Saba Desa (Cibungur, Sumedang)

Saba desa itu adalah jalan-jalan demi untuk menelusuri desa-desa. Mencari suasana berbeda dengan bertemu masyarakat disana. Sekedar bertanya arah jalan atau apapun, itu adalah suasana yang berbeda. 

Suasana tiap tempat itu tak selalu sama. Ada hal-hal yang berbeda adatnya, bahasa atau logatnya, mata pencahariannya dan juga pemandangan perkampungan, rumah-rumah penduduk, sawah, kebon-kebon dan pemandangan alamnya.

Seperti di daerah ini. Karena musim kemarau sudah mau menuju musim penghujan, beberapa sawah-sawah mulai digarap, sungai-sungai juga mulai berair. 

Seperti kampung Cibungur ini. Nama kampung itu sama dengan nama sebuah sungai yang ada disini, nama sungainya juga Cibungur. Bungur itu artinya adalah ungu, tapi bukan karena air sungai itu berwarna ungu, bahkan airnya termasuk sangat jernih. Mengalir dengan deras yang  karena topologi tanah disini berundak-undak. Itu adalah pemandangan yang bagus karena sungai itu membelah persawahan yang ada diantara perbukitan dikiri dan kanannya. Dan beberapa perkampungan kecil yang damai.

Cibungur ini tak jauh dari kampung asalku di Sumedang. Bertetangga kecamatan. Namun karena penulis belum pernah kesini jadinya tmya baru tahu di hari ini saja. Selasa 03 Nopember 2020. 

Tadi gak sengaja penulis lewat ke sini karena menemukan anak kucing di jalan raya yang jauh dari perkampungan. Si kucing itu sepertinya dibuang orang disana, dia gak ngerti bahaya di lalu lintas jalan raya. Santai saja diam di tengah jalan. Sontak membuatku harus turun karena agar si kucing itu tidak ketabrak kendaraan yang melaju kencang. Mobil dibelakang pun berhenti semua, dapat melihat si anak kucing yang tak ngerti apa-apa itu.

Dia kotor, gak bisa urus dirinya sendiri. Kasihan, kok teganya orang membuangnya. Bukan salah dia terlahir. Bukan salah induk kucing juga, itu adalah taqdir kuasa Tuhan, kelahiran dan setiap kematian adalah kuasaNya.

Oleh karena itulah aku membawanya ke arah perkampungan terdekat, ke Sini ke tempat yang cukuo jauh dari bahaya jalan raya. Aku berharap dia bisa bertahan hidup disini, ada yang sudi memberinya makan, merawatnya dan mengasihinya. Aamiin.

Aku membawanya tak mungkin. Jadi aku hanya bisa memberinya peluang hidup di kampung sini, peluang hidup yang lebih baik buat sianak kecing itu.

Makanya tak sengaja akhirnya sampai di dusun Cibungur ini. Dan ternya aku cukup menyesal, kenapa baru kesini hari ini. Padahal ia tak jauh dari tempat asalku, di tetangga kecamatan Ganeas ini. 

Ya, mungkin Tuhan ingin memberiku kejutan-kejutan, sehingga aku tak bosan dengan kampungku. Selalu masih ada banyak tempat yang belum aku ketahui. 

Seperti saat setahun atau dua tahun yang lalu, beberapa tempat lain yang sebenarnya tetangga desa, yang juga sama baru bisa aku susuri. Ke Cibogor dan juga ke Sadarayna. 2 tempat yang baru kukenal, dan aku senang akhirnya bisa mengunjunginya.

Tentu saja, aku cukup bahagia karena telah bisa mengunjungi kampung Cibungur ini. Itu adalah jalan yang bercabang-cabang je banyak desa lainnya, ke Ganeas, ke Batugara Citengah, hingga ke Dayeuhluhur. Dan dari Dayeuhluhur itu menyambung juga ke kampungku di Karangheuleut Situraja. Nanti kapan-kapan aku mau selusuri jalan kesana,bke dayeuhluhur, terus ke Cibungur Sini, sambung ke Batugara dan ke Citengah, tembus ke kota Sunedang via perkampungan dan hutan-hutan.

Kenapa perjalanan ini berkesan, karena sungai Cibungur ini. 

Airnya jernih, mengalir deras dengan bebatuan kali yang alami, yang mengindikasikan suasana asli perdesaan seakan gambaran perkampungan dari masa lalu. Mengingatkan kepada masa kecilku, bermain air di sungai seperti itu membahagiakan masa kecil kita. Dan itu terpampang jelas dari pemandangan bocah-bocah disana, yang bahagia bermain air disana. Bahagia tingkat dewa. Aku bisa merasakan kebahagiaan yang mereka rasakan itu. Ceria penuh canda dan tawa. Itu sempurna untuk hariku di hari ini. 

Kali ini gak akan cukup waktu untuk menyusuri kampung-kampung disana. Aku hanya tak sengaja juga kesininya. Karena tujuan kepulanganku ke kampung adalah karena ada pernikahan kemenakanku. Jadi bukan untuk tujuan lain.

Ya, semoga pernikahan kemenakan kita itu, bisa menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah (samawa), saling cinta, saling berbahagia dalam mengarungi kehidupan berkeluarganya. Diberikan berkah dan rahmat dariNya, dimudahkan urusan-urusannya dan selamat dunia akhirat. Aamiin ya Allah ya rabbal'aalamiin. 

Dan selain itu juga demi untuk berkunjung ke saudara dan tetanggaku, yang 4 hari lalu sudah meninggalkan alam fana ini, untuk ikut mendo'akan secara bersama-sama dalam tahlilan yang ke 4 x nya di hari ini. 

Semoga almarhumah, ibu guruku, ibu Heni binti Subarja diterima iman islamnya, diampuni semua salah dan khilafnya. Di lapangkan di alam kuburnya, dilindungi dari segala ketakutan, diberikan kebahagiaan dan ketenangan di alam sana. Di kumpulkan di surgaNya kelak bersama kita semuanya, aamiin. 

Dan keluarga yang ditinggalkan bisa diberi ketabahan dan keikhlasan, selamat dunia akhirat semuanya. Aamiin ya rabbal 'aalamiin.

Lahum alfaatihah...


Posting Komentar

0 Komentar