Make it Your Journey
Entah ada
angin dari mana, tiba-tiba semua temanku ingin mengajakku kembali ke
Pangandaran. Aku sebenarnya ragu karena aku sudah ada rencana lainnya. Setelah
meliwati pemikiran yang cukup matang, baiklah aku akan bersedia menemani
mereka. Terlebih Pangandaran kali ini bukanlah Pangandaran yang seminggu yang
lalu.
Jadi jelas ini akan menjadi liburan yang menyenangkan juga dan menjadi
kelanjutan episode sebelumnya. Kalau minggu lalu aku ke Teluk Pangandaran
wilayah Cijulang maka kali ini adalah ke Pangandaran itu sendiri. Jadi okelah
ini akan menjadi cerita yang juga sama menariknya.
Hari
sebenarnya tidak dimulai dengan cukup cerah walaupun Matahari bersinar seperti
biasanya, masalahnya adalah karena aku punya dua rencana yang mana aku harus
menentukan salah satunya secara benar dan tepat, tapi itu tak akan bisa sebab
kalau aku pilih salah satunya maka aku telah berbuat salah, dan jika aku
memilih lainnya itu jelas menyalahi rencanaku tetapi itu kalau aku tetap dengan
rencana awalku maka mungkin itu masih bisa dilakukan dilain hari.
Jadi baiklah
pilihan ini bukanlah pilihan yang tak berdasar sama sekali. Hidup ini tentu
adalah berupa pilihan, dan kita masih bisa bertindak secara dinamis tak perlu
terlalu kaku dalam menghadapinya.
Hidup harus tetap melaju kedepan, spion hanya
diperlukan sesekali saja untuk memastikan langkah kita masih tetap aman
kedepan.
Dan seperti
biasanya di hari Sabtu, jalannya waktu memang selalu terasa berbeda dari hari
lainnya. Dikatakan libur gak bisa dikatakan hari kerja pun nyatanya gak juga.
Dan mungkin setiap orang juga akan punya persepsi yang berbeda-beda, jadi ini
sabtu pun sama seperti sabtu-sabtu lainnya penuh ketidak pastian. Hanya hadir
setengah jiwa.
Jam satu
tigapuluh waktu Bandung, acara kondangan sudah selesai dan kamipun bersiap
untuk perjalanan trip to Pangandaran.
Sudah
menjadi taqdir bahwa perjalanan kali ini harus terjadi. Karena kami sudah sepakat
dan kami sudah bersiap untuknya. Semoga ini akan menjadi perjalanan yang baik
buat kami semua. Amin.
Waktu memang
tak terasa berjalan, kalau menurut almarhum pak Kyai Zainudin MZ sih waktu
adalah tau-tau. Tau-tau ini sudah jam ashar lagi waktu Riung Bandung, maka kami
pun sudah siap caw going to Pangandaran.
Bismillah kamipun berangkat via
Majalaya-Cicalengka. Ini memang lebih jauh tetapi kami tidak mau terjebak
kemacetan Cibiru-Rancaekek yang menyakitkan itu.
Satu jam
setengah kami berjalan hanya baru sampai Nagreg. Ini benar-benar melelahkan
karena seharusnya cukup setengah atau paling lama ¾ jam lah.
Kapan kiranya kita
bisa terbebas dari kemacetan yah...?!. Harusnya pemerintahan kita bisa membuat
rakyatnya terbebas dari siksaan perjalanan yang macet di setiap hari. Itu kan
tugas negara dan bangsa. Kami hanya bisa mendo’akan dan mendukung sajalah.
Perjalanan
sudah pasti akan menembus malam yang gelap. Jam 19.00 wib kami baru sampai
daerah Ciawi Tasikmalaya.
Tiba-tiba motor teman mengalami sedikit kendala pada
rantai nya yang terlepas dari gearnya, mungkin karena terlalu berbeban berat
sehingga rantai menjadi kendor. Setelah kami memasangnya kembali kamipun
berangkat lagi dengan sedikit berhati-hati karena rantai masih terlihat kendur,
sehingga kami perlu bantuan bengkel.
Sesampainya
di sekitar Rajapolah kamipun bisa menemukan bengkel yang masih buka, sehingga
rantai motor teman ku itu bisa diperbaiki lagi sebagaimana mestinya.
Perut sudah
mulai bicara keras, kami tentu harus segera mengisinya. Untunglah sepanjang
jalan Tasikmalaya ini banyak ditemukan Warung Nasi atau Rumah Makan.
