Refleksi Awal Tahun 2021

Selamat pagi Indonesia. Tetaplah bertumbuh jadi lebih baik, lebih jujur, lebih rajin belajar dan bekerja. Isi hari dengan hal-hal yang positif. 


Mari menabur banyak benih amal baik (belajar, beribadah, sekolah, kursus, seminar, menolong orang, tidak merugikan orang, tidak culas, kerja keras, tidak hitung-hitungan kerja, dst), supaya kelak kita menuai banyak kebaikan. 


Hukum alam berlaku. Siapa paling rajin bekerja dan belajar, paling jujur bekerja dst...niscaya kelak dia akan menuai hasilnya sesuai perjuangannya dimasa kini.


Mari kita perbaiki kekurangan kita selama ini, ganti dengan sikap yang lebih baik.


1. Berani memberdayakan diri, berani belajar, berani jujur, berani beramal dst.

2. Yakin dengan potensi diri

3. Optimis punya kemauan dan tujuan hidup

4. Penerimaan, mau mema'afkan, tidak terpengaruh keadaan yang buruk

5. Berpikir dan memahami, mau berpikir keras, menggunakan daya pikir, mengasah otak.

6. Cinta dan Rasa hormat yang mendalam terhadap Tuhan, sesama manusia dan alam.

7. Suka cita, jiwa yang tenang dan hening

8. Kedamaian, rasa cerah yang damai

9. Pencerahan, tercerahkan. Kesadaran murni.


Itulah sikap-sikap positif yang memberi kita banyak semangat dan energi.


Sebaliknya mari kita jauhi hal-hal negatif yang melemahkan kita a.l. sbb :

1. Sombong, angkuh berbangga-bangga, merendahkan orang

2. Marah dan benci, bersikap agresif/menyerang

3. Diperbudak hasrat keinginan 

4. Menarik diri, khawatir dan takut.

5. Bersedih hati, terkurung dalam rasa sesal yang tak terobati

6. Menyerah, putus asa dan apatis (acuh tak acuh), tak punya gairah.

7. Rasa bersalah dan menyalahkan, menghancurkan sesuatu.

8. Rasa malu, merasa tak berharga, menolak sesuatu/seseorang. Tidak pede.


Itulah hal hal negatif yang melemahkan jiwa kita.


Rasa bersalah tidak pada tempatnya, membuat kita murung tak bersemangat lagi untuk bangkit.


Masa lalu yang buruk, yang malas dst. Itu sudah menjadi masa lalu. Kita harus mulai lagi menata masa depan dengan semangat memperbaiki kekurangan kita. 


Jika berdosa, maka segera bertaubat. Jika malas, maka biasakan untuk lebih rajin.


Jika malas baca, mulailah perbanyak lagi membaca, supaya otak kita tidak tumpul. Asah terus otak, akal, hati dengan amal soleh, jauhi pergunjingan, menghina, apatis, tak bersemangat, tak otimis dst.


Hidup harus trengginas, semangat juang tinggi, punya rasa antusias. Jangan banyak mengeluh, mengeluh tanda orang lemah. 


Jangan ah, ih, uh.

............

..................

.................................


Jadilah orang kuat. Tidak mental meminta, tapi mental memberi.


Tidak mental memvonis, tapi mental memahami (berpikir adalah ciri manusia yang membedakannya dengan binatang).


Semakin tak mau menggunakan otak, malas belajar, malas membaca, semakin rendah derajat kemanusiaan seseorang. 


Begitupun semakin malas beramal, semakin malas ibadah, semakin rendah pula nilainya sebagai manusia. Semakin seperti setan.


Jangan suka mencari kekurangan orang. Selalulah berpikir baik, tidak menghina atau merendahkan. 


Jangan negatif, jangan bermental lemah. 


Positif lah. Berprasangka baiklah dan tetap lakukan yang baik-baik.


Tidak mencemooh, tidak memelas, tidak marah, tidak menyerang, tidak membicarakan keburukan orang. 


Mari sama-sama belajar. Jadilah kita bangsa yang pintar, bangsa yang berkualitas, bangsa yang bermartabat, BERADAB, BERILMU, BERIMAN dan Beramal Baik ke sesama.


Menghina orang, tandanya diri kitalah yang hina. Mencemooh tanda kita tidak punya rasa hormat dst.


Kita bukan binatang yang hanya memikirkan makan dan berak.


Kita manusia yang harus beriman, berbuat baik (tidak saling ghibah dll), menolong orang. Memberi semangat kepada hal yang positif, Tut wuri handayani, ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso.


Mendorong kita untuk sama-sama menjadi lebih baik. Sebisa-bisa menjadi teladan untuk anak dan keluarga kita dst. 


Isi kepala, jangan dibiarkan kosong melongpong.


Jangan merasa sudah pintar, teruslah baca buku, teruslah belajar...kita masih bodoh. Karena kita masih bodoh, jangan mudah memvonis orang. Lebih baik husnudzon, lebih baik empathy dan simpati daripada sinis, egois, sombong, marah-marah.


Marah itu bukan sifatnya orang berilmu. Sombong itu bukan sifatnya orang berakhlak.


Seperti ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk. Gak boleh arogan, gak boleh caci maki. 


Seperti kata kang Emil (Gubernur Jawa Barat)...:


"Negara ini butuh lebih banyak pemuda pencari solusi, dan bukan pemuda pemaki-maki". 


Itulah sikap positif.

Majulah bangsaku...

Majulah negeriku....


#ypidea 2021
#RumahKerjaRelawanIndonesia
**Disadur dari berbagai sumber.

Maret 2021

Posting Komentar

0 Komentar