Betapa sabar dan betapa baiknya para pemimpin kita.
Berpuluh tahun provinsi Jawa Barat tidak mendapatkan keadilan dari pemerintah pusat, selama itu pula para pemimpin kita (para gubernur jawa barat) tetap sabar dan hormat ke pemerintah pusat.
Sudah puluhan tahun para pemimpin kita meminta diijinkan untuk membangun pelabuhan laut sendiri, sudah puluhan tahun pula para pengusaha pun minta dibangunkan pelabuhan laut yang dekat dengan lokasi usaha mereka di provinsi Jawa Barat. Bahkan JICA Jepang sudah bersedia menyediakan dana untuk pembangunannya.
Puluhan tahun pemerintah pusat tak pedulikan aspirasi warga dan pemerintahan jawa barat.
Alhamdulillah di era pak Jokowilah keinginan itu baru bisa terwujud, walaupun lokasinya (di Pamanukan Subang) lebih jauh dari yang diminta kita di Cilamaya Karawang, tapi lumayanlah.
Kita ambil hikmahnya saja, mungkin Tuhan mau memberi jabar hal yang lebih baik. Mungkin kedepan setelah kawasan pelabuhan Patimban ini berkembang, kita tetap bisa bangun pelabuhan baru lainnya di Cilamaya, Cirebon dll.
Kita ambil hikmah tersebut karena kita percaya bahwa segala sesuatu pasti ada hikmahnya.
Kembali ke leptop.
Bahwa kesabaran kita dan para pemimpin kita semoga pada akhirnya akan berbuah manis sekali, aamiin.
Orang sabar disayang Tuhan. Ya itu betul. Itu tak perlu dipertanyakan lagi.
Namun tugas kita adalah berjuang sekuat tenaga untuk memperbaiki nasib kita. Berjuang untuk kemajuan warga jawa barat kita. Untuk menastikan bahwa warga jawa barat adalah bukan warga kelas dua di Indonesia. Orang jawa barat adalah orang Indonesia juga bukan...?!?.
Jika orang jawa barat memang diakui sebagai orang Indonesia juga, yang punya hak mendapatkan rasa keadilan juga, tentu tidak akan terjadi dikotomi itu.
Orang jawa barat seringkali disingkirkan ke tempat yang lebih jauh. Kalau bisa membuat jabar berada di nomor sepuluh, kenapa harus membiarkannya berada di nomor 9, 8, 7, 3, 2, apalagi 1...?!.
Tidak, mereka tidak rela jika kita menjadi juara 1 dalam hal apapun juga. Olahraga, kita dulu pernah jadi korban sepakbola gajah antara jatim vs sumut yang membuat tim PON jabar tersingkir. Itu bukan sekali, berkali kali kejadian serupa itu terjadi. Ada juara PON orang jawa barat, tapi giliran pelatnas yang diambil justru juara 2 atau 3 yang bukan dari jawa barat. Itu bukan sekali, itu berkali-kali.
Dalam sepakbola pun sama, Persib juara atau tidak, tetap yang masuk timnas hanya seorang yakni Robby Darwis. Padahal Persib berkali kali juara waktu itu. Ada banyak pemain yang pantas berada di timnas saat itu, ada Mulyana, ada Yadi Mulyadi, ada Asep Sumantri, ada Yusuf Bachtiar, ada Sutiono, ada Adjat Sudrajat, ada Asep Kustiana dll.
Maka wajar jika timnas gak bisa juara Asean karena yang berada di timnas tak mencerminkan pemain yang juara.
Dalam hal pembangunan pun sama. Ketika semua provinsi besar lainnya punya pelabuhan sendiri, justru di jawa barat yang 60 % industri nasional ada disini, tak memilikinya. Pabriknya di jawa barat, kemacetan, polusi, beban sosial dll nya ditanggung jawa barat, kuenya PAD nya justru dinikmati DKI. Itu ketidak adilan yang dipelihara selama puluhan tahun.
PAD Jabar yang pusat industri nasional, dikalahkan oleh jawa timur yang memiliki industri hanya sekira 10% persen.
0 Komentar