Selasa, 12 Januari 2021.
Seperti biasa, kami hanya bisa jalan-jalan. Dunia kerja dan dunia usaha saat ini memang sangat memprihatinkan. Perlu kemampuan khusus dan atau jenis usaha tertentu yang cocok dikerjakan dimasa pandemi corona saat ini.
Sungguh merasa kurang bergairah, alias ekonomi lesu.
Dunia pertanian adalah salah satu dunia usaha yang tumbuh positif sekira 2.5 persen di tahun 2020 itu. Yang lainnya rata-rata negatif.
Seperti kita lihat di daerah Pangalengan, Cisanti dsk. Pertanian masih terus dapat berjalan.
Tak heran jika Pemerintah akhirnya sangat fokus pada peningkatan daya tahan atau peningkatan pertanian melalui program lumbung pangan atau istilahnya food estate.
Awalnya kita sebenarnya pengen sekedar cari suasana yang segar saja di sekitar Pangalengan ini. Jagung rebus adalah tujuan pertama kita.
Entah kenapa rasanya kok tawar, tak seperti biasanya yang manis. Apa karena ini memasuki musim hujan atau memang jenis jagung yang berbeda atau ada kesalahan cara memasak dll. Fisik jagungnya cukup baik, berbiji besar, rapih, dan rapat. Ukuran jagungnya juga cukup besar.
Jadi biasanya bisa makan 2 atau tiga buah, kali ini satupun sudah terlalu banyak. Cukup satu saja dengan harga 2500 rupiah.
Tak lama kami lanjut menuju ke Garut karena kita ingin tahu jalur yang via Pangalengan-Cisanti ini. Yaitu via Cihawuk.
..................Nah itu Situ Ganggang yang terlihat indah pada masanya. Kok gak ada yang peduli ya...?. Padahal...ya gitu deh.
........Tak terasa perjalanan kita sudah sampai di Santosa. Ini adalah kampung pertama antara Perkebunan Malabar Pangalengan menuju Kertasarie. Tak terlalu jauh sih, hanya sekira 5 km saja.
Kali ini kita sudah sampai di Kertasarie yang hijau dimana-mana. Ternyata air disini sangat jernih sekali. kayaknya bakal segar kalau kita sentuh, sesegar suasana di musim penghujan ini.
Perkebunan teh ini namanya adalah PT. London Sumatera Indonesia. Taulah pokoknya ada Sumatera dan Londonnya gitu. Dan mungkin itu peninggalan Belanda atau Inggris. Perkebunan teh Kertasarie. Itu masih dapat kita lihat bangunan pabriknya. Tepat di tengah perkampungan yang ada di sini.
Jadi pengolahan teh itu antara lain ada di KertasariE ini. Prosesnya adalah begitu. Daun yang masih muda dipanen, lalu dikeringkan dengan alat pengering dst. Sederhana saja.
Dapat kita lihat, bagaimana suasana di perkebunan KertasariE ini seperti itu. Hijau terhampar di sekeliling kita.
Coba perhatikan saja perkebunan teh yang hijau royo-royo itu. Ngaplak dimana-mana bukan...?.
Nah itulah Kertasarie kita, suatu kecamatan yang ada di Bandung Selatan, tak jauh dari Pangalengan. Jika kita jalan disini akan terasa nikmat sekali, apalagi jika hati kita juga riang gembira. Akan bahagia terasanya bukan....?.
Kalian bolehlah coba jalan-jalan disini. Turun dan lalu susuri perkebunannya, sehat dan menyegarkan. Atau naik sepeda, atau menyewa kuda, bakal menjadi holiday yang berkesan. Nanti kita buat treknya untuk penunggang kuda dan juga sirkuit yang tadi dan wahana lainnya. Terutama adalah kereta wisata yang menghubungkan Rancabali, Pangalengan Kertasari dll. Ngayal lagi.
Longmarch disini seger lah. atau tidak longmarch juga bisa.
Seperti itu
Seperti aku...
Seperti sebuah sajak yang kita buat....Kertasarie,
Bukan aku lagi pergi dari rumah atau kabur...bukan
itu adalah cara kita menikmati suasana karya illahi...
Menyusuri jalan ini mengingatkan kepada perjuangan bangsa dimasa lalu. Bangsa yang terjajah oleh Belanda, Jepang dll.
Juga oleh gerombolan yang pernah ada, DI/TII misalnya.
Itu adalah sekelompok pemberontak yang merasa tidak setuju dengan perjuangan bangsa Indonesia. Mereka memanfaatkan suasana perseteruan bangsa Indonesia dengan Belanda yang kembali datang sejak tahun 1949.
Saat para tentara dari kodam III Siliwangi berhijrah ke ibukota RIS di Jogjakarta, berdirilah gerombolan itu. Mereka menyebarkan ideologinya dengan membujuk masyarakat dengan jargon Daarul Islam, Negara Syari'ah dst.
Beberapa tentu terpengaruh atau terbawa faham tersebut karena cita-citanya sangat terlihat mulia, menegakkan titah Tuhan dst. Model-model demikian itu ternyata cukup berhasil membuat mereka bisa membangun kekuatan politik dan kekuatan angkatan perang. Mampu membeli persenjataan dll.
Romantisme berkhilafah coba kembali diangkat, dan di gaungkan. Indah dan sangat islami.
Bagi kaum muslimin, penegakkan syari'ah adalah suatu hal yang penting dan harus diusahakan. Semua juga sependapat dengan hal tersebut.
Tapi tunggu dulu....benarkah seperti itu...........?!?
Mari kita tanya kepada ahlinya ahli. Kepada kaum intelektual yang berilmu luas, kepada ulama kyai dan ajengan yang matang dst.