Singkat
cerita kamipun sudah tiba di Banjar pada pukul 20.30 wib. Tanpa berhenti lagi
kamipun tancap gas menembus kegelapan malam minggu yang kelabu ini, hingga
melewati daerah Banjarsari dan masih terus melaju, sebenarnya pantat kami sudah
terasa panas dan pegal sehingga kamipun terpaksa harus berhenti lagi di daerah
Kalipucang untuk memberi kesempatan darah kembali lancar ke pinggul dan paha.
Setelah
dirasa cukup mencair, dan adem kami pun melanjutkan perjalanan yang masih
tersisa sekira 30 km lagi. Gelapnya malam dan rintik hujan tidak membuat
semangat kami mengendur, malah sebaliknya. Gas kamipun dibetot lebih dalam
lagi. Dan alhamdulillah sekitar tigapuluh menitan kamipun sampai di Pangandaran
pada pukul 23.00 wib.
Aku sendiri
sepertinya baru “ngeh” kalau suasana pantai Pangandaran ini begitu riuh oleh
berbagai suara live music dan ramai oleh hilir mudiknya para pewisata lokal
yang sedang menikmati panjangnya malam ini. Ada banyak sepeda hias yang itu
ternyata masih seperti dua tahun yang lalu.
Aku sebenarnya sudah tak mengira
akan sama seperti dahulu. Jadi ini tetap menjadi kejutan buatku. Ah pangandaran
memang tercipta untuk menjadi tempat buat orang menghabiskan waktu dengan
senang-senang. Kalau sesekali mungkin itu tak mengapa karena kita tentu butuh
keseimbangan hidup asal jangan tergoda dalam kemaksiatan saja.
Lelah akibat
perjalanan panjang, kamipun ingin segera mendapatkan tempat penginapan agar
supaya bisa cepat istirahat dengan lelap.
Tak perlu
lama kamipun sudah mendapatkan penginapannya, walau bukan di lokasi pavorit
tak mengapa asal kamarnya cukup luas dan berfasilitas memadai ada ac dan air
panas air dingin untuk mandi.
Jangan sampai kami “kabelejog” lagi seperti waktu di Santolo tahun lalu, dibilangnya sama
si bapak tua itu ada air panas air dingin eh ternyata air galon dan disfenser. Lucu banget kalau inget kejadian waktu itu.. bikin geli-geli mak nyus....!., tapi kami memaafkan si bapak,
namanya juga orang tua tak seperti orang muda kan...?.
Ternyata
tempat penginapan kami kali ini cukup memuaskan walaupun ada fasilitas ada
harga tentunya. Okelah kamipun sudah merasa cocok dan pas, dan akupun tidurlah
dengan segera.
Sementara
aku tertidur dalam kasur yang empuk, tiga teman kami lainnya pergi entah
kemana. Kukira mungkin mereka cari makanan seperti biasa atau mungkin sekedar
cari angin yang sebenarnya cukup berlimpah diluar sana. Sementara aku sendiri
lebih memilih istirahat karena begadang itu sedikit sekali manfaatnya. Lagi
pula aku masih selalu teringat lagu dari bang haji, intinya adalah begadang itu
tak baik untuk untuk kesehatan, kecuali kalau ada perlunya.
Begadang
jangan begadang kalau tiada artinya....
Begadang
boleh saja.....
Kalau ada
perlunya...
Telolet om
telolet....
Akupun
tertidur lagi....
Malam
sebenarnya terasa berat, hanya ada sedikit waktu untuk pulas, selebihnya saya
kira banyak “lilirnya” dibanding lelapnya. Itu bisa dibuktikan karena aku masih
lebih sering mendengar obrolan teman yang sedang main kartu remi dibanding
mimpi yang indah.
Ah suara-suara mereka itu telah membuatku tak mampu istirahat
dengan sempurna, tapi minimal bagian tubuh lainnya mendapat kesempatan untuk
istirahat semisal kaki, pinggang dan leher semua bisa sedikit rileks.
Akupun
coba untuk bisa tidur dengan lebih lelap, kadang berhasil kadang tidak
berhasil.
Tak terasa, waktu
pagipun sudah tiba, untunglah masih bisa ada waktu untuk sholat subuh.
Mandi sudah,
gosok gigi sudah, ganti baju pun sudah akupun pergilah ke pantai bersama satu
temanku, sementara dua lainnya masih terlelap dalam tidur yang berkepanjangan.
Pagi Pangandaran
kayaknya tidak berubah dari sejak dahulu kala, itu mungkin ya...sebab aku tidak
setiap tahun kesana. Terutama setiap aku pergi kesini selalu saja bertepatan
dengan liburanya banyak orang. Ya iyalah emang cuma aku saja yang liburan...?.
lebay...
Aku mengira
pagi ini kamilah yang bangun terlalu pagi ke pantai, tapi ternyata disana sudah
ada ribuan manusia yang bahkan sudah berbasah basah main air.
