Sikap Nasionalisme para Tokoh Partai dapat Mempercepat Bangsa ini untuk Mencapai Kemajuannya

Sebenarnya, seandainya para tokoh nasional kita ini, para tokoh partai dll, memiliki pandangan yang sama tentang usaha memajukan bangsa dan negara kita, harusnya tugas mereka adalah cukup memastikan pembangunan Bangsa kita ini akan berada direl yang tepat dan sehingga Negara menjadi lebih maju. Hanya itu, Titik gak pakai koma.

Dalam pilpres misalnya. Fokus pemikiran para pembesar partai itu harusnya hanyalah bagaimana mencari figur calon presiden yang terbaik yang sekiranya figur tersebut akan mumpuni, punya track record yang jelas dalam memimpin suatu daerah atau wilayah masyarakat misalnya, dll. Sehingga seharusnya, parameternya pun cukup jelas dan tidak remang-remang. 

Jika suatu figur calon pemimpin negeri ini, belum memiliki kemampuan dalam memimpin suatu wilayah yang berpenduduk atau suatu institusi, maka darimanakah kita dapat menilai kemampuan figur tersebut...?. Memimpin daerah tentu adalah seperti miniaturnya Indonesia, menjadi ajang pembuktian kemampuannya dalam memimpin dan mengelola suatu wilayah yang dipimpinnya dalam rangka untuk mencapai kemajuan dan peningkatan pembangunan di daerahnya atau di institusinya tersebut.

Semakin jelas parameter yang ditetapkan maka akan semakin mudah untuk menentukan figur yang terbaik, yang sesuai harapan bangsa ini.

Hanya satu tujuannya, memastikan bahwa figur tersebut akan mampu mempercepat pembangunan bangsa Indonesia. Tak peduli dari daerah manapun ia berasal, tak peduli dari suku manapun ia, jika memenuhi kualifikasi, memiliki kualitas unggul dan kapabilitas dalam memimpin, maka tak ada alasan untuk tidak mengusung dan mendukungnya dengan seoptimal mungkin, walaupun orang itu datang dari luar partainya sendiri, bukan saudaranya, bukan teman dekatnya, bukan satu suku dengannya, dst. Itulah bisa kita sebut sebagai tokoh bangsa yang sebenarnya, Partai Nasionalis/agamis yang sebenarnya.

Bukan sekedar dilihat dari elektabilitasnya semata, karena suatu elektabilitas yang tinggi, belum tentu mencerminkan tingginya kualitas dan kapabilitasnya. 

Jika visi dan misi setiap partai adalah sama, yaitu ingin menghadirkan Indonesia Raya yang maju dan jaya, maka sebenarnya semua akan terlihat sederhana, tidak menjelimat dalam menentukan calon yang akan diusungnya. Yang kadang harus mengatur trik intrik dll, sehingga mereka dapat mencapai tujuan politik sesaatnya. 

Sangat simple dan sangat mudah dalam menilai calon yang akan disusung. Karena kriterianya jelas dan objektif. Susah itu jika penilaiannya sudah tidak objektif lagi, kepentingan-kepentingan golongan yang diutamakan dst. Ya, tentu itu akan menjadi terasa rumit dan sulit, bahkan harus berseri-seri cerita.

Padahal pemimpin yang terbaik itu mudah ditemukan jika kita sudah punya patokan atau kriteria itu tadi. Tersukses, terhumble misalnya, terkreatif inovatif, tercerdas dan tercepat, hebat dalam memimpin, pintar dalam membangun, progresif, kredibel, amanah, nasionalis, dst. Itu kriteria-kriteria yang jelas ukurannya, jelas seberapa prestasi dan penghargaan yang pernah didapatnya, dst.

Jika pemimpin ideal itu adalah kita beri nilai seratus dari 100, maka cari saja figur pemimpin yang paling mendekati angka 100 tersebut. Kriteria bisa sangat mudah disusun karena semua tokoh nasional itu tentu adalah kumpulan orang-orang yang bersekolah dan berpendidikan tinggi. 

Kriteria pertama apa, kedua apa, ketiga apa. Semua bisa disusun agar dapat dipastikan dalam proses menjaring atau menetapkan satu atau beberapa pigur yang paling pas untuk menjadi nahkoda dari bangsa kita ini.

Rakyat tak boleh dikorbankan hanya demi untuk kepentingan golongan partai atau kelompok. Mengusung capres dan cawapres yang tidak kapabel, tidak cakap, bukan yang terunggul, maka akibatnya adalah Negeri ini tidak akan pernah dipimpin oleh seseorang yang terbaik yang bisa membawa Indonesia menjadi Negara yang terbaik pula. Hanya karena partai tak mau mengusung calon yang terbaik, atau karena suatu partai hanya mau mengusung calon yang berasal dari partainya sendiri. Betapapun ia bukan yang terbaik dari yang ada. Ini saya kira perlu dipertanyakan nasionalismenya, perlu diragukan bela negaranya. Partai yang oportunis, yang segala sesuatu dinilai dari sisi kepentingan partainya semata, walaupun itu tak baik untuk negerinya.


Mari kita lihat kondisi bangsa ini.

