Cimaung

Ceritanya kita Mau ke Pangalengan tapi gak jadi karena sudah merasa cukup makan di Cimaung. (Atau lebih tepanya adalah sekitar Cikalong, dari Cimaung keatas lagi...red).

Begini kisahnya. 

Makanannya mahalbanget. Memang iya enak. Rasa emang gak bohong. Ayam kampung yang dibakar, plus peda merah yang digoreng, setumpuk lalaban yang segar, sepiring jengkol goreng, jus dll. Wah luar biasa nikmat sekali. 

Suasana warungnya yang lesehan dari bambu seperti itu, dengan tiap sekat yang berukuran 2 meter persegi. Memang terasa nyaman. Tenang karena suasananya juga sedang sepi, tak ada pembeli yang lain. Selain itu udara sekitarnya pun cukup segar khas pegunungan...pemandangan dari jendela dibawah adalah kebun dan disananya adalah ladang sehingga menentramkan penglihatan dan jiwa kita.

Satu hal yang membuat sempurna adalah seteko air teh hangat yang coklat muda dan yang harum. Jelas merupakan suguhan yang teristimewa di hari itu.

Tadinya kita berniat hendak jalan-jalan ke Pangalengan. Tapi siang itu memang sudah waktunya untuk makan. Kami terlalu siang berangkatnya, sehingga keburu lapar di tengah perjalanan. 

Maka. Kita mencari tempat makan yang paling cocok. Cirinya, tidak ramai, dan tapi juga harus cukup nyaman. Baik supaya kita lebih khusyu' makan dan berbincang.

Banyak hal yang jadi bahan obrolan kita. Tentang hal remeh temeh maupun tentang hal ramah tamah. Sejam, sejam lebih kita ada disana. Terlalu nyaman untuk pergi. Apalagi karena makanan yang nikmat itu membuat kita malas bergerak. Enaknya ngobrol saja disana, dan perut juga tidak kelaparan. Mau apalagi...?

Tentu ada serangan kantuk juga, semakin menambah daya gravitasi.

Terasa semakin berat tubuh ini, serasa begitu berat beban kepala kita dan juga kelopak mata kita. Terasa bagai bergetah karet, lengket. Berat untuk bisa melek. Berat untuk melanjutkan perjalanan kita ke Pangalengan sana.

Salah sih...harusnya makan itu adalah nanti kalau kita sudah sampai di tujuan. Atau minimal hampir sampai kesana. Ini sih masih setengahnya dari perjalanan yang kita rencanakan...sudah terlanjur diserang kantuk dan malas. Apalagi nampaknya hari terlihat redup. Mungkin tak lama lagi akan turun hujan dari arah Pangalengan

Tentu lengkap semua udzur yang menjadi alasan untuk kita memilih kembali pulang saja. 

Nyatanya, makan-makan di warung itu sudah merupakan tamasya juga. Lengkap dengan oleh-olehnya...dengan perut yang terisi.

Kalau sudah merasa terhibur, senang dan bahagia disini. Ya sudah buat apa kita keluarkan energi lebih untuk melanjutkan perjalanan yang masih cukup menanjak kesana. Jalan balik yang "mudun" tentu lebih ringan untuk langkah kita. Terasa lebih santai. Tak perlu narik gas.

Karena ini masih siang. Masih jam 2 an. Tentu kita bisa lanjut jalan-jalan di sekitaran kota Bandung saja. Sekedar nongkrong dan jalan bersama. Tentu menyenangkan.

Kalau sedang punya duit, biasanya kita beli rujak ulek di sekitar Tegallega atau beli jus di sekitaran Binong. 

Tak ada yang mewah-mewah. Kita sederhana saja. Kelapa muda pun sudah lebih dari cukup untuk mengisi hari kita. 

Tempat favorit buat nongkrong adalah di seputar GBLA, atau hanya di warung-warung yang dekat dengan persawahan. Atau ke Tahu Lembang dll.

Kali ini kita mau lanjut ke GedeBage saja. Kita mau sekedar udara segar saja disana. Mungkin kelapa muda, atau jajanan lain tersedia disana. Itu akan menemani sisa di hari ini.

Demikian saja "raun-raun" kita sore ini. Sampai jumpa di lain kesempatan. 

Wassalam 

Posting Komentar

0 Komentar