Apa itu Agama dan Kenapa Ada Agama. Suatu Perspektif.


Kenapa harus ada agama, apa pentingnya agama dan apa akibatnya tanpa agama. Itu satu kesatuan pertanyaan yang sering menghinggapi benak umat manusia. Apa iya kita butuh adanya agama...?. Dan kenapa kita harus percaya kepada ajaran agama itu...?. Kalau tidak percaya agama lalu apa salah atau apa akibatnya buat umat manusia...?. Dan sebaliknya jika percaya apa yang akan diperoleh oleh penganutnya dst.

Dan kenapa hampir diseluruh dunia, mayoritas umat manusia setidaknya memiliki satu agama atau kepercayaan. Percaya dengan adanya kekuatan luar biasa yang mengitari kehidupan mereka. Dari kepercayaan akan kekuatan Dewa-Dewa, makhluk halus, Jin, Setan, Malaikat, dst. Atau bahkan menyembah matahari (kekuatan dibalik matahari), menyembah berhala (kekuatan supranatural dari benda-benda keramat), dll. Dan tentu saja kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, beriman kepada agama-agama tertentu, ada Islam, ada Kristen, ada Yahudi, Budha, Hindu, Konghuchu, Sinto, Animisme, dst.


Satu hal yang sama dari mereka adalah keimanan akan sesuatu "dzat lain"/kekuatan yang berkuasa diatas mereka. Tuhan adalah kata lain dari Yang Maha Pencipta, Yang Maha Menguasai dst. 

Namun demikian, tak sedikit juga umat manusia yang merasa tak perlu percaya dengan kekuatan-kekuatan supranatural/yang tak nampak oleh mata mereka. Kentut pun tak akan mereka percayai jika saja hidung mereka mampet atau ruksak atau tak terdengar dan tak tercium. Padahal kentut itu ada. Atau arus listrik. Itu perumpamaan bahwa segala sesuatu yang tak nampak itu bukan berarti tidak nyata.

Pun juga dengan keyakinan adanya Tuhan, Jin, Syetan, alam bintang, alam planet, Surga, Neraka, dll. Kita gak bisa melihat dengan jelas apa yang ada didalam bumi betapapun kita percaya pastilah ada sesuatu wujud materi yang menjadi unsur dari yang namanya bumi ini yang ada didasar bumi yang terdalam. Mungkin berupa cairan, benda padat atau mungkin gas dan sejenisnya. Kita gak tahu, tapi kita meyakini pasti adanya.

Surga dan neraka pun kita gak pernah melihatnya, atau bintang dari gugus alam terjauh sana, kita gak bisa melihatnya satu persatu, hanya beberapa saja yang tampak oleh mata atau teropong, dll.

Apa arti dari ilustrasi tersebut...?, Artinya bahwa sesuatu yang tak terlihat, bukanlah berarti bahwa sesuatu itu tiada.

Bahkan suatu berita dari televisi tentang kejadian dari belahan bumi lainnya, atau melalui media tulisan bahwa ada perampokan di suatu kota yang kita tidak bisa menyaksikannya akan tetapi kenapa umat manusia mempercayai dengan berita yang ada itu...?.

Agama itu juga sama. Itu adalah berita juga. Berita yang dibuktikan dengan peninggalan sejarah baik yang berupa benda-benda, tulisan, dll. Kita percaya dengan berita televisi karena itu nyata ada gambar bergeraknya, kita percaya dengan berita photo juga karena adan visualisasinya. Tapi kita juga percaya dengan berita koran yang tanpa gambar atau tanpa video. Dari logika itu harusnya tak ada alasan bagi seseorang untuk tidak tak mempercayai suatu berita tentang Masa Lalu yang berkaitan dengan kemunculan agama, para Nabi dll.

Kita percaya dengan sejarah kemerdekaan suatu bangsa, kita percaya akan adanya kerajaan dimasa lalu. Jika kita percaya dengan adanya sejarah kerajaan atau perjalanan zaman dimasa lalu terkait pemerintahan dll, tentu harusnya kita juga tidak menolak dengan berita tentang para Nabi, orang-orang sakti, orang-orang hebat dimasa lalu. Itu sesuatu yang sama saja sebagai produk berita sejarah, cerita dari zaman yang kita tidak hidup di zaman tersebut.

