Jalur itu sudah tak berfungsi sejak lama. Mungkin sejak Indonesia merdeka pun tak pernah berfungsi.
Coba kalian susuri sejarahnya.
Yang jelas bekas dari jalur tersebut masih dapat kita lihat hingga hari ini.
Ada kabar sejak lama bahwa pemerintah berkeinginan untuk mereaktifasi jalur tersebut. Namun tahun berganti tak jua terealisasi.
Jika jalur KA ini dapat dihidupkan kembali, mungkin itu akan menjadi sesuatu yang diluar dugaan. Diluar dugaan karena kita selama ini menduga bahwa reaktifasi jalur ini hanya angin surga saja. Sulit terwujud mengingat jalurnya terlalu pendek dan kiranya hanya akan sedikit warga yang akan memanfaatkan jalur tersebut.
Jalur ke Tanjungsari hanya akan masuk akal jika bisa diperpanjang sampai Sumedang, Kertajati dan Cirebon. Insya Allah jalur tersebut akan diminati warga.
Tapi jika hanya sampai Tanjungsari, saya kira amat berat untuk berjalan dengan baik.
Akan tetapi visi sebagai pemerintahan beda lagi. Mereka berpikir tentang banyak hal, tidak melulu berfikir tentang nilai ekonomis sempit dan jangka pendek tapi lebih kepada pemikiran yang bersifat jangka panjang dan lebih luas lagi tentang penyediaan sarana transfortasi massal.
Tapi kita sebagai rakyat berharap lebih dari itu. Jika Belanda saja puluhan dan ratusan tahun lalu bisa bangun sampai Tanjungsari, harusnya pemerintahan Indonesia sekarang di era modern bisa lebih dari itu. Ditambah hingga ke Cirebon. Apalagi dari Cirebon sampai Kadipaten juga pernah ada jalur KA peninggalan Belanda. Tinggal reaktifasi jalur tersebut ditambah jalur baru antara Tanjungsari-Kadipaten.
Maka oleh karena tujuan itu, kita coba ingin melihatnya lebih dekat.
Dalam kesempatan lain, penulis juga pernah menyusuri bagian lainnya yang terutama dari daerah yang mendekati kota kecamatan Tanjungsari. Itu di tahun 2016-2017.
Untuk saat ini kemarin, kita menyusuri di bagian lainnya di sekitar Jatinangor sampai Cikuda dan Cijolang.
Dimulai dari jalan Cikuda.
Lewat Jatinangor tak jauh dari Koramil dan Polsek, jalan akan berbelok ke kiri dan kemudian tak jauh dari SMP disebelah kirinya jalan itu akan berbelok ke kanan setelah melewati jembatan Cikuda menuju Tanjungsari.
Nah kita beloknya adalah sebelum jembatan Cikuda tadi ada pertigaan jalan yang menuju Cilayung dll.
Jalan itu mula-mulanya datar, akan terapi tak jauh langsung akan berupa tanjakan yang lumayan panjang.
Membawa kendaraan jangan terlalu kencang sebab arah yang kita tuju itu tak jauh. Sekira 100 meter dari persimpangan tadi ada apartemen yang menjulang tinggi. Tak jauh jalan akan berkelok ke kiri dan menanjak lalu berbelok ke kanan dan terus keatas.
Sementara jalur rel itu lokasinya tepat sebelum tanjakan di tengan kelokan tersebut. Ada jalan gank ke kiri dan 2 gank ke kanan, itulah persimpangan dengan bekas jalur rel KA Tanjungsari.
Jadi disana kita belok masuk ke gank yang merupakan ex jalur KA. Kita ambil yang ke kiri. Kalau ke kanan itu adalah jalur yang menuju Tanjungsari, sementara yang ke kiri itu jalur putar balik ke arah Jatinangor.
Sebenarnya kita tadi bisa mulai jelajahnya dari dekat Gate utama kampus Unpad ke belakang Koramil karena jalur ex KA tersebut memang lewat disana. Akan tetapi mungkin itu akan cukup sulit dikewati sebab sudah banyak rumah penduduk, kost-kostan dll.
Atau bisa lewat jalan masuk ke kampus SMP Negeri Jatinangor. Resikonya adalah jalurnya harus bulak belok. Harus lihat peta dulu atau tanya ke warga.
Alasan lainnya adalah karena tujuan utama kita yaitu menuju jembatan Cincin Jatinangor. Bukan blusukan ke semua lokasi.
Lokasi jembatan Cincin ini tak jauh dari gedung apartemen tadi. Dia ada di belakang gedung tersebut. Sehingga apartemen itu kita jadikan patokannya.
Jika gedung apartemen itu sudah ditemukan maka kita tinggal cari jalan yang menuju ke area dibelakang gedung tersebut yaitu sekitar 45 meter setelahnya.
.....
......
Itulah dia jembatan Cincin yang berdiri menjulang dan cukup kokoh.
Dulu disewaktu masa-masa Aliyah, penulis sebenarnya pernah jalan kaki diatas jembatan Cincin tersebut. Tapi sudah lupa arah dan akses masuknya. Maklum itu sudah tahunan yang lalu.
Ada rumah teman yang tak jauh dari jembatan Cincin tersebut. Namun dulu belum ada hp jadi sekarang kita gak punya kontaknya.
Bersama empat teman lainnya waktu itu kita bahkan longmarc di sekitar Cadas Pangeran sana sampai ke sekitar jalan simpang. Itu cukup jauh.
Dulu beda dengan sekarang, arus lalulintas belum seramai sekarang. Disana juga masih jarang rumah sehingga kalaupun jalan kaki masih bisa disebut wajar saja.
.........
...........kembali ke leptop.
............
.................ya akhirnya kita bisa ketemukan jembatan Cincin tersebut dan merasa puas sekali bisa berphoto disana.
.......................rupanya jembatan itu sangat dekat dari jalur yang sebenarnya sering kita lewati.
.....
Demikian saja aksi jarambah kita kali ini. Sampai jumpa dilain kesempatan.
Trims.
Sumedang, 27 Desember 2020
0 Komentar