Politik Putih RKR1 (ypidea 2021)

Ada tulisan  dari teman kita seperti dibawah ini..:


Di era sekarang .. strategi harus di rubah. Jangan ngambil 2 metode ini lagi.

1. Umpan lambung

dan

2. Cipta Isue lagi..


Dalam moment politik saat ini, lebih baik kita menggunakan metode garis contra mainstream. apa itu?

saat ini , saling serang menyerang issue negatif maupun positif selalu menjadi bahan sebagai pengambilan daya tarik. dan itu memang berhasil . dan sampai 2024 hal itu akan kembali menjadi metode yg akan dilakukan.

yg akhirnya itu menjadi metode mainstream untuk di indonesia.

bagaimana kita bisa lolos bahkan muncul lebih unggul dari metode tersebut?

contra mainstream, merupakan garis tengah dari metode yg sebelumnya. 

bagaimana cara melakukannya?

kita harus punya 3 mata Panah media digital yg harus di bangun.

1. Mata panah Good News (sebagai pengganti umpan lambung, kita ekspose semua karya dan penghargaan, semua hanya konsentrasi terhadap berita baik saja. Jangan pedulikan tentang berita buruk. Jangan lawan berita buruk, jangan terpancing komentar dan dislike terhadap komentar buruk)

2. Mata panah Deep Grounding (take down media and ratting berita negatif). Untuk mengsiasati berita buruk. Team ini cukup melakukan report konten, dan angkat keyword konten negatif dengan visual dan isi berita yang lain, bukan berita pembenaran maupun sebaliknya.

3. Mata panah Like a Hero (masyarakat saat ini seolah sedang haus akan jiwa kepahlawanan. dalam hal ini adalah pahlawan konflik. Apa yg sedang terjadi, ambasador kita minimal harus mengeluarkan statement sebagai penengah dari peta konflik. Dan team harus membantu analisa peta konflik tersebut). Team ini melakukan analisa hal negatif, dan 10% mengangkat klarifikasinya. Tidak perlu semua. Karena jika angkat semua dg berbagai klarifikasi, itu akan menguntungkan lawan dan justru akan meningkatkan isue yg mereka inginkan.

begitulah pendapat saya.

salam

-jendral-



Bagus sekali tulisan tersebut.

Tulisan diatas itu tentu saja tidak boleh kita telan bulat-bulat. Harus kita saring lebih lanjut. 

Tulisan dibawah ini adalah penjelasan kita, yang semoga membuka dialog kita, rembukan kita, demi kemaslahatan dan kesuksesan kita, aamiin.

Ini pendapat saya...:


Sebenarnya ini adalah sebuah ulasan yang berupa analisa yang berusaha di ilmiahkan. 

Kita sebagai orang beragama sudah punya pakem apa yang harus kita perbuat. Pakem atau aturan agama itu membimbing cara terbaik untuk mendapat sesuatu yang terbaik.

Tulisan itu cukup baik untuk tataran practis. Namun alangkah baiknya jika kita beri ruh agama, atau kita sesuaikan dgn ajaran agama. Menginduk ke ajaran agama.

Strategi itu memang penting, tapi kejujuran jauh lebih penting. Ketulusan jauh lebih penting. Ikhlas, lurus, tak pura-pura.


Itu dasarnya.

1. Mata panah Good News. Kita memberi kabar tentang hasil kerja kang Emil, bukan untuk riya atau ingin dipuji. Kita hanya ingin membawa semangat perubahan itu tersebar keseluruh Indonesia, sehingga semua rakyat Indonesia, semua pemimpin daerah maupun pusat terbawa semangat untuk membangun. Kita tidak takut dengan persaingan karena justru tujuan kang Emil bukan untuk kompetisi, tapi memperluas kolaborasi.


2. Mata panah Deep Grounding (take down media and ratting berita negatif).

Jika ada yang menyerang kita. Tenang saja, dan ingat pepatah semakin tinggi suatu pohon semakin kencang angin berhembus. Kita gak usah terpancing emosi, kalau ada data yang sebaliknya, kita sodorkan saja, kalau tak ada pun tak usah balas dengan serangan balik. Kita berusaha selalu positif....semangat kita adalah menebar kebaikan bukan menebar permusuhan atau pertengkaran. Menurut pengalaman kita, bertengkar itu hanya buang energi dan tidak mempengaruhi hasil jadi positif. Kita harus lebih tinggi lagi sekarang yaitu makomnya sabar, tulus ikhlas, jujur, tenang, santun, berpikir lebih dewasa, bijak dan jangan takut karena rezeki tak akan tertukar. Ingat rezeki anak sholeh...he he. Tapi benar, itu bukan candaan. Kita hanya ingin menyampaikan kebaikan dan hal-hal baik. Soal ada kekurangan kita usahakan untuk selalu diperbaiki. Kita bukan Nabi, kita bukan Rasul, kita manusia tempatnya lupa dan salah itu berlaku juga untuk semua orang termasuk yang menyerang kita. 

Kita tangkis saja dengan cara yang bermartabat. Dan tulisan saudara kita tadi itu baik sekali untuk kita aplikasikan dengan tambahan iman dan takwa (jadi terbayang Haji Roma).


3. Mata panah like a hero.

Tidak, kita tidak tertarik untuk menjadi pahlawan kesiangan. Kita hanya menjalankan tugas kita sebagai manusia dalam hal menebar kedamaian, menebar cinta. Cinta kita haruslah TULUS dan IKHLAS. Cita-cita kita murni hanya untuk menggelorakan semangat Indonesia Maju, Indonesia Adil, Indonesia bersaudara, Indonesia makmur dst.

Kita gak ada urusan dengan sebutan hero. Kita gak mau jadi pahlawan kesiangan. Kita hanya ingin Indonesia yang benar-benar NKRI. Poros akal sehat.

Tentu tulisan tersebut adalah benar dari kajian kontemporer. Dan kita setuju dengan maksud dari tulisan tersebut. Ya, masyarakat kita sekarang ini memang sedang merindukan the hero. Dan kita sedang belajar menjadi BAGIAN dari The Hero tersebut.


Semangat kang Emil adalah sering bersesuaian dengan Hadist dan Al-Qur'an.

1. Khairunnas 'anfauhum linnaas

2. Tu'til mulka man tasyaa' watanji'ul mulka min man tasya, yakin bahwa pemimpin itu Allah yang milih, kita hanya harus berusaha menghadirkan pilihan yang terbaik. Itulah ibadah juga.

3. Balas keburukan dengan kebaikan, dll

4. "Ana inda dzanni 'abdi bii."..(AKU (firman Allah SWT), sesuai prasangka hambaKu kepadaKu...

Alhamdulillah kita sudah membaca tulisan dari saudara dan teman kita tersebut.

Semoga Allah SWT,  membimbing kita semua. Aamiin

"Politik kita adalah politik putih. Kalaupun mau berwarna, maka politik kita adalah politik merah putih". #ypidea 2021


Baca Juga :

1. Mencari Rumusan Program RKR1

2. Strategi untuk RKR1

3. No Orang Dalem-Orang Dalem Club

4. Ide Untuk Akselerasi Jabar Juara

5. RKR1 dan Rumah Kerja untuk Indonesia

6. Jabar Sabar, dan Jabar Subur

7. Lika liku Kampanye Pilpres 2019




Posting Komentar

0 Komentar