Kita memang tak menjadi saksi hidup dari semua sejarah itu, tapi kita sangat percaya bahwa dulu ada Nazi, ada Einstein, ada Arsitoteles, dll karena mereka meninggalkan jejak keilmuan yang mereka wariskan dari generasi ke generasi hingga kita bisa tercerahkan oleh ilmu mereka itu semua.

Pun juga dengan peninggalan para Nabi, ada kitab Injil, Zabur, Taurat, Al-Qur'an dll. 

Kita percaya dengan berita keilmuan para ilmuwan dimasa lalu betapapun kita tak pernah bertemu dengan mereka. Harusnya kita juga bisa mempercayai berita yang dibawa para Nabi. Itu adalah sesuatu yang logis, yang aple to aple untuk diperbandingkan. Jika kamu percaya dengan berita si A, lalu kenapa kamu tak percaya berita dari si B padahal dua-duanya sama merupakan berita dari masa silam yang kedua-duanya tak sezaman dengan hidup kita....?.

Jika kamu menolak berita yang tersebar luas, yang bahkan ratusan juta manusia mempercayai berita itu...secara normal orang akan balik curiga jangan-jangan saudara itu tidak normal alias aneh atau ada sesuatu yang hilang dari kamu. Kamu mungkin disebut orang keras hati, orang tak jujur atau bahkan disebut bodoh dst. Kenapa disebut aneh, tak jujur atau bahkan bodoh, karena kamu menyimpang dari kebanyakan umat manusia tadi yang mereka itu lebih pintar dari kamu, lebih zenius dari kamu, lebih sukses dari kamu, lebih baik dari kamu, lebih jujur dari kamu, lebih smart dari kamu, lebih cantik dan ganteng dari kamu, lebih bisa dipercaya dibanding kamu dan teman-teman kamu itu.

Jadi jangan merasa bahwa kamu lebih pintar, lebih benar padahal kamu tak membuat penemuan ilmu, tak juga menjadi presiden. Rata-rata presiden semuanya beragama, rata-rata ilmuwan juga beragama. Pak Habibie misalnya, yang IQ nya 200 beliau beriman kepada ajaran Islam. atau Einstein seorang Yahudi. Mereka jelas jauh lebih jenius dibanding kamu, artinya mereka mempunyai nalar yang lebih baik dari kamu. Diantara mereka bahkan bisa hapal isi al-qur'an, hapal kitab-kitab dan jutaan hadist lengkap dengan silsilahnya. Tak mungkin mereka bisa mudah menghapal semua itu jika mereka itu bodoh. Sementara kamu, menghapal satu ayatpun butuh seharian atau berjam-jam.

Jadi jelas bahwa pembawa berita itu pantas untuk kita percayai karena kredibilitas keilmuan mereka, dan jelas kamu tak pantas dipercayai karena kamu tak mempercayai mereka yang lebih kredibel dari kamu. Itu sesuatu "postulat" yang masuk akal saya kira. 

Ya tentu saja kita mengajak untuk berdiskusi atau berkontemplasi. Bertukar gagasan dan pikiran agar kami bisa menjaga kepercayaan kami dari pemikiran lain yang mendistorsi kepercayaan kami tersebut. 

Tentu saja, ini belum tentu merubah keyakinan orang lain dan juga kami tak mau merubahnya karena kami tak akan bisa merubahnya tanpa hidayah petunjuk dari pemilik hati kamu itu sendiri, Allah SWT.

Dan kami cukup bijaksana karena kami tahu keyakinan orang tak akan pernah sama semua. Pasti ada yang sama dengan kita dan ada juga yang berbeda dengan kita. Ada yang tak mengganggu pemahaman kita ada juga yang mengganggu keorsinilan agama yang kita anut dst.

Beda agama itu memang sunatullah, sudah taqdir dan itu tak masalah buat kita. Yang menjadi masalah adalah jika ada suatu ajaran yang mendistorsi ajaran agama yang kita anut. Itu namanya mengganggu kesucian agama yang kita miliki. Jika mau beda agama kepercayaan silahkan, jangan campur-campur dengan keyakinan kami. Itu sesuatu yang normal. Jika Percaya dengan al-qur'an maka haruslah mereka percaya dengan hadist Nabi. Jika percaya terhadap salah satunya dan menolak yang lainnya maka itu tidak logis dan tidak bisa kami terima karena itu meruksak STRUKTUR/bangunan dari agama kami. 

