BANTAHAN TERHADAP BERBAGAI OPINI NEGATIF
Point pertama adalah soal kebangsaan Indonesia. Yang akhir-akhir ini seakan mulai ada retak rambut disana sini. Itu tentu harus segera di inspeksi dan terus diobati agar tidak menjadi rambatan crack yang akan sulit untuk di tangani. Jangan sampai ada amputasi sebab tentu itu akan menyakitkan.
Kebangsaan Indonesia adalah kesepakatan kita menjadi satu
bangsa yang merdeka dari kaum penjajah. 350 tahun bangsa Indonesia terpecah,
saling bermusuhan dan juga di kuasai oleh Asing dan antek Asing. Jangan sampai
kita kembali ke masa demikian itu, sebab kebaikan akan hancur dan keburukan, permusuhan
serta kekacauan akan merajalela.
Itu point yang pertama, dan hal ini sangat urgent untuk
segera di buat menjadi jelas dan terang benderang. Jangan ada hal yang samar,
jangan ada hal yang abu-abu, kalau tidak putih ya merah. Kalau tidak putih ya
hitam.
Persoalan-persoalan kecil itu tak bisa selalu diangap remeh
temeh, seba hal-hal kecil kalau dibiarkan semakin lama akan menjadi karat yang
sulit untuk dibersihkannya. Kalau sudah terserang korosi, suatu pondasi yang
kokoh pun akhirnya akan bisa roboh.
Kebangsaan dan persatuan Indonesia tidak boleh ada yang
meruksak dan merongrong. Baik secara eksplisit maupun secara implisit. Baik secara
terang-terangan maupun secara pura-pura. Semua itu adalah musuh bagi bangsa
Indonesia, musuh bagi perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, bangsa kita
sendiri. Musuh yang tidur di dalam selimut kita, adalah seperti duri didalam
daging dan mirip bara didalam sekam. Kadang hanya terlihat asapnya, kadang
hanya terasa tusukannya, tetapi sulit untuk dibuktikan secara nyata,
hampir-hampir dianggap tiada, hampir-hampir dianggap gak berbahaya.
Api didalam sekam, yang sedang menanti momentum. Jika angin
yang datang begitu besar, jika angin yang datang begitu haluspun bisa saja
membuat sekam menjadi hangus terbakar tak bersisa.
Begitulah kondisi Indonesia ini, jangan terlalu naif dengan
menyangka kita aman dari para penyusup, kita aman dari duri-duri yang menusuk
dari dalam. Api, duri dan musuh dalam selimut itu ada dan siap menrjang,
menyerang kapan saja ada kesempatan. Kesempatan kecilpun selalu mereka
pergunakan sebagai upaya untuk propaganda yang secara nyata atau secara samar. Intelegensia
kita tentu bisa memahami hal yang demikian itu, kemampuan analisa dan membaca
situasi seperti itu, kepekaan dan tugas intelijen adalah mutlak hadir disini.
Data-data empiris sedemikian itu harus tercatat, harus
disimpan untuk kemudian dibandingkan, dianalisa untuk membuat satuu formulasi
tertentu supaya itu semua bisa dengan baik dipadamkan dan tentu dimusnahkan.
Tak ada manfaatnya kita mememlihara musuh bangsa seperti
itu, mereka akan mengatakan aku Indonesia, aku NKRI hanya untuk supaya mereka
aman dari penangkapan, hanya untuk supaya mereka bisa menipu aparat dan
mempropaganda pemahaman umat, meruksak logika dan menghancurkan akal sehat.
Golongan seperti itu adalah musuh kita bersama. Mereka bukan
lahir dari rahim dienul Islam, mereka adalah anak siapa yang terlahir dengan
cara yang tidak Islam. Umat yang ada dibarisan mereka tentu harus dapat segera
diangkat, di sucikan kembali dari kotoran-kotoran yang telah meracuni mereka yang
racun itu merasuki tanpa mereka sadari. Itu bisa mematikan umat itu bisa
membinasakan umat.
Jangan coba menyangkal analisa ini dengan cara-cara yang
murahan, dengan cara-cara penuh tipu daya. Kami tahu tipu daya adalah cara
mereka dalam setiap pergerakannya. Tipu daya yang tentu berhasil membuat mereka
ada, berhasil membuat mereka tumbuh. Tipu daya yang tidak mudah untuk di
deteksi orang awam, dan hampir saja menyihir sebagian besar lainnya, tetapi itu tak cukup untuk menipu orang yang
punya ilmu atau yang sejenisnya.
