Beda antara Ta'at dengan Menjilat (BTM)

Lesson No. 504 (rekontruksi)

Ta'at Pemimpin kok dituding menjilat. Membangkang pemimpin kok dianggap hebat. Menolak ta'at kok disebut berjihat.

Berbuat baik memang terasa berat. Ta'at kepada pemerintah juga sesungguhnya berat bagi pihak-pihak tertentu, apalagi bagi pihak yang bersebrangan politik. Itu, adalah seakan gengsi yang terpendam.

Ta'at hormat pemimpin itu bukan berarti menjilat. Itu (taat pemimpin) adalah perintah Allah swt. Ajaran agama, perintah Nabi saw.

Ta'at pemerintahan tak selalu dipandang sebagai perbuatan menjilat. Ta'at kok menjilat..?.
Menjilat ya menjilat. Ta'at ya ta'at. Dua hal yang beda bentuk, arti, makna, cakupan serta niatnya. Jadi ketika kita ta'at pemerintahan bukanlah berarti kita sedang menjilat-jilat kepada pemerintah. Ta'at adalah hak pemimpin dari yang dipimpinya. Ta'at adalah kewajiban rakyat terhadap pemerintahannya yang berlaku. Betapapun itu tidak manis, betapapun itu rada pait. Ta'at tak sama dengan menjilat.

Taat Pemimpin Bukan Berarti Menjilat.
Sebaliknya, gerakan makar yang nyata maupun yang terselubung, atau perbuatan pembangkangan terhadap pemerintahan, apalagi dibarengi dengan caci maki dan penyebaran berita bohong, fitnah dan bullian adalah bukan ajaran Tuhan. Bukan pula suatu ajaran dari manusia yang baik dan yang benar.

Mencaci itu, fitnah itu, sama sekali bukan suatu perbuatan kebaikan dan juga bukan ajaran agama manapun. Apalagi hal cacian makian itu dilakukannya kepada pemimpinnya, dosanya bisa menjadi berlapis-lapis...:
1. Selain dosa dari perbuatan caci maki itu sendiri,
2. Juga dosa karena akan berbuntut panjang (mengganggu ketertiban umum, kericuhan, perang dll),
3. Dosa menolak perintah ta'at kepada pemimpin, dan
4. Dosa buruknya akhlak kepada atasan dst.
itu semua adalah ajaran dari orang-orang gila yang tak bisa mengontrol dirinya, dan itu juga tentu tiada lain selain merupakan ajaran setan dan iblis.

Dikisahkan ada seseorang yang akan beramar ma'ruf dan nahyi munkar, lalu dia meminta pendapat kepada seorang ulama agar diizinkan dengan cara yang keras karena pelakunya itu sudah dianggap keterlaluan, namun sang ulama menjawab bahwa kamu tidak lebih baik dari Nabi Musa as dan orang yang akan kamu nasihati tidak lebih jahat dari Fir'aun, tapi Allah di dalam Al-Qur’an tetap memerintahkan Nabi Musa as dan Nabi Harun as) untuk berbicara dengan lemah lembut kepada Fir'aun:

اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ، فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ

"Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut. (QS. Thaha 43-44)


Perbuatan membangkang kepada pemimpin itu akan menimbulkan banyak sekali keburukan...:

1. Dosa karena tidak taat perintah Tuhan agar kita taat kepada pemimpin.

2. Menimbulkan pro kontra berkepanjangan antar anggota masyarakat. Rakyat jadi saling tuding. Hilang/ruksak persaudaraan ditengah masyarakat.

3. Hilang kedamaian berbangsa dan bernegara, sehingga menyedot energi semua pihak untuk hal yang tidak produktif sama sekali, juga tidak konstruktif.


Akibat dari tidak mau taat pemimpin maka tujuan pembangunan bangsa juga menjadi sangat terganggu. Keadaan ekonomi, sospol, hankam tidak kondusif. Pada ujungnya akan merugikan bangsa dan rakyat secara keseluruhan.

