Ikuti Jumhur Ulama, Ikuti Jumhur Umatku

Tanda bahwa ajaran itu diyakini kebenarannya adalah apabila amalan tersebut dilakukan oleh jumhur ulama, jumhur umatnya nabi Muhammad SAW. 

Termasuk juga dilakukan oleh mayoritas para HABAIB para keturunan Nabi Muhammad SAW. Bukti bahwa para habaib adalah bagian dari jumhur umat Islam, atau bahwa jumhur umat ini bersesuaian dengan pemahaman para habaib adalah bukti autentik yang menunjukkan kesohehan pemahaman mereka.


Nabi Bersabda "Jika kalian ingin selamat maka ikutilah jumhur umatku karena jumhur umatku tak akan bersepakat dalam pemahaman sesat"


Bahwa Nabi membanggakan jumlah umatnya sebagai umat terbanyak jika dibandingkan dengan umat Nabi manapun adalah petunjuk lain yang memperkuat hadist pertama tadi. Umat Nabi terbanyak, umat nabi yang jumhur, umat Nabi tidak sedikit. Tak mungkin Nabi akan membanggakan jumlah umatnya yang banyak itu, yang teranyak itu jika umatnya tidak banyak.


Maka dari dua hadist ini saja sudah jelas menunjukkan kepada kita, bahwa bathil perkataan sebagian orang yang menyatakan kebenaran itu tidak diukur oleh jumla mayoritas.

Perkataan mereka itu sebagaimana perkataan sayyidina Ali Karamallahu Wajhah...beliau menyatakaan..."qauluhul haq, yuriidu bihal baathil. Perkataan khawarij wahabi dll itu seolah benar akan tetapi secara esensi adalah bathil alias salah dan menyesatkan.


Betul bahwa kebenaran itu tidak diukur dari jumlah penganutnya.  Akan tetapi dalam hal tertentu sebagaimana sabda Nabi tadi maka berlaku ketentuan tersebut...Jika kalian ingin selamat ikutilah jumhur umatku, karena jumhur umatku tak akan bersepakat dalam kesesatan".

Itu adalah jaminan Nabi bahwa umatnya itu bukan umat kaleng-kaleng. Mereka beragama dengan ikhlas, menjaga agama dengan ikhlas, lillaahi ta'aala. Nabi membanggakan jumlah umatnya yang banyak itu, yang mayoritas baik-baik. Agama ini telah membentuk karakter akhlak keimanan umatnya dengan sangat kuat mengakar. Bukan beragama sekedar gaya atau ikut-ikutan atau karena dibayar, digaji, dst.


Umat Islam yang mayoritas itu, atau mayoritas kaum muslimin itu mereka beragama adalah murni karena mendapat hidayah dan taufik yang Allah karuniakan kepada mereka atas berkat do'a Nabi sendiri, atas do'anya para ulama, para sahabat, para penerus dakwah Nabi Muhammad SAW.


Sebaliknya kaum minoritas, atau segelintir orang yang mengaku umatnya Nabi akan tetapi menyelisihi jumhur ulama, bertentangan dengan jumhur umatya Nabi, bertentangan terhadap sabda Nabi tadi. Mereka merasa benar mereka menuduh kaum muslimin yang mayoritas itu sebagai ahlul bid'ah dst. Secara langsung sesungguhnya mereka sedang MENOLAK sabda Nabi tadi...."jika kalian ingin selamat, ikutilah jumhur umatku karena jumhur umatku tak akan bersepakat dalam kesesatan".


Dilain kesempatan, disaat persiapan menghadapi peperangan yang kemudian dikenal sebagai perang khandaq....ada kejadian pada waktu Nabi dan para sahabat sedang membuat parit perlindungan (benteng) disekeliling kota Madinah. Pada saat itu alat cangkul yang digunakan oleh Nabi membentur bebaatuan sehingga menimbulkan percikan api.

Singkat cerita...Nabi menyatakan bahwa akan ada bangsa dari timur jauh yang mereka mencintai Nabi, memeluk Islam dengan sangat baik, dst.

