Untuk dapat memahami dalil, maka harus pelajari dulu ilmu nahwu, shorof, balaghoh, tafsir, dll.
Kalau gak punya ilmu itu, ya gak bisa mengartikan ayat sendiri secara langsung dari al-Qur'an. Siapa yang nyuruh kembali ke Qur'an dan Hadist itu sih nyuruh sesat. Gak bisa langsung, tapi harus tanya ke ulama yang ahli agama. .....Fas'al ahla dzikro'...
Mengartikan bid'ah saja salah misalnya, jelas itu akan mengakibatkan salah dalam menjalankan beragama secara keseluruhan. Ada efek domino.
Kalau mau jujur, berani gak menuduh sahabat Umar Bin Khotob pelaku bid'ah dolalah, dan ahli neraka...?.
Kalau mengartikan semua bid'ah adalah dolalah maka sahabat Umar ahli neraka dong...?!?. Karena beliau termasuk pembuat bid'ah.
Terus status perkataan Nabi bahwa sahabat Umar sudah dijamin ahli surga gimana dong...?!?. Berani mendustakan sabda Nabi itu...?!?. Kalau sahabat terdekatnya saja ahli neraka, terus kamu yang mimpi ketemu Nabipun tidak pernah misalnya, merasa ahli surga...?!?
Terus gimana juga dengan sabda Nabi lainnya.
"Man sanna bisunatin hasanatin falahu ajruha wa ajru man 'amala bihaa ba'daha...dst.. ?!?. (HR.Muslim)
Dan hadist...
“Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah kelompok mayoritas (as-sawad al a’zham).”
(HR. Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits Shohih)
Kalau salah dalam memaknai satu hadist "kullu bid'atin..." misalnya, maka akibatnya bisa melabrak dan bertentangan dengan banyak hadist lain dan atau ayat.
Itu seperti mengambil satu tapi menolak 5. Iman kepada satu hadist tapi berani kafir kepada 5 hadist lainnya.
Tapi kalau benar memahaminya maka semua hadist itu sebenarnya tidaklah bertentangan.
Tapi seperti kata Nabi, bahwa setan tidak akan pernah pere. Mereka akan terus menipu sebanyak-banyaknya manusia agar sesat dan masuk neraka.
Wallahu a'lam bisshowaab.
Bandung, 8 Juli 2023


0 Komentar