Jelajahi Jawa Barat memang tak ada habisnya.
Kali ini, kami ingin kunjungi sebuah perkebunan teh yang ternyata ada di dunia nyata.
Kok bilangnya begitu...?
Iya, karena kirain disini itu tidak ada yang namanya kebon teh. Kirain disini itu hutan dengan pepohonan yang tinggi-tinggi.
Tiga belas tahun yang lalu, mungkin. Aku pernah jalan kearah sini, tapi perjalanku waktu itu tidak kulanjutkan sebab waktu itu kondisi jalan masih berupa bebatuan yang tak rapih. Sementara suasana di waktu itu juga terlihat sepi, sebagaimana layaknya suatu jalan yang menuju ke arah hutan.
Waktu itu aku tanya, ini jalan tembusnya kemana...?.
Ya, ini tembusnya ke Ciparay dan juga bisa ke Garut.
Gimana kondisi jalannya...?. Dan berapa jauh...?, tanyaku lagi.
Ini sangat jauh dan juga jalannya berbatu begini, jelek. Kata pak petani waktu itu.
Memang adek mau kemana..?. Tanyanya penuh selidik.
Hendak jalan saja, ingin ke Bandung tapi lewat jalan lain. Kataku menjelaskan.
Wah sebaiknya lewat Pangalengan saja, soalnya jelek seperti itu...dan ini sudah menuju sore. Dia memberiku saran.
Dan akupun urungkan untuk menembus jalur itu. Setelah ku selidiki, memang jalannya jelek sekali, sementara motor yang kupakai saat itu sepertinya tidak cocok untuk kesana. Takut ruksak motornya.
Ya sudah akupun pulang saja kembali via Pangalengan.
13 tahun kemudian.
Hari ini, Ahad 23 Agustus 2020. Kamipun memutuskan untuk pergi ke jalur ini.
Berangkat dari Baleendah sekira jam 9 pagi. Jalan yg kulalui adalah via Ciparay menuju ke arah Situ Cisanti. Kita akan melewati kecamatan Pacet sebelum sampai di Kertasari ini.
Pernah satu kali ke Cisanti ini dulu. Tahun 2017an mungkin. Jalannya inget-inget lupa sebagian.
Wow...ternyata ini jalur kesini memang cukup indah...kataku seakan orang baru pertama kali kesini.
Pemandangan yang selalu ingin kupandangi adalah gunung yang letaknya di arah kiri jalan, yang ada di sebrang lembah itu. Kalau kulihat gunung itu memang cukup tinggi dan juga gagah. Tak sepertiku yg tidak gagah.
Dan yang seingatku, kata penduduk setempat yg pernah saya tanya waktu itu. Itu adalah gunung dimana kartosuwiryo gembong DI TII tertangkap oleh prajurit Siliwangi beserta team pagar betis waktu itu.
Jadinya, karena ada sejarahnya. Sepanjang jalan itu, selalu saja aku tertarik untuk memperhatikan ke arah gunung itu.
Ya..lagipula gunung itu memang cukup indah.
Tak terasa setelah disuguhi pemandangan dari aneka perkebunan rakyat dll, sampai juga di Cibeureum.
Keindahan itu terulangi lagi olehku. Yang sudah bertahun sempat aku melupakannya. Hanya beberapa keindahan yg masih teringat. 50-60 persennya sudah tak ingat lagi.
Aku hanya penasaran jalan yang tembus ke arah Pangalengan itu.
Tahun 2017 pun, sempat punya niat hendak menyusuri jalur jalan dari situ Cisanti ke Pangalengan itu. Tapi sama, seperti 13 atau 15 tahun yang lalu, aku tanya ke penduduk. Hal ihwal jalan kesana. Katanya itu jauh sekali, lebih dekat kembali via Ciparay katanya.
Duh...dua kali niat jelajahi jalan itu, duakali tidak jadi. Pertama dari arah Pangalengan, dan kedua dari sisi satunya via Cisanti.
Maka kali ini, rencana itu tak boleh gagal lagi.
Sehingga, walau tergerak hati untuk mampir dulu di Cisanti...saya tak lakukan itu. Terus lanjut, tanpa berhenti sekalipun.
Ada terlihat kebon teh di balik kebun-kebun itu, dibalik pepohonan-pepohonan itu.
Lihat...disana ada kebon teh yang indah..kataku.
Iya...didepan juga banyak...!?
Ah masa..?!
Iya...
Hah rupanya akulah yang karena tak tahu hal ihwal disini. Sungguh baru pertama soalnya.
