Kita menyebutnya "The Lake Toba from Sumedang". Ada juga sebagian orang bilang sebagai "Miniatur of Ciletuh".
Ya, kalau kita lihat pemandangan Jatigede ini, memang terlihat seperti perjalanan kita dari Loji Sukabumi menuju Geopark Ciletuh, pemandangan pantai disana hampir mirip dengan disini. Disini mirip dengan disana. Bedanya kalau disana itu adalah lautan sementara disini adalah sebuah waduk atau bendungan.
Jangan skeptis dulu apalagi apatis. Memang tidak semua pemandangan Jatigede itu sama seperti yang kita sebut diatas tadi. Jika dari sisi barat atau selatan waduk, saya kira pemandangan Jatigede ini biasa-biasa saja. Indah tapi indah yang biasa-biasa saja.
Namun lain ladang lain ilalang, lain tempat lain pula adat.
Begitupun dengan pemandangan waduk Jatigede ini, percayalah jika kita melihatnya dari sisi yang lain maka ada kemungkinan kita akan mendapatkan view yang berbeda pula.
Seperti duit, side A dan side B tentu tak sama. Gunungpun akan terlihat beda jika dilihat dari arah yang berbeda.
The Litle of Geopark Ciletuh
Ya, Jatigede rupanya bisa kita bilang sebagai Ciletuh kecil. Atau bisa juga kita bilang sebagai Danau Tobanya Jawa Barat.
Tidak terlalu berlebihan memang. Karena pemandangan yang kita lihat dari sisi timur Jatigede ini sungguh memukau.
Permata ini ditemukan.
Semenjak dibukanya jalur jalan Lintas Timur Jatigede, banyak para pengunjung datang ke mari. Ada dari Cirebon, dari Majalengka, dari Indramayu, dari Garut, dari Sumedang sendiri dan juga dari tempat-tempat lainnya.
Bagi yang sebelumnya pernah berkunjung ke Jatigede, mungkin percaya tak percaya, sebab mereka sudah pernah berkunjung.
Namun, jangan terlalu cepat ambil kesimpulan. Seperti orang buta yang mendefinisikan seekor gajah, yang satu menyebut gajah itu mirip ular karena yang dia raba adalah belalainya. Sebagian lagi menyebutnya mirip pohon kelapa karena yang dipegangnya adalah bagian kakinya.
Begitulah kita melihat pemandangan Jatigede ini. Jika yang dulu kita kunjungi itu sisi A, tentu tak akan sama jika kita mengunjungi sisi, B, sisi C dan sisi D atau E.
Pemandangan dari sisi timur Jatigede ini benar-benar berbeda dari sisi-sisi lainnya yang selama ini sudah kita kunjungi.
Maklum karena sisi timur Jatigede ini baru bisa diakses setelah rute jalan Lintas Timur selesai dikerjakan. Karena, dulunya, sisi timur Jatigede ini terisolir, jalan akses ke sana terputus, tergenang oleh bendungan.
Selepas tuntasnya pembangunan jalur baru inilah, kemudian kita baru bisa melihat sisi timur Jatigede ini. Lengkap dengan view nya yang eksotis, pemandangannya yang memukau.
Seperti orang-orang yang menemukan butiran permata diantara pepasir atau pasir-pasir. (Sebuah ungkapan kata yang multimakna, setiap orang membayangkan arti yang tak selalu sama persis, sesuai pengalaman masing-masing).
Seperti kami buktikan sendiri di hari ini, 30 Juli 2020. Lebaran haji yang ke-2.
Kami berangkat menggunakan mobil bak terbuka. Pelan saja karena mobil bak tentu bukanlah untuk angkutan manusia. Ini adalah angkutan barang. Tetapi, mungkin itu jangan ditiru, kecuali ini memang sudah biasa bagi kami orang desa. Menggunakan mobil bak untuk angkut manusia.
Alesanya selain bisa menampung lebih banyak orang, juga karena kalau di kampung kita tidak menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi. Hanya 10, 20, 30 km per jam saja. Jadi masih cukup aman. Memang kalau mengendarainya dengan ugal-ugalan kita tidak menyarankannya. Ini bawa orang, bawa nyawa, bukan bawa kayu, bukan bawa batu.
Sangat asyik, berkendara bareng keluarga itu. Apalagi dengan kendaraan mobil bak seperti ini. Lebih akrab kita selama diperjalanan. Karena kita bisa pasang tenda terpal atau sekedar kain sarung diatasnya, diikat tali seadanya, kemudian kita duduk, rebahan, tiduran dan bahkan bisa berdiri. Jadinya seperti kita sedang bercengkrama di teras atau di tengah rumah saja. Seakrab itu.
View yang dapat kita lihat di Jalur Timur Jatigede ini ada banyak variasinya. Ada banyak lokasi yang bisa kita singgahi. Ada panenjoan, ada bukit permata, ada pantai, ada bukit, ada banyak sekali pemandangan luar biasa disini.
Anda tak akan tahu sampai anda sendiri yang mengunjungi sendiri pantai timur Jatigede ini.
Ada beberapa lokasi yang cukup sulit di jangkau kendaraan, jalannya sempit, menanjak curam dll. Jadi, sebelum kita terlanjur menyusurinya, pastikan dulu segala sesuatunya secara seksama.
Tapi secara umum, terutama untuk jalur utama lintas timur ini, kondisi dan kontur jalan sangat aman dan juga juga cukup nyaman. Yang cukup bahaya itu hanyalah beberapa jalur jalan yang bukan jalur utama lintas timur. Seperti jalan yang dari panenjoan menuju ke bawah, ke sisi "pantai", jalannya kecil, menurun, dan di bawah sana setidaknya ada dua tanjakan yang cukup krusial, cukup berbahaya. Cukup membuat degdegan juga kami meliwatinya. Itu katanya disebut daerah "Semah" atau apa..lupa saya. (red. Desa Jemah)
Pantainya berupa semenanjung begitu, sebuah dataran rendah yang menjorok ke tengah danau, sisi kiri dan kanannya tergenang oleh waduk Jatigede ini. Cukup indah untuk sekedar makan-makan disana...atau mancing, atau untuk menikmati pemandangan yang ada.
Demikian, perjalanan kita kali ini.
Kami sekeluarga mengucapkan, selamat idul adha 1441 H.
Mohon maaf lahir dan batin.
Wassalam.
Cerita tentang Ciletuh bisa baca di link sbb : https://ypamroe.blogspot.com/2018/12/jalan-jalan-ke-bumiyang-dianggap-hilang.html
0 Komentar