Setiap meter
pantai dipenuhi orang maka kamipun hanya bisa jalan-jalan menyusuri sisi pantai
ke arah yang lebih sepi. Tapi semakin
sepi memang suasananya juga semakin kurang enak. Kamipun memutuskan untuk
kembali ketempat semula.
Kami jalan saja secara lurus dibibir pantai, tapi
mungkin entah karena pantainya yang melengkung atau entah karena ombaknya yang
semakin naik, lama kelamaan tak terasa kami semakin mendekat ke bibir ombak. Yang semula kami jalan ditempat yang kering lama kelamaan semakin ketengah, dari
setumit, kemudian sebetis, sedengkul, sepaha sampai kemudian aku tak kuasa lagi
untuk menahan diri untuk tidak menceburkan diri ke ombak yang membuih.
Air pantai
dengan pasir yang sebersih ini, memang tak akan pernah membuatmu sanggup untuk
tidak bermain air. Terlalu asyik untuk membuatmu tetap kering. Bermain air
adalah satu kepuasan tersendiri. Dan bermain ombak adalah kepuasan tingkat
berikutnya.
Pantai
memang selalu begitu, terutama pantai yang berombak dan berpasir serta seindah
pantai Pangandaran ini. Memang suasananya selalu begitu, walaupun segala hal
telah berubah disini, tetap saja permainan air dan ombak adalah pesona
tersendiri.
Kalaupun semua berubah ya
karena hanya perubahan itu sendiri yang tidak pernah berubah. Dulu lebih muda
sekarang sudah tak semuda dulu lagi. Kalau dulu main air hujan kita senangya
dan juga menyehatkan kita, tapi sekarang malah tidak menyenangkan dan membuat
kita jadi sakit.
Coba kita
ingat masa kecil dulu, dengan air hujanlah kita bisa menjadi sehat karena
dengannya kita bisa lebih aktif bergerak, berolahraga, berlari-larian dan
bahkan bermain bola.
Coba kalau hal itu kita lakukan sekarang maka tiada lain
ganjarannya selain sakit kepala, migren dan batuk pilek. Bukan senang malah
jadi sakit akibatnya. Itulah perubahan.
Setelah
begitu puas kami bermain ombak, akhirnya dua teman yang kami tinggalkan tadi
muncul dari kejauhan yang masih kelihatan bingung dengan apa yang harus meraka
perbuat.
Mengamati suasana pantai yang
riuh, atau mungkin memikirkan dan takjub akan luasnya lautan dan pasir disini,
serta mungkin melihat sinar mentari yang sudah menaik tinggi.
Tak taulah, tapi
walau begitu mereka pantas mendapat pujianku karena kelihatannya mereka lebih
mirip seperti bayriders atau baywatch yang mungkin kesiangan.
Orang mah
sudah sedari pagi ada dan bermain dipantai, atau menjaga keamanan dan
keselamatan pengunjung pantai, eh mereka baru saja muncul dengan gayanya
seperti anak pantey atau mungkin berlagak ala bayriders abal-abal.
Tugas mereka
kini adalah patroli ke sekitar lepas pantai yang luas itu, bukan lagi disini
dibibir pantai dengan berbasah-basahan.
Maka akupun memutuskan untuk menemani
mereka ke lepas lautan. Dengan berbekal perahu yang ada kamipun menyusuri ombak
dan lautan untuk mengamati sekitar teluk Pangandaran ini.
Bukan, sebenarnya
bukan untuk patroli sungguhan, ini adalah patroli bohong-bohongan.....
Ombak yang
bergelombang dengan dahsyat menggulung pantai dan apa saja yang ada di sekitar
pantai. Untung saja kami sudah tak merasa gugup lagi dengan semua itu. Walau
sesungguhnya tak bisa dipungkiri rasa khawatir perahu terbelah dan terguling
sih tetap ada. Tapi bukan bayriders namanya kalau kami harus takut dengan semua
itu.
Ah kayak
yang beneran saja sih....!
Memang sih
kami tak mengira kalau ombaknya itu segede demikian, hingga kalau kita lihat
perahu-perahu lainnya yang ada itu seperti semuanya diombang ambing lautan dan
sesekali lenyap dibalik gelombang dan kemudian muncul ke puncaknya.
Benar-benar
gelombang laut selatan yang sangat bergelora dan sangat bersemangat. Bahkan menurutku
terlalu bergelora.
Aku kira aku baru kali ini ada ditengah “badai” lautan yang
sebesar ini. Tapi kapten kapal kami terlihat biasa saja dan walau aku melihat
ada sedikit kekhawatiran diraut muka beliau.
