Jika memang kita mau jadi negara maju. Jika memang kita mau menjadi negara yang sukses.
Itu bisa terwujud, jika dan hanya jika rakyat Indonesia mampu memilih pemimpin yang tersukses.
Jika pola pikir mayoritas rakyat Indonesia masih belum bisa berpikir secara objektif, apalagi kalau masih bermental kubu. Ya sampai kapanpun Indonesia hanya gini-gini saja. Keadilan dan kesejahteraan hanya sandiwara, dst. Hanya milik sebagian kelompok saja, kelompok lainnya tetap saja kurang diperhatikan. Ketimpangan pembangunan dst.
Jika Indonesia memang mau maju, itu hanya bisa terjadi jika dan hanya jika kita semua berpikiran sama, bagaimana caranya menghadirkan capres terbaik, bukan capres terpopuler semata.
Ukuran terbaik itu juga harus LOGIS, bukan terbaik menurut perasaan, tapi terbaik menurut analisa dan pemikiran yang berbasis DATA.
Siapakah kandidat paling berprestasi...?!?. Bukan hanya prestasi tingkat lokal, kalau bisa juga berprestasi ditingkat global.
Itulah harusnya yang kita semua sama-sama dukung. Terlepas warna kulitnya apa, terlepas asal daerahya darimana. Jika kita sama merasa menjadi bangsa yang sama Indonesia, tak akan ada penggunaan alasan yang bersifat primordialisme, kesukuan atau kepartaian, atau golongan.
Kita sepakat, jika Indonesia mau maju ya harus dipimpin oleh pemimpin terbaik. Ukurannya bukan karena tetangga kita atau karena satu suku dengan kita. Buat apa satu suku kalau hanya jadi presiden pajangan.
Kita butuh presiden yang CAKAP BEKERJA, JUJUR, NON BLOK, dan mencintai NKRI.
Prestasilah ukurannya. Kredibilitas dan kapabilitaslah acuannya.
Siapa lagi tokoh yang terbaik yang ada di bumi Indonesia ini, yang selain pak Jokowi, yang prestasinya setara pak Jokowi dan bisa lebih baik dari pak Jokowi.
Siapa lagi kalau bukan kang Emil. Lihatlah kota Bandung, dalam kurang dari 5 tahun mampu disulap menjadi sedemikian elok dan penuh prestasi. Bandung yang dari posisi 200, dirubah menjadi yang nomor satu di Indonesia. Dalam segala bidang menonjol, dalam birokrasi menjadi terbaik di Indonesia dan menjadi contoh nasional saat itu dengan memanfaatkan teknologi IT. Dalam membangun perkotaanpun begitu cemerlang, bus wisata pertama di Indonesia menjadi viral, taman-taman tematik yang sebagian besar dari dana CSR perusahaan swasta. Ada partisipasi Toyota, Telkom, BCA, Bank Mandiri, PT. Mayora, Hotel-hotel dan perusahaan perusahaan lainnya digaet untuk ikut membangun kota Bandung, dengan skema win-win solution.
Walau sedikit bantuan dana dari pemerintah pusat, tetap tak bisa menghentikan kota Bandung menjadi kota Juara saat kepemimpinan kang Emil.
Sekarangpun, saat masa pandemi ini. Kang Emil lah pejabat publik pertama yang siap jadi relawan untuk test vaksin corona, sehingga dengan itu saat ini vaksin corona sudah siap untuk digunakan seluruh Indonesia.
Saat covid-19 ini mewabah, dengan cepat kang Emil membuat banyak kebijakan, walaupun dana dari pusat tak seimbang karena populasi di Jabar yang tertinggi sementara jumlah desa (include dana desanya) 2600 lebih sedikit dibandingkan Jatim yang penduduknya 10 juta lebih sedikit dari Jawa Barat. Pun jumlah kabupaten kotanya yang di jatim ada 38, di Jabar hanya ada 27, padahal luas wilayah tak jauh beda, padahal jumlah penduduk Jabar 10 juta lebih banyak dari Jatim. Tentu daya jangkau pemerintah daerah di Jabar jadi lebih terbatas dibanding provinsi lainnya, sehingga kompleksitas masalah di Jabar sangat tinggi dengan tekanan yang juga tinggi karena populasi yang tertinggi tadi.
Walaupun keberpihakan pemerintah pusat yg selama puluhan tahun Indonesia membangun tidak menunjukkan keadilan untuk Jawa Barat. Walaupun kondisi real sedemikian itu, tetap saja kang Emil mampu membuat berbagai program kerja nyata yang juga menonjol dibandingkan dengan provinsi lainnya.
