apapun juga. Engkau harus berbuat sesuatu selama itu boleh, halal dan tidak mengganggu. Engkau harus banyak berjalan dimuka bumi ini, untuk melihat kekuasaan Allah SWT. Banyaknya informasi yang masuk kedalam sanubarimu akan membuatmu tidak kosong. Bukan begitu sodara-sodara...?.


Kamu tentu boleh membuat kegiatan-kegiatan baru untuk mengusir rasa jenuh dan untuk upgrade dirimu. Yah, apa sajalah kegiatan positif, olahraga, dll. Jadi teringat masih terlalu banyak kita menyia-nyiakan waktu. Waktu untuk silaturahmi masih terlalu minim. Dll.



Ya sudah. Itu sudah.
Hal yang menyenangkan selama berlatih cornering di sana adalah bekas yang ada pada ban. Why...?, itu loh ban ku menjadi gundul sampai ke tepinya. Itu sepertinya baru kali ini ban ku bisa begitu. Berarti tadi aku melakukan gerakan merebah yang cukup ekstrim. Buktinya ada di bekas aspal pada ban. Hmm, bagiku itu adalah prestasi besar.



Gaya cornering yang aku suka selama di Gerry Mang adalah gaya spinning, itu adalah memelintirkan motor supaya memutar secara gaya momentum. Kamu biarkan motor itu bergerak menyamping untuk dapat berbelok tanpa harus terlalu memiringkan motornya. Gerakan yang terinspirasi dari gaya Stonner dan Marquez. Itu adalah gerakan yang menyenangkan, dan yah memuaskan hati. Tidak mudah melakukan itu jika kita belum mencoba sedikit demi sedikit. Padahal apa yang ku lakukan itu barulah kelas ecek-ecek, bagaimanapula jika bisa semahir Casey atau Marc...tentu itu akan lebih menyenangkan. Masih harus terus mencoba dan berlatih agar bisa mendekati seperti mereka. Bukan untuk bergaya, tapi untuk merasakan “betapa menyenangkannya itu”.


Kalau didunia supermoto, gerakan itu bukanlah perkara yang aneh barangkali. Sering kita menyaksikan gerakan spinning itu, membelok dengan sedikit menyamping. Kalau istilahnya adalah...kita biarkan motor itu menghempas dari hentakan yang kita buat atau dari kecepatan berubah menjadi gaya dorong. Kuncinya adalah insting terhadap motor beserta gerakannya dan bagaimana kita memperlakukannya sedemikian itu supaya motor tetap ada dalam kendali kita.


Sayangnya, beberapa kali terakhir aku ke sirkuit lagi gaya seperti itu sepertinya menjadi sesuatu yang tidak bisa aku ulangi. Saya curiga kepada kondisi ban yang sudah terlalu gundul ditengah. Atau entahlah, yang jelas sudah hilang insting untuk bisa melakukannya. Sepertinya hilang rasa percaya diri terhadap kemampuan ban motor untuk dapat melakukannya. Itulah mungkin yang sering kita sebut sebagai perasaan terhadap motor. Sebab kita dan motor harus satu irama, kita harus dapat mengenal karakteristik tunggangan kita. Setiap motor tidak akan bisa plek sama persis, pasti ada perbedaan rasa.



Satu hal lainnya yang terus menjadi tantangan bagi penulis adalah bagaimana bisa lebih merebah dalam gaya cornering. Itu terlalu menakutkan sekali. Dalam beberapa kesempatan berhasil, tetapi dalam beberapa moment itu hampir berbuah celaka. Itu mungkin yang membuat hati menjadi ciut kembali. Entahlah, nyatanya kita kok bisa merasakan sejauh mana daya dukung ban dan motor kita itu dalam melakukan suatu manuver. Sepertinya insting juga sangat membantu kita, kita gak bisa terlalu ceroboh dengan melawan perasaan atau insting. Sebab itu akan berbanding lurus terhadap hasilnya. Kalau kamu gak yakin, jangan lakukan. Kamu harus yakin dulu sesuatu itu akan bisa kita lakukan. Kalau masih ragu sebaiknya melakukannya secara step by step. Terus melatih sedikit demi sedikit, itu yang paling masuk akal.



