Switzerlan van Java

 

Switzerlan van Java

Tak cuma basa-basi, bukan sekedar cerita bualan. Ini mungkin yang dikata orang sebagai Swiss Van Java itu. 

Dulu aku tak terlalu yakin dengan "landihan" kebenaran ungkapan tersebut. Sekaranglah aku baru menyadari bahwa ucapan orang barat itu ternyata bukan sekedar lips service, bukan pemanis bibir semata, bukan pula kaleng-kaleng.

Ya, Swiss Van Java itulah yang aku kira tepat disematkan untuk tempat ini.

Sebenarnya sudah sejak lama sekali aku ingin berkunjung ke Papandayan itu. 

Tapi selalu saja keinginan tersebut tak kesampaian. Syukurlah bahwa  kali ini akhirnya jadi juga aku menginjakkan kaki di sini. Di Papandayan.

Udaranya terasa dingin sekali, dan suasananya juga gelap.

Pagi jam 8 lebih kami berangkat dari kota Bandung. Menyusuri jalan Soekarno-Hatta dan tembus via Rc. Ekek.

Perjalanan berlangsung santai saja. Sampai dengan lewat Cicalengka bypass langsung ke Nagrog-Nagreg dan turun kesana lalu belok kanan menuju Garut.

Perjalanan ke Garut, terasa sepi kali ini. Mungkin suasana Covid-19 masih terasa, 28 Juli 2020. Kami cerita sepanjang perjalanan. Katanya, dulu aku terjatuh di turunan Nagreg ini. Waktu itu pulang dari Pangandaran katanya. Disini, pas dibelokan ini. Tak jauh dari Masjid yang akhir-akhir ini jadi sepi semenjak jalan lingkar Nagreg beroperasi.

Kataku, disini itu ada teman kerja aku….yang kemarin dulu kita ketemu di GI itu. Dia teman kerjaku atau tepatnya bekerjasama denganku. Tapi memang kami sudah kenal sejak lama. Dulu aku yang beri dia proyekan kecil, dan sekarang aku yang dia beri proyekan juga. Ya lumayan untuk cari uang dan jam terbang, supaya burung itu bisa terbang jauh, terbanglah ia di jarak yang dekat dahulu. Kalau sudah mahir terbang, semoga kita nanti bisa dapat proyek lain yang lebih besar, lebih menguntungkan juga. Aamiin.

Sudah sampai di Garut, kita belok kanan di bunderan Tarogong, ikuti saja jalannya jangan belok disimpang apapun. Nah ketika masuk ke bunderan simpang lima, barulah ambil yang arah lurus ke jl. Cimanuk,…menuju pusat kota. Sekitar 2 km kita akan bertemu lagi dengan simpang empat kalau ke kanan itu jalan Pembangunan arah putar balik ke simpang lima, ke kiri itu arah yang lanjut ke Singaparna Tasikmalaya.

Sebenarnya dari Tarogong (bukan Tenggarong) tadi kita juga bisa belok kanan kearah Samarang, Cuma kan takutnya, kalau salah-salah kompas bisa-bisa tembusnya nanti ke Demak atau Jepara, itu terlalu jauh melencengnya. Jalan ke Samarang (bukan Semarang) atau Jl. Raya Garut Cikajang ini akhirnya sama saja, keduanya akan bertemu di pertigaan kota Bayongbong. 

Nah dari Bayongbong tersebut tak akan terlalu jauh lagi rasanya kita akan sampai juga disini, di Gunung Papandayan ini. 

Nanti pas di kota Cisurupan yang antara Bayongbong-Cikajang, kita belok ke jalan yang akan menuju ke sini. Atau tepatnya di persimpangan kota Cisurupan kita lurus saja, jangan ambil jalan utama yang belok ke kiri menuju ke kecamatan Cikajang sana.

Hari ini adalah hari Jum’at sehingga tadi di sebuah desa terakhir yang menuju ke sini kami berhenti dulu untuk melaksanakan sholat jum'at. 

....."aku terlambat, khatib sudah ceramah. Langsung saja aku ke air, buang air dan kemudian bersuci. Sudah itu akupun masuk ke Mesjidnya….oh tidak diteras masjid saja, karena di dalam sudah penuh". 

Aku sebenarnya sedikit malu juga karena anak-anak dan orang-orang pun sudah lebih dulu duduk disana. Akulah yang terlambat. Sholat saja dulu 2 rakaat, sholat sunat...ehmm...tahiyat mesjid.

