Era pak Jokowi membangun infrastruktur jalan tol, pelabuhan, bandara, kereta api dan juga bendungan2 untuk listrik dan irigasi, dll.
Itu penting.
Suka gak suka itu beda cerita. Tapi seorang beriman harus...alias wajib...jujur sportif akui prestasi siapapun.
Jangan karena beda pilihan politik membuat kita tak bisa adil menilai orang.
Harus adil itu ajaran agama saya. Islam.
Bukan karena partainya dll. Tapi lihatlah kinerjanya. Bandingkan dengan lawannya.
Maka pilpres kapanpun yang pertama dinilai itu harus prestasi atau kualitas pigurnya. Baru jika setara maka lihatlah partainya dll.
Kalau prestasi seseorang ternyata bagus dan oke. Mau cari yang gimana lagi...?. Jangan cari yang lebih buruk. Kan harusnya begitu.
Iman dan Islam itu mbok ya dipakai. Presiden yang terpilih, siapapun itu pasti sudah kehendak Allah swt. Tu'til mulka man tasya....dst.
Kalau sebelum pemilihan bolehlah ber beda pilihannya, tapi kalau sudah ditentukan pemenangnya, apakagi sudah dilantik ya WAJIB bagi warga untuk menhormati taqdir ALLAH. WAJIB untuk menTA'ATI PEMIMPIN terpilih, KECUALI jika pemimpinnya NYURUH TAK SOLAT, melarang taqwa, dll.
Begitu pula untuk ajang pilpres yang selanjutnya juga perilakunya sama. Acuannya sama. Kita harus objektif, harus rasional dalam menentukan pilihan. Lihat kualitas calonnya, prestasinya dst.
Seperti sabda Nabi Muhammad saw. "Serahkanlah urusan kepada ahlinya. Jika tidak, maka tunggulah kehancurannya".
Rakyat memang harus tambah terdidik, tambah cerdas. Tambah wawasan, tambah jujur, dst.
Pilpres adalah untuk memilih presiden terbaik, bukan memilih ulama terbaik, atau ketuapartai dll.
Harus dipilih yang punya KUALITAS KINERJA JUARA agar nasib bangsa semakin baik. Kemiskinan, sampah, ketidak adilan, kesenjangan, dst harus diatasi.
Tujuan kepemimpinan nasional adalah untuk membangun bangsa dari Sabang hingga Merauke, bukan untuk adu golongan dll.
Ingat tugas utama pemimpin negara adalah memajukan bangsa dalam segala bidang sesuai 5 sila dari Pancasila dan UUD 45 beserta turunannya.
Kalau kita memilih atas dasar like and dislike maka itu menanam dosa namanya. Memilih keburukan untuk bangsa. Itu adalah termasuk pemilih yang tidak amanah, tak adil menilai, merugikan kepentingan umum, dst.
Kecuali orang gak ngerti masih bisa dima'afkan. Orang gak ngerti mah bebas.
Tapi ya kalau kita pernah sekolah apalagi sekolahnya lama dan tinggi ya harus bisa memilih dengan baik. Analisanya harus sebaik-baiknys. Pilihannya juga harus logis, rasional, objektif dan apalagi orang beriman harus jujur, sportif, adil amanah dalam menilai dan memilih.
Jangan dustai rakyat, jangan bohongi jiwa.
Pemimpin terbaik bisa dinilai dari kinerjanya, prestasinya trek rekornya dst.
Ridwan Kamil untuk Indonesia lebih maju. Aamiin
Bandung, 3 Agustus 2023
0 Komentar