Maka tak ada alasan untuk menyerah sampai kita bisa memahami segalanya. Sesuai batas kemampuan kita masing masing tentunya. kalau sudah mentok, yakin mentok ya sudah itulah batas kemampuan kita. Tapi jangan bilang gak bisa kalau belum kita mempelajarinya.


Lagi gandrung olahraga bermotor memang asyik. Baru sembilan kali juga dalam mencoba sirkuit-sirkuit disekitaran Jawa Barat ini. Majalengka, Subang dan Tasikmalaya.
Rasanya semakin kesini semakin ketahuan dimana posisi diri ini dibanding mereka yang sudah terbiasa dan yang sudah expert. Terlalu jomplang jika harus dibandingkan para ahli atau para profesional mah. Tetapi gpp, namanya juga menyalurkan hoby, itung-itung latihan ketahanan dalam berkendara dan juga latihan dalam berkonsentrasi.


Membalap nyatanya bukanlah perkara mudah, sangat memerlukan skill yang mumpuni, dan juga butuh bekal keberanian. Jelas sudah, masih terlalu banyak hal yang harus diketahui. Cara menikung yang benar, kemampuan dalam knee down, pembahasan tentang ilmu gravitasi dan ilmu proyeksi sudut, rotasi dan radius, keseimbangan benda, dll.


Berbicara tentang keberanian juga. Harus diketahui seberapa mungkin kita dapat merebahkan motor dalam beragam kondisi sirkuit dan satu hal lain adalah kondisi motor itu sendiri terutama jenis ban yang paling cocok untuk setiap lintasan. Belum lagi bicara kekerasan shock breaker depan dan belakang, pusat gravitasi motor dan kaitannya dengan pengemudi. Sudut menikung dan racing line, titik pengereman dan titik oper persneling, semua itu adalah teori yang sebaiknya dipahami terlebih dahulu. Dari motor dan dari sirkuitnya.



Tentu ada rahasia jitu yang dimiliki para expert itu, mengapa mereka bisa menikung motor sedemikian ekstrim.

Masih banyak hal yang harus diketahui agar kita bisa menjadi pengemudi yang baik. Syukur-syukur jika bisa meniru para profesional.  Wah itu sih hebat namanya.

Pengalaman berkendara dalam bagaimana melakukan elbow down, knee down sungguh sesuatu yang tak terbayangkan sejauh ini. Itu adalah tidak semudah kita menonton.

Persiapan kendaraan juga harus diperhitungkan. Step pijakan kaki yang terlalu rendah bisa mengakibatkan motor menggasruk ke aspal saat cornering. Penyetelan rante, penyetelan rem dll. Ban racing, wearpack yang baik. Helm juga harus cocok untuk kondisi racing, tak boleh longgar dikepala yang bisa mengganggu dalam kecepatan tinggi, mengganggu penglihatan dan juga mengganggu konsentrasi secara keseluruhan.

Demikian saja dulu catatan ringan ini, nanti kita sambung dengan cerita seru lainnya.