Silahkan mau percaya dengan animisme itu hak setiap manusia untuk memeluk agamanya masing-masing. Tapi itupun tidak diakui secara syah dinegara kita yang Pancasila yang mana Negara hanya mengakui 6 agama. Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Konghuchu. Diluar 6 itu kami tak mengetahui statusnya, alias tidak terakreditasi oleh hukum atau tata aturan dan ketentuan dari Negara kita. 

Sekali lagi saya perlu menulis ini karena ada sekelompok ajaran yang sudah lama ada, yang sudah kita ketahui sejak lama yang ajaran mereka itu menyimpang dari PAKEM ajaran yang syah yang kita imani selama ini. Itu tentu menjadi kewajiban kita untuk membentengi kemurnian agama kita. Menjaga kesucian ayat-ayat Tuhan yang Maha Agung dari tangan-tangan peruksak atau kaum tersesat.

Sudah pasti jika ajaran itu menyimpang dari ajaran para ahlinya ahli agama, maka kami tak sungkan untuk mencap mereka sebagai ajaran sesat, ajaran peruksak agama dst. 

Kalau mau beragama maka tempuhlah agama itu dari sumbernya agama tersebut bukan dari mereka yang tak ahli dalam agama tersebut. Jika ingin beragama Islam maka wajib belajar ke ulama kyai yang jelas keilmuannya, jago Qur'an. jago hadist. Pesantren. tempatnya dengan ribuan santri, bukan tokoh klenik dengan kitab acuan yang tidak terjamin kebenarnannya. Hasil olah pikir oknum yang biasanya tidak normal atau paranormal atau mendekati seperti penggelut ilmu kebatinan atau dukun yang ahli jampi-jampi harupat yang semua itu bukan merupaka ajarannya para ulama penerus perjuangan Nabi. Kenapa kami menolak ajaran mereka disebarkan, karena ajaran mereka itu telah meruksak ajaran yang kami imani selama ini. Islam katanya tak perlu sholat, islam katanya tak perlu haji dll. Padahal islam hanya tegak jika penganutnya percaya dengan rukun islam itu sendiri yaitu Syahadat, sholat dst. Juga beriman dengan 6 rukun iman dst. 

Jika mengaku islam tapi menolak kewajiban sholat, maka itu sama arti mengubah ajaran islam yang kami anut yang tentu saja menjadi kewajiban kami untuk membuat penjelasan seperti yang kita buat saat ini, dst.

Islam itu adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang meninggalkan ajarannya yang berupa al-qur'an, hadist, dan para ulama sebagai penerus dakwahnya Nabi. Jika bicara Islam maka sudah pasti harus mengacu kepada 3 hal tersebut tanpa mengurangi atau melebihinya. Para ulama tentu mampu merumuskan ijma dan qiyas dari dua sumber primer tadi sebagai penjelasan terhadap hal-hal yang tidak kita pahami secara jelas dari nash alqur'an dan hadist, termasuk dalam ilmu tafsir, ilmu fiqh, ilmu tauhid dst. 

Sangat mudah untuk mengetahui suatu ajaran telah menyimpang dari ajaran islam itu karena ilmu islam sudah baku, sudah dibahas ribuan ulama yang sholeh, yang setingkat pilihan Tuhan/para wali/aulia. Keberadaan mereka di absyahkan secara jelas dalam ajaran qur'an dan hadist sehingga para wali itu memang pilihan Tuhan untuk meneruskan dakwah Nabi dan Rasul. Jadi kita juga harus percaya dengan ajaran para ulama itu, yaitu mereka yang ahli Islam, ahli iman, ahli ibadah, ahli al-qur'an, ahli hadist, ahli fiqh, ahli tauhid dst.

Bukan sekali dua kali kita menemui kaum penyebar ajaran menyimpang itu dan itu bukan sesuatu yang bisa kami terima karena satu alasan tadi...mereka mencederai kemurnian ajaran islam yang kami anut. Jika berbeda nama agamanya, berbeda keyakinan adalah sesuatu yang kami hormati. Beda lagi jika kemunculan ajaran tersebut mencoba merubah-rubah sendi dari ajaran islam ini tentu saja kami akan meluruskannya atau membantahnya dst.


Letakkanlah sesuatu kepada ahlinya. Ahli agama di Indonesia ya para ulama pesantren misalnya, dan yang sejalan dengan mereka. 


Bandung, 12 Agustus 2021


***Tulisan ini belum diedit.

Posting Komentar

0 Komentar