Tiada guna kita saling bertentangan akibat menolak satu perintah Tuhan dalam hal kewajiban untuk taat kepada siapapun pemimpinnya, betapapun pemimpinnya itu dzalim, karena mudharat dari pertentangan kepada pemimpin akan lebih besar daripada kedzaliman pemimpin itu sendiri (jikapun pemimpinnya dianggap dzolim, apalagi kalau itupun hanya hoax), maka jenis dosanya bertambah lagi.

Contohnya Suriah. Berawal dari hoax yang sengaja dihembuskan kelompok tertentu, berlanjut dengan demo yang terus menerus, hilang kendali diantara mereka, sehingga tidak tahu lagi mana perkara benar dan mana perkara yang tidak benar, karena kepala mereka sudah dipenuhi bisikan-bisikan buruk, (yang ada di kepala mereka hanya ada keburukan pemimpinnya hasil dari hoax dll), yang ujung-ujungnya adalah mengakibatkan peperangan diantara sesama rakyat dan akhirnya negarapun jadi porak poranda.

Tak ada hal baik yang didapatkan oleh akibat PEMBANGKANGAN TERHADAP PERINTAH TUHAN tersebut. Ulama-ulama yang meminta rakyat untuk menahan diri, dituduhnya sebagai ulama su', ulama penjilat, dst. Di bully dan bahkan di bom.

Sebaliknya ulama-ulama palsu yang menyeru penentangan di jadikan sosok yang ditaati, dielu-elukan sebagai mujahid pembela rakyat dst. Akibatnya adalah tau sendiri. Mereka (bangsa Suriah) hancur berkeping-keping semuanya, tak bersisa. Kota-kota hangus, rakyat terusir keluar negeri dst.

Maka...wahai manusia,

Janganlah kalian sok pintar, banyak cari alasan, menolak ta'at kepada pemimpin atau pemerintahan yang berlaku, berdalil (memutar balik kata-kata) untuk menolak dalil.

Taatilah perintah Tuhan untuk taat pemimpinmu betapapun pemimpinmu itu mencambuk punggungmu..itu sabda Nabi saw. cermin betapa seriusnya kewajiban kita untuk taat kepada pemimpin yang ada.

Kamu Bukan Nabi Musa AS, Dan Pemimpin Kamu juga Bukan Fir'aun

Jangan pula disamakan dengan kisah Nabi Musa as terhadap raja fir'aun. Sebab kalian bukanlah Nabi yang mendapat wahyu perintah langsung dari Tuhan, dan pemimpinmu itu juga bukanlah seorang fir'aun yang nyata-nyata membunuhi semua bayi laki-laki dari bangsa Yahudi, bukan pula fir'aun yang dirinya itu mengaku sebagai Tuhan yang harus di sembah rakyatnya.

Arti Menjilat dan Arti Ta'at

Menjilat adalah perilaku manusia yang rela hingga bisa merendahkan dirinya demi untuk meraih apa yang diinginkan dari pihak yang dimaksud. Sementara Ta'at adalah perilaku manusia untuk mengikuti arahan atau aturan para pemimpin dalam menjalankan tugas dan wewenangnya sebagai hubungan hirarkie antara pemerintahan dengan rakyatnya.

Terlepas apakah pemimpin itu mahir atau tidak mahir, terlepas apakah rakyat itu benar atau salah. Maka hubungan antara kepemimpinan dan kerakyatan tetap berlaku. Ada pemimpin yang dipilih/terpilih dan ada rakyat yang menjadi pihak yang dipimpin. Harus ada pemimpin, harus ada rakyat yang dipimpin. Itulah pemerintahan dan kerakyatan.


Kesimpulan :

#siapa saja yang cari alasan untuk tidak taat kepada pemimpin, dia adalah bukan orang beriman karena dalam waktu yang sama mereka sama saja dengan menolak ajaran perintah Tuhan sendiri dalam kewajiban untuk taat kepada pemimpin yang berlaku.


#salam juara
#belajar ta'at


#ypidea 2020

Posting Komentar

0 Komentar