Keberadaan mereka itu sekarang sudah dibuka secara terbuka,
tentu saja membuat mereka sekarang semakin berusaha untuk tak terlihat dimata
umat. Agar perjuangan mereka tetap eksis dan tetap berkembang. Itu harapan
mereka. Itu tujuan mereka.
Kenapa mereka ada, kenapa mereka berjuang untuk itu....?.
Tentu saja begitu, tentu saja tidak semua orang mendapat ilmu yang benar. Tidak
semua orang adalah orang baik. Itu poinnya.
Jadi jangan biarkan kita berpendapat bahwa itu tak mungkin,
itu mustahil itu mngada-ada. Tidak demikian, dikeluarga anda sendiri mereka
terdiri dari banyak typikal orang, mereka terdiri dari beragam karakter. Intinya
semua ada pasangannya, ada orang aik dan ada juga orang yang tidak baik. Ada yang
pura-pura baik, dan ada pula yang terang terangan tidak baik.
Pembelaan terhadap bangsa ini adalah penting supaya bangsa
ini bisa tumbuh dengan sehat, terbebas dari banyak penyakit dan parasit yang
merongrong dari dalam yang bisa melumpuhkan dan bahkan meruksak metabolisme dan
anatomi bangsa kita. Semua penyakit itu tentu ada, normal ada karena
polusi-polusi yang terpapar dari pelosok dunia ini kini menjadi semakin terbuka.
Dalam satu waktu orang bisa berinteraksi dengan mereka yang ada nun jauh di
belahan bumi lainnya.
Jangan salahkan pula bila ada kesadaran yang demikian itu. Kesadaran
bahwa bahaya tersebut itu ada. Kesadaran bahwa mereka sedang menanti dan terus
mencari momen untuk beraski, menebar pesona dan menebar ilusi dengan cara-cara
mereka sendiri.
Tujuan dari kesadaran yang coba dihadirkan ini adalah untuk
meminimalisir jumlah paparan terhadap anak bangsa sendiri, kepada tetangga,
saudara, handai tolan dst. Rasa memiliki, rasa peduli, rasa cinta dan rasa
perjuangan terhadap kebenaran adalah milik kita. Jangan kaburkan perasaan yang
kami miliki itu dengan tuduhan-tuduhan yang mengacaukan nalar umat. Jangan,
jangan coba membuat kata-kata yang tersusun untuk membuat orang menjadi tak
percaya dengan gerakan lurus seperti ini.
Kami sadar, itulah yang selalu dan akan terus dilakukan
untuk menenggelamkan orang-orang baik atau orang-orang yang mereka sebut lemah,
tak bersemangat dan dungu. Tidak, itu tidak sesederhana itu. Yang bagi umat
tentu hal-hal sederhana itu akan mudah dipahami, sebab mereka akan enggan untuk
berpikir yang berat-berat karena itu bukan kebiasaan mereka. Maka cara-cara
yang seakan benar akan mudah mereka terima dibanding harus memahami banyak
teori dan banyak kaidah yang para murid pun belum tentu semua memahami dan
apalagi menguasainya.
Hal-hal demikian itu, kenyataan umat yang wajar begitu itu,
itulah yang dimanfaatkan para petualang agama. Dimanfaatkan mereka dengan
jargon-jargon yang itu akan menarik umat. Umat yang tentu mereka punya rasa
cinta, punya rasa memiliki terhadap agama ini. Agama yang dijadikan alat
kebusukan mereka yang memang punya kehidupan didunia kotor seperti itu, sebagai
simbiosis mutualisme antar mereka sendiri. Sebagai pertempuran antara kebenaran
dan kebatilan.
Untuk mengajak umat kebanyakan berpikir adalah sulit, jauh
lebih sulit dibanding menipu mereka. Apalagi kebanyakan umat yang semakin
jarang bertemu ulama kyai, semakin sepi dari pengajian ulama suci. Akan lebih
mudah mebuka medsos, youtube, facebook, twiter dll. disanalah mereka mendapat
beragam ceramah. Ceramah yang sulit dibedakan antara ceramah yang benar dan
ceramah yang mempermainkan kebenaran. Youtube tidak menyaring semua itu. Bagi youtube,
sesuatu yanglaku adalah benar, bagi mereka duit/pemasukan adalah satu-satunya kebenaran.