Walau Jabar baru punya pelabuhan laut untuk eksport import, padahal Jabar pusatnya Industri Nasional, padahal di provinsi lain sudah sejak puluhan tahun dibangunkan pelabuhan Internasional. Tetap saja Jabar bisa menghadirkan perbaikan pembangunan disegala bidang karena inovasi pelayanan, inovasi pembiayaan pembangunan, dll.
Dalam segala keterbatasan tersebut, kang Emil tetap mampu melaju, menjadi pemimpin yang banyak bekerja, banyak melahirkan perubahan.
Walaupun sang Covid menerjang dunia, kang Emil tak berhenti mencari cara untuk terus inovatif dan kreatif dalam segala aspek. Jasmani dan rohani, lahiriyah dan batiniah semua digarap.
Sebut saja beberapa program :
1. One village one Company
2. One Pesantren One Product
3. Petani Milenial
4. Menyusul rencana Petani non milenial.
5. Pemanfaatan teknologi 4.0 untuk perikanan, peternakan dan pertanian, sudah launching di Indramayu.
6. Apartemen Ayam, model peternakan ayam terkini.
7. Pendayagunaan perkebunan teh untuk peternakan sapi di Pangalengan.
8. Renovasi semua alun-alun di Jawa Barat yang bisa membuka perekonomian rakyat, tukang parkir, pedagang kaki lima dsr.
9. Renovasi begitu banyak kawasan wisata, contohnya; pengelolaan kalimalang bekasi, waduk darma Kuningan, Jatigede Sumedang, Situ Bagendit Garut, Curug Malela KBB, Pantai barat dan timur Pangandaran dipercantik, hanya dalam dua tahun kurangi masa korona 1 tahun.
10. Pembangunan jalan baru di Sukabumi,
11. pembangunan jembatan baru di perbatasan Cianjur-Sukabumi,
12. pembangunan puluhan jembatan gantung di desa-desa terpencil.
13. Pembangunan pembangkit listrik tenaga surya di atas danau Jatiluhur,
14. Pemberian mobil serbaguna (maskara) untuk desa-desa tertentu.
15. Dan juga pembagian mobil ambulan desa-desa tertentu.
16. Sistem pemerintahan berbasis IT, sehingga semua mayoritas kegiatan birokrasi mengurangi kontak antar orang yang rentan pungutan liar.
17. Transfaransi birokrasi yang bisa di akses publik via internet. Sehingga Jabar diantaranya juara satu dibidang MSDM. No orang dalem orang dalem di Jabar.
18. Program pembangunan kota Rebana yang bisa menjadi harapan pertumbuhan industri nasional dimasa depan.
19. Program jalan Jalur Tengah Selatan (menanti realisasi dari niat baik/goodwillness dari pemerintah pusat), untuk membuka daerah Jabar tengah selatan yang selama ini terisolir.
20. Mendorong reaktifasi jalur KA ke Garut sudah selesai, tinggal yang ke Tanjungsari, ke Cijulang Pangandaran, ke Ciwidey dan Bandung-Cianjur. Menanti keberpihakan pusat.
21. Tol Bandung-Tasik (tol pertama lintas priangan). Menanti keberpihakan pusat.
22. Program UMKM Jabar Paten
23. Program wisata di Indonesia saja.
24. Perda pesantren pertama di Indonesia. Sehingga santri punya hak sama seperti murid sekolah umum. Mendapat BOS dll.
25. Dll. Setiap hari selalu saja ada berita kerja kang Emil. Menandakan bahwa beliau sangat aktif dan terus bekerja, mencari cara untuk memajukan daerah yang dipimpinya, dan bahkan untuk Indonesia secara keseluruhan karena motto beliau adalah...."Kurangi Kompetisi, perbanyak Kolaborasi antar daerah".
Jika Indonesia ingin lebih baik, pilihlah pemimpin yang lebih baik.
Jika ego menghalangi kita, sehingga kita lebih memilih capres yang prestasinya biasa saja, maka jangan bermimpi Indonesia bisa jadi negara yang luar biasa. Itu hubungan kausalitas biasa. Wajar Indonesia tak bisa maju jika memilih pemimpinnya pun bukan pemimpin yang terbaik, yang paling mumpuni.
Negara ini dulu biasa-biasa saja karena pemimpin yang kita pilihpun biasa-biasa saja, tidak menonjol, bahkan seperti membeli kucing dalam karung, tak tau track recordnya seperti apa karena belum pernah memimpin daerah manapun.
Jadikanlah pengalaman masa lalu itu jadi pelajaran, keterpilihan pak Jokowi itu contoh. Hasilnya baik, karena kita tahu track recordnya pun baik sejak sebelum menjadi Presiden.
Maka, pilpres 2024 pun menjadi pertaruhan. Apakah kita belajar dari masa lalu atau tidak.
Bandung, 06 April 2021
#ypidea 2021
0 Komentar