Lembayung di Katulistiwa sambungan ke 1


Hari yang gemintang itu kini semakin cemerlang.
Apalagi jika matahari bersinar dengan sukacita seperti di pagi ini.

Perkampungan yang sepi, dengan hamparan sawah-sawah di depan mata adalah panorama yang terbaik untuk dijalani. Suara-suara domba, suara-suara ayam di kampung sebelah, dan suara-suara orang yang bercengkrama, ngobrol tentang kambing, tentang mancing maupun tentang apa saja...adalah suara-suara yang menemani pagi yang baru saja akan dimulai.
Suara motor, suara mobil, suara gemericik air juga adalah anugerah terhebat untuk hari yang sepi begini. Sekali-kali memecahkan kesendirian ku.
Hari akan dimulai, yang petani pergi ke sawah yang pegawai akan pergi ke tempat gawe nya dan yang guru akan pergi ke sekolahnya. Yang murid juga akan pergi untuk menuntut ilmu.
Sementara aku, masih di sini dalam senyap dan sunyi. Menunggu waktu yang tepat untuk pergi...

Sakit...
Sakit itu adalah sesuatu yang boleh terjadi kapan saja waktunya dan kepada siapa saja kejadian nya.
Seperti yang aku alami saat ini.

Kamu pikir kamu tidak akan pernah sakit...?, Kamu pikir akan selalu sehat saja sepanjang hidupmu...?!.
Boleh jadi, satu hari kamu juga akan 'karandapan' yang namanya sakit dan rasa sakit.

Kenapa sakit dan rasa sakit...?!.
Sakit boleh jadi tak ada rasa sakit, rasa sakit boleh jadi bukan karena sakit....kan...?!.


Disaat sakit seperti ini, tubuh kamu teramat tersiksa, tulang belakang terasa sakit, leher susah menoleh punggung terasa kaku, sakit dan sangat-sangat tidak nyaman.

Apalagi jika disaat yang sama, gigi kamu bengkak, sakit luar biasa. Makan gak enak, tidur gak nyaman. Tubuh lemah, angin juga berhembus seperti menambah penyiksaan. Perubahan cuaca yang berlangsung seperti ini, juga bisa membuat kita merasakan apa itu namanya demam, tenggorokan berdahak, sakit persendian pada badan ini. Lengkap sudah penderitaan di hari yang sakit ini.

Berdiri dan berjalanpun kamu gak bisa tegap seperti biasanya, miring-miring karena rasa sakit dari tulang belulang, terutama tulang leher, punggung dan juga tulang belikat. Snut-snut terasa menyiksa.

Nah, pada saat yang sakit seperti itu barulah kita menyadari bahwa sungguh kesehatan, masa sehat adalah berjuta anugerah yang tidak terkira besarnya. Berapapun kamu punya mobil, punya moge, punya helikopter, punya villa dan emas segunung, niscaya semua itu tak berarti apa-apa jika anda hanya bisa duduk, berbaring, jalan miring dan gak tahan diterpa angin. Kamu hanya fokus kepada kepala yang snut-senut, kamu hanya akan merasakan panasnya kepala, telinga dan juga gigi-gigi dan gusi-gusi. Apalagi jika kita tak punya apa-apa, berobat pun harus lihat dulu berapa jumlah uang yang ada di saku.

Kesehatan rupanya adalah sesuatu yang biasa kita dapatkan sehari-hari sehingga masa sakit rasanya itu tak mungkin kita alami.

Keyakinan seperti itu adalah salah besar, kepercayaan demikian itu adalah penipuan terbesar...

Sakit, kapan dan dimana pun bisa saja menimpa dirimu...diriku, dan diri kita semuanya.

Kalau kamu sakit, mana bisa kamu makan apa yg ada di meja makan. Buah-buahan terasa sulit untuk dikunyah, nasi juga serasa pahit dan apa-apa saja seakan hanya menjadi hiasan yang hanya bisa dipandang mata.

Maka selagi kita sehat, perbanyak lah kita bersujud kepadanya karena ketika sakit, kena air pun seperti satu derita tersendiri.

Maka ketika sehat, perbanyaklah berbuat baik. Karena ketika sakit kita tak bisa berbuat apa-apa.

Dan, ketika masa sakit demikian itu datang, semua kegiatan kita hampir terhenti kan dengan sendirinya. Pekerjaan terbengkalai, tugas-tugas tak tersentuh. Kamu hanya bisa bersembunyi dibalik selimut, berbaring diatas dipan-dipan dan meringkuk di kasur yg empuk.

Keindahan pagi hari tadi, seakan tiada berarti lagi di sore yang berangin  selatan seperti ini.

Sakit, bisa menimpa siapa saja. Bersyukur lah mana kala kita lebih sering dianugerahi kesehatan. Alhamdulillah.