Kertasarie, begitulah tertulis nama sebuah pabrik pengolahan teh disini.
Sungguh aku terkejut melihat bahwa banyak juga orang yang berkunjung kesini. Ke daerah yang kukira dulu...itu adalah hutan saja.
Kalau orang baru kesini..pasti akan mengira bahwa disini itu adalah hutan belantara..baik jika datang dari arah Pangalengan, maupun dari arah Cibeureum Cisanti. Sebab hal yang terlihat dari keduanya adalah rimbunya pepohonan atau hutan.
Maka adalah terkejut bukan main setelah aku tahu, dan aku saksikan dengan mataku....oh betapa indahnya tempat ini.
Kertasari, perkebunan teh Kertasari.
Sungguh, bagiku ini adalah salah satu surga yang membuatku menjadi serasa bodoh...lagi.
Memangnya kamu merasa pintar gitu...?!
Ya...aku mengira aku gak akan dibuat kaget melihat pemandangan disini...yang indah seperti itu.
Itu adalah seperti seseorang yang plunga plongo...melihat sesuatu yang tak dipercayainya sebelumnya. Seperti orang udik, yang baru sekali lihat kota Jakarta yg penuh dengan gedung pencakar langit.
Sesuatu yang sebenarnya ini tak jauh dari Cisanti, tapi kamu tak mengetahuinya sama sekali. Itu dungu...
Terlihat bodoh aku saat ini...bodoh sekali.
Ingin hati sih untuk berlama-lama menikmati pemandangan disini. Seperti orang-orang, makan-makan, menggelar tikar...bersama teman, bersama keluarga...photo sana photo sini.
Sungguh indah, sejuk nan permai. Dengan latar pegunungan disana...yang membuat kesan keagungan Ciptaan Tuhan. Lebih indah dari pelangi...pastilah bakal betah lama aku disana.
Tapi aku tak berhenti...walau dalam hati terdalam rasanya ingin berhenti. Tapi aku jalan terus, walaupun perut juga sudah semakin terasa lapar sekarang. Karena hari ini, sejak pagi ini aku belum ketemu makan apa-apa...ini sudah jam 11 siang.
Betapa laparnya perutku. Dan tadi aku lihat ada penjual pempek Palembang dipinggir jalan di kebon teh yang indah itu.....aku tak berhenti jua. Menahan terus laparku. Karena berbagai pertimbangan...pilih-pilih menu dan juga sudah tanggung...kalo balik lagi terlihat plin plan nantinya. Saya gak mau dibilang plin plan. Biarlah, laparmah masih bisa kutahan.
Semakin maju....
Kebon teh terlihat semakin gersang disini, tak seperti di sana tadi yg teduh dan nyaman rasanya. Pantas tadi banyak sekali orang yang ada disana....rupanya itu memang tempat paling indah di Kertasari ini. Mungkin....
Nah...ini..lumayan indah...jangan sampai menyesal kedua kali. Kali ini aku harus berhenti dulu. Potret dulu pemandangannya.
Teh terlihat hijau kekuning-kuningan akibat terkena sinar matahari yang panas di hari ini. Tapi karena pemandangan di titik ini cukup indah..rasa panas itu tak begitu terasa seperti barusan tadi, di perjalanan yg dipenuhi jalan yang berdebu.
Demikiankah kisah perjalananku hari ini. Kamipun pulang menuju Pangalengan...yang semakin gersang akibat puluhan pohon yg dulu rindang di sepanjang jalan Cibolang...kini habis dibabat orang. Hanya tertinggal sebagiannya saja.
Seperti sebuah syair lagu....
.....hareudang hareudang hareudaaang...
.....panas, panas, panaaas...
Selalu selalu selalu...
.....panas dan hareudaaaang.....
Dan, yang tertinggal hanya kenangan.
Pesona Cibolang...ternoda sudah.
Sedih.
Note..:
Pulangnya kami melipir dulu, mampir ke perkebunan teh Cukul, untuk menghirup kesegaran udara disana. Dan juga pingin beli bandros lagi di sebuah mesjid yang ada disana. Semoga si mang nya juga pas jualan lagi di sana.
Sekalian sholat dulu...kami memang suka ngabolang bro...!!, boleh kan..?!
Ya... itu cukup mengobati luka tadi. Luka karena cibolang tak seteduh dulu lagi.
Sedih...sungguh sedih. Dan farahnya belum ada tanda penanaman kembali.
Semoga itu di tanami pepohonan lagi, dan dipelihara dengan baik jangan sampai keropos sehingga tumbang dst.
#rindu jabar juara
0 Komentar