Jalur menuju ke Subang ini sebenarnya sangat bagus untuk dibuatkan sirkuit bertaraf internasional, lereng bukit yang cukup landai di Ciater ini misalnya. Didukung oleh cuaca perkebunan teh yang sejuk sangat cocok bagi para pembalap dari Eropa sana. Tetapi mungkin jika di musim hujan disini akan kurang bagus, sebab curah hujannya cukup tinggi disini. Terlalu sering hujan mungkin mengganggu kalender perlombaan.
Ada alternatif lain untuk bisa dibangun Sirkuit di Jawa Barat ini, misalnya di sekitaran waduk Jatigede atau daerah Tomo Sumedang. Cuaca disana lebih panas menyengat, kurang menyenangkan bagi mereka yang terbiasa hidup didaerah dingin seperti Eropa. Tetapi kelebihannya adalah curah hujan mungkin lebih sedikit, sehingga cukup mendukung buat agenda balap yang padat. Selain itu juga suhu udara yang panas demikian mungkin treknya lebih bagus buat grip ban motor. Kelebihan lainnya adalah letak geografisnya yang sangat dekat dengan lokasi bandara Internasional BIJB dan akses tol Cisumdawu juga. Sehingga dari sisi transfortasi sangat potensial.
Sebenarnya masih banyak lokasi lain yang cukup bagus untuk dibuatkan sirkuit di Jawa Barat ini. Di kawasan atau kompleks stadion Si Jalak Harupat Soreang Misalnya, secara kontur tanah dan lingkungan sekitar sangat bagus kalau bisa dibangun sirkuit disana. Itu akan saling melengkapi dengan kompleks olahraga yang sudah terbangun. Tempat parkir misalnya, bisa saling komplementer, atau saling melengkapi.
Dan satu hal yang pasti, lokasinya yang sangat dekat dari Ibu Kota Jawa Barat adalah kelebihan yang tidak dimiliki dari kandidat lokasi lainnya. Soreang ini sungguh sangat pas untuk dibuat Sirkuit, udaranya juga gak terlalu dingin, dan tidak juga terlalu panas. Secara akomodasi perhotelan juga tidak akan kesulitan karena status Soreang yang bisa dibilang sebagai kota satelit dari Bandung. Adalah tetangga dekat dari kota terbesar ketiga di Indonesia ini. Jarak dari kota Bandung hanya sekira sepuluh kilometer saja. Akses transfortasi juga sudah lebih tersedia dibanding lainnya karena akses Tol Soroja yang sudah beroperasi sejak setahun ini.
Dengan demikian maka hanya persoalan niat dan dana saja. ini yang menjadi persoalan utamanya. Secara potensi dan kebutuhan, semuanya sudah memenuhi syarat.


Dalam kaitan ini ada baiknya kita sampaikan sebagai satu aspirasi dari pecinta motor khususnya kepada pihak pemerintahan di Jawa Barat ini. Semoga saja nanti ada jalan keluar yang bisa tercetus dan menghasilkan berbagai kemungkinan sumber pendanaan sebagaimana yang pernah di paparkan dalam bukunya Zig Ziglar tentang “dig a little more” yang terkenal itu. Mungkin dengan cara penyampaian aspirasi ini, akan bisa menjadi jalan bagi bertemunya pihak investor dan legislator serta eksekutor dan eksekutif serta yurispundensi atau apalah namanya itu. Sehingga mimpi penyelenggaraan MotoGP di Indonesia akan segera dapat terwujud di Jawa Barat (Bandung Raya khususnya) ini. Aamiin.


Bukankah segala pencapaian besar itu diawali dari mimpi yang juga besar....?. Mungkin tulisan ini akan ditertawakan orang. Tapi percayalah saya pernah punya pengalaman tersendiri terkait mimpi besar ini. Dulu di era bupati Bandung Pak Obar Sobarna, saya pernah membuat artikel yang berjudul pentingnya Bandung atau Jawa Barat ini untuk segera membangun sebuah stadion yang refresentatif karena kebutuhan nyata terutama bagi Persib tercinta. Dan alasan keuntungan secara multiflier efek ekonomi juga cukup potensial. Tetapi artikel tulisan saya itu waktu itu, tidak dimuat oleh sebuah harian di Bandung, namun keesokan harinya diharian yang sama yang terbit malah tulisan redaksi yang isinya berupa “jawaban” terhadap tulisan saya tadi dengan menyatakan bahwa Jawa Barat khususnya belum waktunya membangun sebuah stadion yang bertaraf Internasional waktu itu.
Tapi pendapat saya ternyata sejalan dengan pemikiran bapak Obar Sobarna di Kabupaten Bandung, tak lama dari itu alhamdulillah beliau akhirnya berhasil merealisasikan cita-cita kabupaten Bandung yang memang sudah sejak lama bercita-cita untuk membangun stadion di daerah Cincin waktu itu, yaitu dengan dibangunnya Stadion Si Jalak Harupat di Soreang Kabupaten Bandung. Itu membuktikan bahwa sesungguhnya bukannya kita tidak mampu atau tidak layak untuk membangun sesuatu, melainkan kurangnya tekad, kurangnya kepercayaan diri dari beberapa pihak terkait. Dan mungkin kita sebagai masyarakat umum juga sering apatis dan tak bersemangat apabila harus berbicara atau membaca tentang perkara demikian.
Alhamdulillah, ternyata sejak terbangunnya stadion si jalak Harupat, itu sangat bermanfaat bagi Persib, bagi Olahraga dan perekonomian di Sekitar stadion dan juga bagi pencapaian Jabar Kahiji pada PON di tahun 2016 yang lalu.