Hari, hampir saja menjelang magrib. Lembayung ada di Katulistiwa.

Kehidupan keluarga kecil sedang menghadapi ujian dan cobaannya.

Alhamdulillah, istri dan anak kita sehat-sehat saja. Alhamdulillah, itu adalah anugerah yang tiada terkira. Jangan sampai semua sakit semuanya. Seperti ayah, seperti sakit yang sedang ayah alami. Sakit itu bukan kaleng-kaleng, sakit itu adalah satu kenyataan yang boleh terjadi kepada siapa saja.

Saatnya kita untuk mengingat begitu berlimpah karunia Allah SWT kepada kita selama ini. Anugerah kesehatan, kedamaian bangsa, ketentraman keluarga, ketertiban berkendara, kebersihan lingkungan, sinar mentari yang tidak pernah bosan terbit dari timur. Semua adalah hanya karena kasih dan sayangNya yang melimpah kepada kita.

Sebab dikala sakit, panas matahari membakar kulit kita, angin yang berhembus menusuk tulang kita. Suara-suara para tetangga pun seperti ledekan dan ujaran kebencian yang kita rasakan.

Ah...bukan maksud mengeluh....bukan...tapi ingin rasanya kita berbagi informasi bahwa sakit itu adalah bukan hal yang mustahil terjadi. Dan sehat ternyata adalah anugerah yang hampir tiada duanya setelah anugerah keimanan dan ketaqwaan/kebaikan, kejujuran, kesopanan, kelembutan, keramahan, persaudaraan dll.

Hari menjelang malam. Lembayung di Katulistiwa.



Memang benar, seharusnya manusia itu banyak-banyaklah bersyukur dan berterima kasih kepada Allah SWT. Betapa banyak nikmat dan karuniaNya kepada kita, pemberian, pencegahan, pembimbingan, pemeliharaan bahkan penolakan-penolakan...adalah semua demi kebaikan hidup dan kehidupan kita semata.
Allah SWT memang terlalu baik untuk di ceritakan. Kesehatan, Kecerdasan, Persaudaraan antar Manusia, Pertemanan, Persamaan bahkan perbedaan suku, ras dan agama semuanya adalah karunia hikmah yang Allah berikan diantara manusia. Sehingga, manusia bisa saling kenal mengenal, saling jaga, saling toleransi dll.

Begitu juga dengan diriku, pemberian Allah SWT itu sungguh tidak terkirakan jumlahnya. Betapa besar kasih sayangnya selama ini sungguh terkadang kita sering melupakannya. Dosa-dosa yang kita lakukan, pembangkangan yang kita lakukan adalah sungguh memalukan sekali. Dan sementara kebaikan Allah SWT tak pernah berhenti hingga saat ini.
Do’a kita, jadikanlah aku seorang yang selamanya bisa menegakkan sholat, dan jadikanlah sebagai hamba yang mau mensucikan diri, bartaubat dengan taubatan nasuha. Adalah do’a yang terkadang kita melupakannya. Do’a itu sungguh sangat berguna, do’a itu sungguh sangat berarti agar kita mendapat bimbingan dan pemeliharaan dariNya. Supaya kita menjadi orang yang sholeh, yang sholatnya bisa mencegah dirinya dari perbuatan perbuatan buruk, durhaka dan kemungkaran. Sehingga kita bisa menjadi manusia yang manusiawi, yang menolak segala perbuatan ingkar, nyinyir, ujaran kebencian, penipuan, fitnah, mengada-ada cerita dst.
Jika saja kita bisa menjadi manusia kamil yang demikian itu, sudah jelas segala kekacauan kehidupan manusia ini dapat dihindari. Bahwa ketaqwaan itu adalah mengerem manusia untuk berlaku durjana, berbuat merugikan, berbuat tidak senonoh, berbuat menyakitkan dst. Jadilah kehidupan kita menjadi harmonis, tentram dan saling memaafkan.

Hilang kebencian kita kepada manusia, yang muncul kemudian adalah kebijaksanaan. Yang kita benci adalah kemungkaran, pelanggaran hukum, pelanggaran kesepakatan dst. Dan kebencian kamu kepada manusia tidak mengakibatkan kamu berlaku dzalim kepada mereka. Tujuan baik harus dilakukan dengan niat dan cara-cara yang baik dan benar. Menghentikan pelanggaran tidak dengan cara perbuatan yang melanggar. Menghentikan kemungkaran tidak dengan kemungkaran lainnya.

Kebaikan di sebarkan dengan kebaikan, bukan dengan kemurkaan, kebringasan...dst. Orang baik harus berbuat baik. Tidak dikatakan baik jika kamu tidak berbuat baik. Ya kurang lebih seperti itu.