Aku berpendapat ini pasti berada
diluar biasanya. Ada pusaran ombak yang bergelora. Sungguh amazing, dan
mengerikan.
Gelombangnya itu bagaikan lipatan-lipatan air yang besar dan
bagaikan ada tumpukan bukit-berbukit dilautan yang ganas ini.
Ah kali ini
kelihatannya kalian wajib untuk percaya kepadaku, betapa besarnya ombak yang
ada di lepas pantai Pangandaran ini, itu baru akan kamu ketahui kalau kalian
berlayar ketengah lautan seperti kami lakukan kali ini.
Bukan sekedar
menyebrang menuju ke pantai Pasir Putih tetapi lebih ke selatan lagi menuju Gua
Lalay dan gugusan karang di semenanjung Pangandaran ini. Mereka tak
henti-hentinya menghempas batu karang, dhum...dhum,,,dlhur, begitu
suaranya....itu sangat keras dan menggelegar.
Sudah cukup
puas dan dengan sebab keamanan, maka kamipun segera balik haluan menuju ke
pantai pasir putih yang air dan ombaknya jauh lebih tenang.
Pasirnya
memang tetaplah putih dan bersih begitupun airnya cukup jernih dan bening. Tapi
ada satu hal yang menurutku sudah berubah disini, yaitu taman lautnya. Kok aku
tak bisa melihatnya lagi....?, apakah aku salah lihat atau salah tempat...?,
aku kira aku tak salah lihat juga tak salah tempat.
Dahulu kala ditempat
sekarang ini berada dibawah didasar laut ini kita bisa melihat terumbu karang
yang berwarna-warni beserta ribuan ikan hias yang indah-indah ada disana. Tapi
kenapa kali ini aku tak bisa melihatnya lagi....?. ataukah kapten kapal kami
terlalu tergesa-gesa untuk menarik sewa berikutnya...?,
ah biasanya selain
mereka sebagai kapten kapal atau dalam hal ini perahu, mereka juga berperan
ganda sebagai pemandu atau guide bagi para pelancongnya. Tapi kali ini
sepertinya mereka dikejar-kejar waktu dan kami jadi korbannya.
Ah aku belum “ngeh” apa yang sebenarnya terjadi,
sayang aku lupa menanyakannya karena kupikir mungkin ini sudah merupakan
tatakerja atau SOP yang baru disini.
Hanya saja itu menjadi ganjalan dalam
benaku kemudian. Kok gak adalagi sensasi taman lautnya...?..aku benar-benar
terus mempertanyakannya dalam hati kecilku. Tapi sang guide sudah terlanjur
pergi, dan baiklah kita berpaling ke pasir putih dan satwa liar yang ada di
sini.
Kalau dulu
aku bisa bertemu dengan rusa liar, kali ini justru kami bisa bertemu dengan
seekor bayawak besar yang nampaknya berani berdekat-dekat dengan manusia.
Mungkin lain waktu aku berharap bisa melihat banteng atau mungkin macan
tutul...?. ah asal aman dan selamat tentu itu tak jadi soal kan...?.
Kamipun
terus menikmati indahnya pantai ini, bermain air dan kemudian bermain pasir dan
bersantai di pinggiran pantai yang bertudung pepohonan yang cukup rindang ini
kamipun tiduran dan melepas lelah dan penat untuk setahun yang lalu. Ah gak terlalu
begitu juga sih.
Memang sih
selain keindahan yang ada, terdapat beberapa yang masih mengganjal dalam
benakku, yaitu soal terumbu karang dan taman lautnya serta kenapa disini kok
ada dibiarkan kapal besar yang karam diatas terumbu karang ini...? tidakkah itu
akan merusak keaslian dan keutuhan serta keanekaragaman biota hayati di pantai
ini...?..
ah aku sih cuma tak berharap adanya kerusakan saja dipantai yang indah
dan mahal ini. Hanya itu saja. Kita selalu berharap agar kekayaan tempat wisata
ini bisa terus lestari hingga bisa dinikmati oleh generasi-generasi setelah
kita semua.
Dan kita juga sama harus bertanggung jawabnya, maka jagalah
lingkungan kita. Jangan suka membuang sampah sembarangan dan merokoklah pada
tempatnya jangan mengganggu orang lain.
Juga sikap disiplin lainnya, itu yang
harus kita sama-sama lebih belajar lagi dan mempraktekkannya. Agar kita bisa
menjadi kumpulan manusia yang beradab dan berakhlak mulia. Amin.
Dan
kesimpulannya disini adalah :
Jaga dan
peliharalah kekayaan biota laut dan keanekaragaman hayati di bumi Pangandaran
ini khususnya dan umumnya di tanah Jawa Barat dan Indonesia Raya ini.
Merdeka...!
0 Komentar