Itulah bangsa kita, karena bangsa kita adalah bangsa kaum muslimin yang ada di timur jauh, tak adalagi bangsa timur jauh selain kita, sebagai mbangsa kaum muslimin yang selain mencintai Nabi, dicintai Nabi, dibanggakan Nabi, juga jumlahnya terbanyak didunia.


KLOP sudah semua sabda Nabi adalah perkataan sebaik-baik perkataan yang pernah diucapkan oleh umat manusia sepanjang masa. Yang perkataan beliau itu bak mutiara, penuh makna, penuh i'tibar, bahasa berkualitas tinggi yang berkelas tinggi melebihi bahasanya para mahasiswa, melebihi bahasanya para kaum intelek. Bahasa tertinggi yang pernah dituturkan oleh manusia manapun. Itulah sabda Nabi yang bak mutiara, penuh makna, dan bukan bahasa TK, bukan sekedar bahasa cangkang yang minim makna.


Bahasa Nabi adalah bahasa sastra tingkat tinggi. Ia mengandung makna, siloka, dll...yang untuk memahaminya harus dibekali oleh kemampuan berbahasa yang tinggi pula.

Bahasa Nabi boleh terlihat sederhana, tapi dibalik itu terkandung makna yang paripurna. Maka bahasa Nabi atau hadist Nabi apalagi ayat Suci Al-Qur'an tak selalu bisa dicerna oleh kaum JUHALA. Kita akan membutuhkan ilmunya para ulama agar bisa tersampaikan makna yang dikandung darinya. 

Bahasa Nabi bukan sekedar bahasa tekstualitas yang dangkal. Bahasa Nabi adalah bahasa yang mengandung ilmu yang luas, kedalaman makna, dst. 

Kita belajar ilmu bahasa. Baik itu bahasa kita sendiri seperti bahasa Indonesia. Kita mengenal bahasa intrinsik, kita belajar linguistik, kita belajar semantik, kita belajar tata kata, kita belajar, tata bahasa, kita belajar cara membuat kesimpulan. Begitu juga bahasa Arab, ada ilmunya. Ada ilmu Nahwu, ilmu Shorof, ilmu mantik, ilmu balaghoh, dll.

Jadi dalam memahami bahasa apapun tidak bisa sekedar cangkangnya. Harus diusut secara mendalam, dianalisa secara konfrehensif maknanya. Bukan sekedar terjemahan atau makna tekstual. Ada bahasa sindiran, ada bahasa lugas, ada bahasa singkat padat, ada bahasa panjang lebar, dll.


Kullu bid'atin dholalatin...misalnya. Harus dimaknai oleh kedalaman dan keluasan ilmu. Ia tidak cukup dimaknai oleh apa adanya karena harus dicek dulu dari banyak hadist lainnya.

Ada hadist lain yang juga tak boleh DINAFIKAN, tak boleh di INGKARI. "Man sanna bisunatin hasanatin, falahu ajruha, wa ajru man 'amala biha". Ada juga hadist lain yang menerangkan bid'ah hasanah dilakukan oleh para sahabat. TErmasuk dilakukan oleh para sahabat utama, Sahabat Umar, sahabat Utsman, sahabat Ali, sahabat Abdurrahman bin Auf, Amru bin Ash, Abdullah bin MAs'ud, Abdullah bin Umar, dll. MEreka semua melakukan bid'ah hasanah. Melakukan amalan yang tak pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Adzan Jum'at dua kali adalah amalannya kaum muslimin yang tidak dilakukan oleh Nabi tapi dilakukan oleh semua sahabat Nabi sejak era khalifah Utsman atau Umar dan Ali.

Tarawih 23 raka'at adalah tidak dilakukan oleh Nabi tapi dilakukan oleh semua pengikut Nabi. Dilakukan oleh semua kaum muslimin di era sahabat hingga hari ini dilakuakn oleh jumhur ulama, jumhur umatnya Nabi Muhammad SAW. 