Tak lama berselang, baru ngeuh, rupanya tadi itu bukan khutbah tapi pemanasan saja barangkali…semacam khutbah sebelum adzan, karena rupanya adzan barulah saja dimulai dan terdengar dari berbagai mesjid di sekitar sana.

Ya sudah kita akan mulai jum’atannya. Adzan sudah, imam khatib sudah naik mimbar…baca salam dan kemudian adzan yang kedua.

Imampun berkhutbah….membaca hamdalah, sholawat dan ajakan untuk bertaqwa….panjang sekali pembukaan imam ini…kok semua berbahasa arab….

Rupanya di sini, di masjid ini, khatib sama sekali tak berceramah dengan bahasa kita. Tapi semua menggunakan bahasa arab..teks arab.

Ooh,,,,I see…rupa-rupanya, khutbah yang tadi itu sebagai ganti ceramah mungkin. Karena khutbah utamanya akan menggunakan bahasa arab..makmum tak mengerti apa yang dibicarakan…la wong bahasa asing semua.

Ya sudah, imam demikian itu memang kerap kita temui di daerah-daerah. Dulu juga pernah ada di kampoeng saya, ya…waktu itu khatibnya kalau saya tidak keliru, memang berasal dari Cisurupan ini.

Bukan, bukan hanya di Cirurupan sebenarnya, karena di Babakan Ciwaringin Cirebon pun sama juga, khutbahnya total berbahasa Arab.

Singkat cerita, kamipun lanjut saja menaiki jalan yang menanjak terus menuju kawah Papandayan ini. Yang kemudian, kami bisa ceritakan perjalanan itu sekarang. Perut sudah kami isi tadi, di sekitaran sebelum Bayongbong, semacam mie ayam dan ceker gitu. 

Pemandangan di Papandayan ini, gelap saudara, karena kabut menyelimuti semua tempat disini….maka, kamipun berhenti saja dulu di sebuah kedai untuk kopi atau mie atau makanan ringan lainnya…kwaci. Karena suhu yang dingin tentu membuat perut kami terasa kosong lagi.

Kata sipemilik warung, cuaca disini memang begini, sering berkabut…sehingga gelap suasananya…dan yang paling terasa adalah suhunya yang adem, cenderung dingin. Ini lebih dingin dari Lembang tentu, ini lebih dingin dari Ciwidey tentu. Tapi sebenarnya mungkin tak terlalu berbedalah, hanya saja karena disini lebih jauh dari pemukiman dan juga lebih alami sekelilingnya sehingga disini terasa lebih sejuk.

Pegal juga terlalu lama duduk di bangku….aku sudah tak sabar untuk beranjak dan melihat ke tempat yang lebih lapang.

Seiring dengan itu, tak terasa kabut mulai lenyap, sebagian demi sebagian menyibakkan tirai dari bukit-bukit disekelilingnya. Mula-mula terlihat luasnya tempat parkiran ini…dan pas aku balik kanan, melihat ke belakang…Gunung yang tadi terselimuti itu tersibak sudah…nampak pemandangannya dengan latar tebing-tebing nya yang mengitari tempat aku berdiri ini, yang semua itu membuat aku terpana beberapa saat,

….speachless….tak bisa berkata-kata….

................................................???!!!!$####$$

Wow…..kereeen…!

Luar biasa pemandangan yang tadi tak nampak itu, lalu tiba-tiba tersibak seperti kita masuk ke gedung bioskop dan layar cinema mulai dibuka tirainya, secara perlahan.....maka kemudian terpampanglah pemandangan semua disekitar ini....terlihat dengan tanpa cacat.

Ooooh….inilah yang orang bilang SWISS VAN JAVA itu,….ini rupanya yang membuat Charlie Chaplin dan adiknya Sydney Chaplin begitu terkesima dengan alam Garut,….dan mengatakan Garut it’s an Switzerlan van Java...

Ya…itu tak berlebihan rupanya. Tadinya penulis mengira, mungkin Garut Swiss Van Java itu adalah dulu, semasa ketika Garut masih sepi….yang pemandangan alamnya indah seperti berada di negeri Swiss.

Tapi rupanya, itu tak sepenuhnya benar, walau saya yakin tak sepenuhnya salah. Dulu kita yakini pemandangan di Garut ini pastilah elok sekali…sawah terhampar luas, alam hijau royo-royo…bukit yang melingkupi daratan Garut tentu membuat suasana kala itu terasa seperti benar-benar berada di Negeri Swiss sana, dipegunungan Alpen. Tapi itu dulu. 

Rupanya secuil Swiss van Java itu masih tersisa disini….di PAPANDAYAN ini.

