Iya alhamdulillah. Pemerintah ada usaha terus menerus walaupun ekonomi dunia sedang terpuruk, ekonomi indonesia minus dst.
Perjuangan kang Emil itu sudah melebihi kapasitasnya terutama krn corona.
Dibandingkan provinsi lain memang perjuangan kang Emil lebih cetar. Beberapa kawasan wisata diperbaiki tentu sebagai upaya menyongsong pulihnya ekonomi dan wisata nanti jika ekonomi nasional sdh normal lagi.
Jadi saya kira, cara kita menilai gubernur kita harus proporsional...sesuai kendala pandemi yg ada. Dan kita bandingkan dgn daerah lain yg rata2 tdk lebih baik dari pencapaian pekerjaan kang Emil.
Setahun sblm pandemi kang Emil sdh membangun puluhan jembatan gantung di desa2 yg terisoir. Juga ditahun pertama langsung mmbuat JQR utk membantu masyarakat jompo dan sejenisnya. Juga program perbaikan rutilahu..ribuan rumah bilik yg tdk layak huni. Ini baru ada di era kang Emil. Presiden saja gak buat program seperti itu. Penataan alun2 di kabupaten se jawa barat juga baru di era kang Emil. Penataan ini dilakukan krn jabar adalah provinsi wisata nasional...banyak wisatawan nasional ke jabar. Tentu mrk menghidupkan usaha kecil..pedagang kaki lima, tukang parkir dll.
Hanya karena corona saja semua rencana itu terganggu. Wisata lesu dst.
Jadi punten kang. Mari kita bandingkan dgn gubernur lain. Fakta data atau jumlah penghargaan adalah menunjukkan pengakuan yg berbasis data, bukan asumsi adumsi yg tdk berbasis data.
Ya...tentu hasil pembangunan di jabar, dan diseluruh indonesia di saat pandemi ini memang tdk terasa secara menyeluruh.
Dulu sblm covid pertumbuhan nasional itu sekira 6 persen. Sekarang saat pandemi minus 2 sampai 4 persen. Tentu gak bisa disamakan. Dan itu berlaku scr nasional.
Jadi penilain sinis seperti itu sangat menyakitkan bagi kita yg dulu berjuang untuk kemenangan kang Emil.
Kemenangan kang Emil adalah taqdir Allah. Tu'til mulka man tasyaa' dst. Itu dalilnya. Jadi keterpilihan kang Emil adalah pilihan Allah SWT utk jawa barat.
Program perda pesantren misalnya itu prestasi baru di era kang Emil. Artinya pesantrenpun bisa mndapat dana dari negara. Itu termasuk yg pertama perda pesantren di indonesia. Itu di era perjuangan kang Emil. Juga spp gratis utk sampai SLTA...ini juga baru diera kang Emil walaupun sekarang terputus corona juga.
Corona ini seindonesia bahkan sedunia. Ekonomi lesu. Jadi bukan hanya di jawa barat.
Tapi walaupun corona menerjang. Pemprov jabarmah yg pertama menggelontorkan dana sosial walaupun pembagiannya ada dinamika data yg tdk valid di lapangan dll. Tapi niat baik gubernur kita sangat responsif. Teu cicing.
Jadi saya kira kita harus menjaga hati kita. Jangan karena sebagian kalangan dari relawan yang ada maunya pribadinya tdk terpenuhi dari kang Emil. Justru mereka itu pengkhuanat rakyat jawa barat...ingin diistimewakan dari rakyat lainnya dgn alasan dulu sbg relawan berjuang mati2an utk kemenangan kang Emil.
Mental seperti itu bukan mental yang baik. Relawan itu judulnya juga relawan. Tidak boleh justru merongrong kepemimpinan gubernur yg bisa menjurus penyalahgunaan kekuasaan. Itu sih bukan relawan tapi malah menjadi duri bagi masyarakat jawa barat
Pejuang yg asli itu adalah berkorban tanpa pamrih. Keun milikmah da aya jalana. Bukan dgn merongrong ke pemerintah terpilih...meminta jatah proyek, dll. Itu ungguh bukan zamannya lagi. Itu adalah kolusi nepotisme yg terlarsng hukum bisa membawa kpd urusan KPK.
Jadi menurut abdimah. Mari kita kembali menjadi bagian masyarakat umum. Bahkan kalau perlu, biarlah masyarakat umum yg lebih dulu merasakan pembangunan dan kita relawan cukup nerasa bahagia jika pemprov bisa membuat program2 utk masyarakat tadi.
Itukan tujuan awal kita sbg relawan yakni memenangkan pemimpin yg bisa bekerja untuk masyarakatnya, masyarakat scr umum sesuai situasi kondisi, sesuai keadaan keuangan daerah terutama disaat corona ini.
Itu tujuan kita dulu saat menjadi relawan. Bukan untuk minta jatah proyek dll.
Punten kang memang diluar sana banyak pihak yg kecewa karena itu tadi. Ingin diistimewakan, ingin mendapat jatah dst. Itu bukan tipe kita sbg relawan atau pejuang atau lebih dari itu pahlawan tanpa tanda jasa.
Tugas pemerintah adalah menghadirkan kebijakan dan pembangunan secara makro dan mikro untuk memperbaiki keadaan daerahnya bukan untuk ajang "pemerasan/tekanan", minta jatah. Itu SUNGGUH MEMALUKAN. TIDAK INTELEK.
Punten ieu pangeling ti dulur sajalur.
Emut ka baheula.
Slamet Supriyadi
Menyebut kang Emil tak tahu diri itu adalah tak tahu diri. Kang Emil besar karena kerjanya besar. Kita relawan mencintai beliau karena kerjanya bagus bukan ingin bonus.
Saya tahu darimana asal mula tuduhan tak tahu diri itu. Saya mengikuti berita kelompok peminta bonus. Akang hanya kababawa...kaismeuan.
0 Komentar