Karya Indah bernilai Seni

Aku bukan seorang seniman. Tapi boleh jadi karyaku bernilai seni.

Aku bukan pujangga, tapi boleh jadi karyaku bernilai bujangga.

Aku bukan sastrawan, walau boleh jadi karyaku (jika boleh disebut karya) bernilai karya sastra.

Aku hanya berusaha berbuat yang terbaik, yang semoga itu bernilai manfaat, ada manfaat yang bisa diambil darinya.

Seperti karya kitab seorang ulama syech ibnu Atha illaah, beliau bukan seorang sastrawan. Namun karya beliau bernilai sastra yang sangat luar biasa. 

"Allahun jamiilun, yuhibbul jamaal".

Allah itu indah, Allah menyukai sesuatu yang indah-indah.

Al-qur'an bukan karya sastra. Tapi al-qur'an bernilai sastra melebihi sastrawan manapun.

Kita menulis, bukan supaya terlihat indah. Kita menulis sebisa mungkin enak dibaca. Gampang dicerna, indah dirasa. Berkenan untuk pembaca.

Memberikan yang terbaik dari yang bisa dilakukan.

Oh tentu saja, tulisanku belum sebaik itu. Hanya baru bisa berusaha untuk melakukan yang terbaik. 

Kalau ada saran tentu akan sangat kita tampung, apa bisa saya adopsi seutuhnya atau kita modifikasi dicampur sarikan. 

Seperti warna warni. Bisa indah karena rupa-rupa warnanya. Hijau kuning merah tua dan biru. 

Pelangi-pelangi dilangit yang biru, alangkah indahnya. Ciptaan Tuhan.

...........................................................................................................................................................................................................................demikianlah.

"Sabeas sabeunyeur" olahisikepala. Beridia pekerjaan. Dengan belajar, dengan tafakkur, membaca, menyimak ilmu, menganalisa sesuatu, menuangkan gagasan, ide, tulisan dan lain-lain. 

Tubuh perlu diberi makan.
Otak perlu dilatih.
Hati perlu dibina.
Jangan biarkan mereka membeku. Kasihan.

"Ditengah hiruk pikuk kehidupan, kita ada di sana"


Bandung, 24 Desember 2020

Posting Komentar

0 Komentar