Hanya segelintir orang yang menolak adanya bid'ah hasanah itu. Mereka entah umat siapa, mereka entah anak murid siapa. Yang kita tahu dari sejarahnya, mereka adalah pengikunya muh. abdul wahhab annajdi. Ia adalah seorang yang berlumuran darah, membantai kaum muslimin, membanai anak-anak, kaum wanita, kaum jompo yang tak berdaya dll. Mereka adalah gerombolan penghasut, yang memberontak terhadap daulah Islamiyah yang berlaku saat itu...mereka bekerja sama dengan imperialis barat dalam meruntuhkan negara kaum muslimin....memberontak dari khilafah Turki Utsmani.

Itu sejarah. Fakta sejarah dan fakta realitas hari ini.

Dan fakta sebagai diterangkan dalam banyak hadist Nabi tentang kemunculanny dari nejd, dengan ciri-ciri yang disebutkan dalam banyak hadist, diterangkan ribuan ulama.

Fakta juga bahwa pada akhirnya mereka akan diruntuhkan oleh Imam Mahdi. Imam Mahdi akan membebaskan kota Mekah dan kota Madinah di Jazirah Arab dari tangan yang tidak berhak yang saat ini menguasai kedua kota suci tersebut. Kerajaan Saudi Arabia.


Kita orang belajar. Kita orang sekolah. Kita orang mesantren. Kita orang membaca sejarah. Kita bisa membuat analisa. Kita bisa membuat penelitian. Kita belajar metode penelitian. Kita belajar membuat kesimpulan. Kita belajar adalah supaya kita menjadi lebih pintar, bisa menggunakan akal sehat, bisa menggunakan ilmu, mencari kebenaran dst.


Agama adalah untuk orang yang berakal. Orang tak berakal dibebaskan dari kewajiban beragama. Karena agama mensyaratkan tamyij dan berakal. Adalah tiada lain dan tiada bukan karena orang tak berakal atau orang yang tak bisa menggunakan akal, mereka TAK AKAN BISA MENJALANKAN AGAMA INI DENGAN SEBAGAIMANA MESTINYA.

Hanya orang berakal yang bisa menelaah.

Hanya orang berakal yang bisa membedakan mana yang benar mana yang tidak benar.

Hanya orang berakal (berakal artinya menggunakan akalnya), yang bisa memahami agama dengan baik.

Berapa banyak ayat al-Qur'an menekankan pentingnya akal ini..."la'allakum ta'qiluun"....moga-moga kalian menjadi pintar, berakal, dan mau menggunakan akal.

"la'aallakum tursyiduun", moga-moga kalian tercerahkan akalnya dan hatinya. 

"Ta'qiluun"...mu tak maau kita harus membuat otak kita cerdas, mau menggunakan daya nalar kita, mau menggunakan otak pemahaman kita semaksimal mungkin. Makanya beda...antara ulma yaitu mereka yang mau memaksimalkan akal pikirannya, memperlajari agama sejara utuh menyeluruh dengan para JUHALA yang tak mau bersusah payah memaksimalkan potensi akalnya, yang menghindari penggunaan akalnya.

Tak berbeda orang tak berakal dengan orang yang tak menggunakan akal. 

Tak berakal artinya ia tak sanggup menggunakan akalnya. Orang gila misalnya, ia punya otak, tapi otaknya tak berfungsi.

Orang tak menggunakan akal, ia punya kesadaran akal dan punya otak, akan tetapi ia tak mu menggunakan akal dan otaknya itu. 


Oraang gil tak menggunakan otaknya karena dia konslet.

Ada orang punya otak bukan karena otaknya konslet, tapi karena mereka menolak untuk menggunakannya. Itu lebih menyedihkan. bahlul namanya.


Kembali ke leptop....!

Agama ini perlu dipahami, agama ini perlu dicerna. Oleh karenanya ia butuh ulama. Oleh karenanya Nabi bersabda..."Jika kalian ingiin selamat maka ikutilah jumhur umatku..."


"Wallahu a'lam bisshowaab..."

Demikian Sasereh sabeaseun...semoga bermanfaat buat kita semua. aamiin

Bandung, 24 Juli 2024



Posting Komentar

0 Komentar