Rasa syukur itu mencegah kita untuk bisa menghentikan kerakusan. Rasa empati itu bisa menghentikan kita untuk tidak berlaku curang. Rasa-rasanya, kita memang harus selalu berusaha untuk melihat orang dari sisi kita. Melihat orang seperti diri kita. Kita mau memukul, apa mau kita juga dipukul..?!. Kita gak mau dipukul, maka orang lainpun juga sama tidak mau dipukul orang bukan..?!?.



Anak kita, semakin hari semakin bertambah juga usianya. Dia semakin besar, sebentar lagi masuk TK. Dua bulan lagi. Alangkah cepat waktu ini berputar....tidak berasa seakan baru kemarin dua hari kita menikah. Ternyata anak kita sudah beranjak lima tahun usianya...berarti kita menikah sudah 7 tahun lebih.

Anak kita sudah meminta adik. Mungkin iya, sebaiknya kita memang punya anak lagi. Semoga ilahi rabbi berkenan saja mengabulkan pinta kita. Aku percaya, Allah SWT akan segera mengabulkan do’a kita itu ya Bun...?1?.

“Bunda juga sudah pengen anak lagi pah, supaya si Ade punya temannya bermain, dan mamah juga jadi tambah senang...banyak anak mungkin akan lebih seru keluarga kita ya pah...?.”
“Iya mah...tentu saja”.....

Hari berangsut menuju malam....para tetangga sudah terasa sepi tak ada lagi hilir mudik kendaraan di depan rumah....penjual sate madura....penjual siomay, penjual mie tektek....apa saja biasanya lewat di depan rumah kita. Malam ini terasa sepi sekali.

Besok, semoga hari akan cerah seperti tadi. Tidak seperti malam ini, yang rupanya karunia air hujan telah membasahai Indonesia dan sekitarnya.

Lembayung di katulistiwa, memang indah ada di balik bukit, gunung, sungai dan persawahan yang menawarkan sejuta citarasa dari panorama Indonesia kita. Negeri hibah ilahiyah...negeri penuh kehebatan. Negeri sejuta kebaikan membuat seluruh dunia begitu takjub terhadap negeri ini.

Kami memang tak cuma satu suku bangsa, tapi kami merasa senang hidup bersama. Kami memang berbeda, tapi karena perbedaan yang ada itu kami menjadi bisa saling bijaksana....saling cinta, saling jaga, saling rangkul, saling bina, saling memberi. Itulah dunia yang kami bina, sehingga kebahagiaan adalah milik kami se bumi Nusantara.

Kamu punya satu negara satu suku bangsa...maka kami punya satu bangsa 1340 suku bangsa.
Kamu punya satu negara satu daratan...kami punya satu negara ada 17 ribu daratan plus lautan yang dalam, luas, kaya raya segala ada. Maka, tak ada satu pun yang boleh mengganggu persaudaraan kami....yang ada adalah rasa persaudaraan diantara kami akan semakin menguat. Cinta, senasib seperjuangan kami adalah warisan para leluhur kami.

Memang diantara kami mungkin pernah ada perselisihan, tapi sebagaimana antara adik dan kakak, sebagaimana antara piring dan sendok pun tak selamanya tanpa ada gesekan. Tapi kami percaya, kedewasaan dan otak kami lebih jernih dan lebih cerdas untuk tidak tenggelam dalam kebencian diantara kami.

Bagi kami, orang Papua adalah saudara terbaik kami, bagi kami, orang Aceh adalah saudara yang banyak pengorbanannya untuk negeri ini, bagi kami orang sulawesi adalah saudara yang baik sekali, bagi kami orang Bengkulu adalah saudara yang terlalu baik buat kami. Bagi kami, orang Jawa adalah saudara besar kami, bagi kami orang Sunda adalah saudara seperjuangan untuk negeri. Bagi kami, orang kalimantan, nusa tenggara, maluku, bali dan semuanya adalah keluarga besar bagi Republik Indonesia.

Jiwa kami, dipenuhi kebaikan para leluhur kami. Jiwa kami dipancari kebijakan dan kedewasaan para tokoh tetua kami. Betapa indahnya kehidupan kami dalam negeri yang bernama Indonesia ini.

Jong Java, Jong Bali, Jong Ambon, satu nusa satu bangsa. Satu bahasa, bahasa Indonesia....
Kami, putra-putri Indonesia, mengaku satu bangsa satu bahasa. Bangsa dan bahasa Indonesia. Negeri terindah yang kami miliki, negeri terbesar yang kami miliki. Hendak ke Aceh, hendak ke Papua, hendak ke Jawa, hendak ke Kalimantan....semua itu adalah tanah kami semua. Tempat hidup kami, itulah Indonesia.

Lembayung di bumi Katulistiwa itu indah dalam kehidupan kami.

Bersambung.....

Note :
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama dan jalan cerita, itu mungkin hanya kebetulan saja...

Posting Komentar

1 Komentar