Jangan sembarangan berfatwa atau berdalil dari ayat-ayat Suci jika kita bukan ahlinya ilmu. Jangan mudah percaya kepada ajakan atau faham-faham yang aneh-aneh. Meskipun benar mereka mengutip dalil dan ayat Suci, akan tetapi untuk dapat memahami suatu dalil tidak seperti kita membaca UU atau Peraturan Pemerintah yang sudah jadi dan mengikat. Melainkan perlu penelaahan, penelusuran makna dst.
Dalam hal ini, butuh keluasan dan kelengkapan ilmu tentang syari'at agama itu sendiri.
Ajaran agama itu bukan potongan-potongan ayat semata, akan tetapi satu kesatuan dari keseluruhan ayat, hadist dan juga ijma dan qiyas. Perlu pendalaman lagi untuk kemudian bisa diambil syari'at darinya.
Untuk bisa menjadi ahli agama itu, tak cukup hanya dengan baca-baca buku, majalah, atau ceramah orang yang gak jelas. Melainkan harus melalui serangkain pendidikan dan pengajaran yang kholistik, mendalam, menyeluruh, lengkap dan tidak setengah-setengah.
Gak boleh setengah mateng. Emangnya telor bisa dipasak dengan setengah mateng...?!?
Kalau sembarang dalam beragama maka bisa tersesat hidup kita. Contohnya gerombolan DI/TII ini. Mereka merasa ahli agama, hanya karena membaca jargon-jargon kaum setengah mateng. Kembali tegakkan syari'ah, jihad, pemerintahan sesat dst.
Akibatnya kita tahu sendiri dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia kita dimasa lalu. Termasuk dalam menghadapi gerombolan Kartosuwiryo ini. Sesat dan menyesatkan umat. Bertahun-tahun ada keidak amanan, pertempuran, perampokan, penjarahan, pemaksaan kehendak, penculikan wanita, dst.Bukankah Nabi menyuruh kita untuk taat atau mengikuti alim ulama...?. Nabi menyatakan bahwa para ulama itu adalah pewarisnya para Nabi. Pewaris ilmu dan akhlak agama yang harus menjadi panutan kita.
Tak boleh kita menjadi sok tahu dan menolak mengikuti ilmunya para alim ulama tersebut. Coba kita simak kekhawatiran ulama di masa lalu tentang bahayanya mengikuti kaum yang tidak ahlinya ahli.
Bukan tanpa dasar mereka merasa khawatir. Tapi berdasarkan pengalaman sejarah di masa lalu juga, dengan munculnya kaum khawarij yang mampu menggerakkan banyak pengikutnya untuk membuat keruksakan, penyelewengan agama dan membuat kehancuran.
Ibnu Muljam dkk, yang semula sangat dipercaya oleh khalifah karena keilmuannya dalam alqur'an. Rupanya ternyata adalah sekelompok manusia yang setengah matang dalam memahami ajaran agama yang justru membuat mereka menjadi kaum peruksak agama.
Tak terasa kita sudah melewati Situ Cisanti. Nol kilometernya sungai Citarum. Dari Cisanti kita masih terus kearah timur, menuju desa Cibeureum.
Desa Cibeureum ini terasa seperti datang dari masa lalu. Nuansanya bagaikan masa lalu yang hadir dimasa sekarang. Terlihat seperti kota dimasa lalu. Ramai namun tradisional. Pokoknya kita merasakannya seperti kita datang ke suatu masa di zaman dulu. Seperti masuk ke lorong waktu, mundur ke era 1924 an. Barangkali.
Sezaman dengan west coastnya amerika di era cowboy dulu, seperti itu.
Nanti kita akan potret susananya tersendiri, insya Allah ya.
Dari Cibeureum ini kita masih jalan lagi ke arah bawah, kearah utara dari Cibeureum. Alhamdulillah kondisi jalan disini sudah terbuat dari beton yang kualitasnya terlihat cukup baik itu. Memang tak terlalu lebar, tetapi cukup untuk berkendara dengan baik. Hanya saja memang dibeberapa pemukiman tadi, sering kita temui polisi tidur yang sedikit mengganggu roda kita.
Tak terlalu jauh.
Sekira 2 kilometer dari Cibeureum kita akan temui jalan persimpangan yang menuju Desa Cihawuk. Belok kanan. Ada banyak perumahan rakyat, jalannya memang kecil tapi juga sudah cukup mulus untuk dilalui.
Nah inilah titik start kita menuju Kawah Drajat via Cihawuk.
Demikian saja, kisah kita kali ini....ke Cihawuk yang melewati jalan yang menurun dan kemudian menanjak menuju perbukitan....selanjutnya kita akan dihadapkan dengan jalan persimpangan. Lalu kita ambil yang kearah kiri,. Terus saja ikuti jalan itu, agak menanjak landai lalu nanti kita ambil jalan yang simpang ke kiri lagi akan sedikit menurun menuju kampung terakhir sebelum menuju tanjakan yang sangat terjal dengan jalan berbatu.
Itulah trek kita menuju kawah Drajat via kampung Cihawuk.
Salam explore........!
1. Tanjakan jalan berbatu dan cukup terjal
2. Tanjakan terjal tapi sudah di beton.
3. Dibelakang itu adalah jurang yang dalam.
4. Nanjak, sangat menyiksa motor
5. Tanjakan curam sudah terlewati, tinggal jalan yang relatif landai.
6. Landai tapi agak becek tak masalah
7. Inilah Pemanfaatan Energi panas bumi untuk Tenaga Listrik
8. Pipa penyalur uap panas
9. Rehat karena hujan cukup lebat, sekalian pesan mie rebus dan tahu bulat.
see u next
Tamat kalau dibalik tetap tamaT
0 Komentar