Malah sejak berdirinya stadion si Jalak Harupat maka serta merta menjadi pemicu dan pioneer bagi pembangunan beberapa stadion lainnya di Jawa Barat khususnya bahkan di daerah lainnya di Indonesia.
Artinya adalah, bahwa sesungguhnya tidaklah terlarang bagi kita untuk mempunyai gagasan dan mimpi besar serta tidak dilarang pula untuk bisa mengutarakan hal tersebut kepada pihak terkait atau kepada khalayak umum selagi itu manusiawi, dan masuk akal. Jadi, janganlah kita takut untuk bermimpi yang tinggi jika mimpi itu sesungguhnya masih bisa diukur secara matematika, ekonomi dan akal sehat. Barangkali saja itu juga akan menjadi do’a yang terkabul. Aamiin.
Apalagi Indonesia sebagai pengguna kendaraan yang besar, sudah selayaknya mempunyai fasilitas balapan yang memadai. Secara talenta pembalap Indonesia juga sering melahirkan para juara ditingkat Asia dan itu artinya Indonesia juga bisa melahirkan pembalap dunia selayaknya Jepang yang sudah sering melahirkan pembalap ditingkat MotoGP.
Janganlah kita hanya menjadi bangsa penonton. Sudah seharusnya bangsa Indonesia juga bisa bergaul di balapan Internasional sebagai penyelenggara dan peserta balap MotoGP.



03/08/2018
Sudah terlalu lama Indonesia berencana menggelar motoGP tapi tak juga terealisasi. Akhirnya malah didahului oleh tetangga Indonesia negeri Thailand.

Ada beberapa wacana pembangunan sirkuit di Palembang, di Mandalika, di Lido dan bahkan di Sentul. Namun semuanya hanya menjadi angin lalu.

Ya itu memang tidak mudah karena memerlukan jumlah investasi yang sangat besar, mencapai ratusan milyar rupiah atau mungkin lebih.

Lima hari yang lalu, pembalap muda Indonesia bernomor 7, namanya sudah mulai familiar di ajang balap Asia, usianya baru SMP atau SMA. Hari minggu, 29 Juli 2018 itu kembali menjuarai seri kejuaraan balap Asia 250 cc Honda di sirkuit Sepang Malaysia. Itu adalah pertanda bahwa untuk urusan bakat membalap, Indonesia cukup potensial untuk bisa maju di tingkat dunia. Artinya kita berharap suatu hari nanti ada pembalap Indonesia berjaya di dunia motoGP yang juga salah satu serinya berada di sirkuit Indonesia.

Dan alangkah indahnya jika di Bandung Raya ini juga bisa dibangun sirkuit bertaraf Internasional sehingga kita bisa menonton motoGP disini. Aamiin. Sirkuit yang sudah terlalu lama kita dambakan itu, ini mirip seperti dulu kita mendambakan adanya stadion untuk Persib. Alhamdulillah nyatanya kita bisa membangun Stadion bertaraf Internasional, dan berarti kita juga sesungguhnya bisa membangun sirkuit berkelas dunia. Sebab secara biaya nya juga hampir sama.

Sampai dengan hari ini (02-01-2019), sdh 14 kalinya nyirkuit...

Posting Komentar

0 Komentar