Jangankan menguasai dunia, di ASEAN pun kita bisa dan pernah kalah dari Vietnam, Singapura, Malaysia dan Thailand. Negeri-negeri yang tak sebesar Indonesia, negeri-negeri yang tidak sekaya Indonesia. Kenapa itu bisa terjadi...?

Cobalah para tokoh itu merenung dan mencari jawabannya. Boleh jadi hal tersebut terjadi karena kita, para tokoh nasional itu terlalu pragmatis, terlalu picik, terlalu egois dan sehingga tak mau memunculkan tokoh terbaik yang bisa membawa negara kita menjadi negara maju dan sejahtera.

Kuncinya adalah NIAT BAIK. NIAT IKHLAS dari kaum yang diatas itu. Jangan korbankan kepentingan bangsa ini, hanya demi elektoral partainya semata (yang sifatnya kepentingan golongan dan bersifat musiman/sesaat). Hanya untuk kekuasaan partai, hanya untuk ego golongan dst.

Indonesia butuh suri tauladan dari para pemimpin partai dan tokoh nasional itu. Tanyalah ke hati nurani mereka, benarkah mereka bercita-cita ingin menghadirkan Indonesia yang maju dan sejahtera....?!?...

Jawabannnya bisa kita tebak dari cara mereka mengusung para calon pemimpin bangsa ini, apakah objektif rasional...?, ataukah berpikir fraktis pragmatis demi rebutan kekuasaan partai...?!?, dll.

Harusnya dua kepentingan itu sejalan, kepentingan partai adalah kepentingan Nasional. Jika sesuatu itu baik untuk partai, jika dan hanya jika hal itu dipandang terbaik untuk bangsanya. Jangan dibalik, kepentingan negara dikorbankan demi kepentingan sesaat partainya. Partai yang demikian itu sesungguhnya telah mengkebiri Negara, dan akibatnya.....Negara yang mundur maka partai-partaipun akan merasakan akibatnya. Negara gonjang-ganjing, miskin, akan membuat ekosistem perpolitikan yang juga gonjang-ganjing dan lemah dari segala bidangnya, termasuk juga dari sisi keuangannya. 

Pandanglah suatu negara itu seperti sebuah perusahaan besar, dan para partainya adalah pemilik sahamnya. Maka jika negara ini untung besar maka para pemilik saham itupun akan terbawa beruntung besar. Sebaliknya, jika negara ini rugi besar (tidak maju-maju), maka para partaipun akan terbawa imbasnya, tidak maju-maju, semua kita tidak maju-maju. Tidak pernah bisa mengejar Korea atau Jepang. Itu sangat logis bukan...? dan sangat masuk diakal bukan....?.

Jadi, marilah kita semua berpikir secara taktis strategis jangka panjang, berwawasan luas skup Nasionalisme, jangan tergoda untuk berpikir lokal partai, untung sesaat, tapi rugi dalam jangka panjang dan rugi seluruh negeri. Kita tak butuh tokoh-tokoh yang seperti itu.

Benarkah bahwa para elit itu punya cita-cita yang sesuai visi misi bangsa ini...?!?

Benarkah para partai itu bervisi misi bahwa kepentingan Nasional Indonesia diatas kepentingan golongan...?!?


Mari kita lihat jawaban mereka, dari cara mereka menyodorkan para calon pemimpin bangsa yang mereka usung dan akan mereka dukung di pilpres terdekat, 2024. Atau apakah nasionalisme mereka hanya basa basi...?. Siapa yang hanya mementingkan partainya sendiri, dan siapa yang benar-benar jiwa Nasionalismenya diatas kepentingan partainya. Bisa kita saksikan beberapa tahun kedepan ini. 

Sebenarnya, tidak akan ada dilema jika mereka punya visi misi yang sama, yang sama-sama ingin memastikan kemajuan bangsa ini, menjadi bangsa yang cepat maju, yang lebih modern, lebih bersatu, lebih NKRI diatas kepentingan apapun. Apalagi kalau hanya demi nasi bungkus atau sesuatu yang sebanarnya akan mereka peroleh secara otomatis (hukum kausalitas), jika bisa memastikan bangsa ini menjadi bangsa termaju. 

Bangsa kita maju, tentu dunia usaha akan maju, perekonomian akan maju, fulus akan lebih mudah diperoleh baik oleh elit politik maupun oleh kami sebagai rakyat jelata.


Dalam hal ini, pak Ridwan Kamil saya kira sangat pantas untuk menjadi suksesor pak Jokowi di tahun 2024 nanti karena telah memenuhi aspek kriteria sebagai salah satu figur pemimpin tersukses di Negeri ini, baik saat menjadi Walikota Bandung, maupun saat dimasa pandemi sekarang ini yang menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat. Salah satu Gubernur terbaik di Asia.

Sekian dan terimakasih.

Bandung, 05 April 2021

#Rumah Kerja Relawan Indonesia
#RKRI
#ypidea 2021


Baca Juga :

1. Pilih Presiden yang Terbaik

2. Hikmah Pilgub 2018

3. Risk Taker

Posting Komentar

0 Komentar