Sumpah saya tidak bohong, pemandangan di Papandayan ini sungguh sangat elok. Aku terpana dibuatnya utnuk beberapa lamanya..kupotret saja setiap sisinya…kiri, kanan dan didepan kita semua terhampar pemandangan yang luar biasa mempesonanya. Indah luar biasa. Ini baru pertama aku melihat pemandangan seindah ini, seperti indahnya pemandangan di tebing-tebing Danau Toba, atau di tempat-tempat yang special lainnya. sungguh berkelas.

Yang paling membuat saya terpana tentu saja karena caranya, cara alam menyibakan pemandangannya itu tadi…yang seperti sebuah sulap yang sim salabim abra kadabra...yang menampakkan dirinya secara tiba-tiba. 

Tadinya ketika kami tiba disini, di pelataran ini…semua tampak hitam saja, tak nampak apapun jua….lalu  kemudian setelahnya dengan tak disangka, aku disuguhkan oleh teater alam, sebuah pemandangan yang seindah ini…dengan sinar matahari yang malu-malu, mempercantik siluet dibalik puncak-puncak, memantulkan cahaya kuning keemasan dari bukit bebatuan yang terlihat kokoh disebelah kiri sana….mengkilap, bersinar cerah dan juga karena awan yang menghiasi langit semakin mempertebal kesan eksotisnya Papandayaan saat ini.

Itu seperti sebuah kejutan besar, yang seperti sering kita lihat dalam acara bedah rumah. Orang di bawa pergi jauh ke hotel-hotel, atau tmpat-tempat rekreasi,…dihidangkan dengan makanan-makanan yang serba baru, serba enak, dan kemudian ketika rumah itu sudah selesai dibuatnya, dan sudah siap segalanya…orang empunya rumah itu dibawa nya pulang kembali hendak kerumahnya itu…..dan ketika semua tabir yang menutupi itu dibuka…rumah yang dahoeloe nampak kusam, lusuh, seperti semua hitam kelam tak berupa apa-apa……tiba-tiba denegan sekejap berubah menjadi sebuah rumah yang berwarna-warni, yang kerlap-kerlip,…dari setiap lekuk sudutnya yang terlihat semua imaginatif pada awalnya, semuanya nampak bagus-bagus, semuanya mengkilap, bersih….dan tak bisa berkata apa-apa....melongo dan mungkin tersujud syukur.

 

Yaahh…seperti itulah yang aku rasakan saat ini. Seperti tirai raksasa tadi yang semua menyelimuti tempat di sini, kemudian sekarang tersingkap semuanya…dan keindahan itupun nampak ada didepan mata kita…engkau bagaikan sedang berada di dalam suatu gedung pertunjukan….dengan tarian eklusif, dengan diiringi gamelan dan atau suara-suara yang memukau....atau engkau sedang berada di pementasan seni yang berkilauan cahaya lampunya....

..........................................

................................................................

Itu adalah suatu kejutan, 

surprise….ya…surprise

Demikian saja kisah kita kali ini….karena kami hendak jalan-jalan dulu kepuncak sana…hendak melihat keindahan apa lagi yang belum tersingkap di balik puncaknya….dari kepulan asap kawah yang putih....

Perlu kami ingatkan....bahwa,

untuk mendapatkan pengalaman serupa ini,…mungkin butuh keberuntungan tingkat dewa saja supaya kalian bisa alami apa yang kami alami saat ini. Saya yakin, tak semua pengunjung akan mengalami pengalaman luar biasa seperti yang baru saja aku peroleh.

Kalian sudah beruntung bisa membaca kisah perjalanan kami sekarang. Dan berharaplah, siapa tau kalian akan mendapat moment sebagaimana kami mendapatkannya hari ini.

Tapi itu sulit, selain kalian harus baru pertama kali kesini, dan juga belum sekalipun melihatnya di photo, maka pengalaman serupa bisa kalian dapatkan...........suatu pertunjukan alam yang mempesona......dan hanya yang beruntung yang bisa mendapatkannya................seperti keberuntungan yang aku dapatkan saat ini tadi.

What ever….saya merasa berbahagia tentu sudah berbagi kisah ini untuk kalian nikmati juga.

Salam wonderful Indonesia....

Salam Jelajah…!

 

Note :

Kisah itu bisa jadi terulang, seperti kata orang….”Sering kali sejarah adalah kisah yang berulang-ulang". 

Mungkin tepat untuk menggambarkan kisah kita kali ini..

 

Switzerlan van Java. i will be back...someday...!!

 

 

 

Posting Komentar

1 Komentar