Nah, kesadaran-kesadaran ini adalah perjuangan. Dan tentu
setiap perjuangan akan mendapat kan lawannya. Dan lawan yang tidak tidur, dan
lawan yang sudah mahir berkelit untuk kembali mencoba mengkaburkan kebenaran
ini. Sama, selalu begitu selamanya.
Kita bertahan, mereka akan menyerang. Kita tidak bertahan,
mereka tetap menyerang. Kita menyerangpun, mereka akan berkelit dan balik
menyerang. Selalu begitu.
Perang idiologi itu ada dalam buku dan teori. Perang pemahaman
itu ada dalam semua sejarah umat manusia. Para nabi pun adalah perang idiologi,
memerangi kemungkaran. Tetapi kemungkaran itu pun akan melawan dan balik
melemahkan perjuangan para nabi. Sehingga dalam umat nabi musa mereka terpecah
menjadi 71 golongan, umat nabi Isa terpecah menjadi 72 golongan dan umat Nabi
Muhammad SAW juga terpecah menjadi 73 golongan. Hanya satu golongan yang
selamat, yaitu yang belajar dari guru yang gurunya belajar dari gurunya yang
mereka turun temurun belajar dari pemilik ilmu sehingga tersambung tanpa putus
sampai ke ajaran Nabi Muhammad SAW. Al-‘Ulaamaa
warasatul anbiyaa. Para alim ulam itu adalah pewaris para nabi. Mereka adalah
penerus para Nabi, mereka adalah umanaa’u rrasuul....kepercayaan Rasul. Ya, ulama ahlu sunnah waljamaah, ya ulama
jumhur, ya ulama kampung, ulama pesantren tradisional yang menjauhi gemerlap
dunia yang mengajar agama secara ikhlas...murni dan membumi. Itulah bintang
gemintang yang menjaga umat ini, menjaga agama ini, menjaga kemurnian ilmu dan
Islam. Mereka lah para kekasihNya, yang wajahnya santun, yang perangainya mulia
penuh kedamaian. Mereka yang menjadi estapet dari ulama terdahulu. Yang mewarisi
ilmu mereka, kitab mereka dan kemurnian agama kita ini.
Tentu saja, kaum yang tak sependapat dengan mereka, tentu
saja kaum pecundang itu selalu berusaha untuk menenggelamkan mereka. Memfitnah mereka,
meniadakan mereka, menjauhkan umat dari mereka dengan ilmu tandingan dengan
propaganda tuduhan sesat, bid’ah, khurafat, bahkan tuduhan syiah dan liberal. Tujuannya
adalah supaya umat membenci ulama kampung itu dan sebaliknya agar usaha mereka
mendapat sambutannya dari sebanyak mungkin masyarakat.
Maka, back to nature. Kembali ke asal fitrah kita sebagai
umat Islam yang terkenal ramah tamah, someah hade ka semah. Dst itu adalah
tugas kita, kewajiban semua kita. Semua apa yang bisa kita lakukan untuk
membuat kita bisa kembali ke jatdi diri kita yang Islam kampung, Islam yang
asli yang kita terima dari ulama para waliyullah yang dulu mengislamkan kita di
Nusantara ini.
Kenapa sekarang kita justru terbawa hasutan untuk menyebut
mereka sebagai sesat, bukan malah sebaliknya kita merasa berkewajiban untuk
berterima kasih kepada mereka yang telah membebaskan kita dan nenek moyang kita
dari kegelapan kepada cahaya Islam ini. dan tega menuduh mereka sesat, salah
dan bid’ah. Tidak, justru kita akan kembali berdiri ada dibelakang mereka,
bersyukur kepada Allah SWT dengan cara berterima kasih kepada mereka ulama
kampung penerus para waliyullah itu.
Tidak, kita sudah bukan lagi anak baru gede yang mudah
ditipu atau di giring kepada sesuatu yang salah. Tidak, kita akan selalu dan
kembali menuju mereka para ulama kampung yang hampir kita lupakan, yang hampir
kita coret dari pustaka keislaman kita.
Agama ini butuh orang-orang jujur, agama ini butuh
orang-orang baik untuk melawan mereka yang tega dan berani memanipulasi agama
demi mengajak sebanyak mungkin manusia kedalam kesesatan. Naudzubillahi min
dzaalik.
Alhamdulillah di Jawa Barat, bapak Gubernur kita telah
mendirikan Tim Saber Hoaks. Seperti ada di berita koran ternama di Jawa Barat
hari ini.
Kedua adalah tentang Agama. Ormas bukan segala-galanya,
tetapi agama lah segala-galanya. Sebab agama inilah yang menjadi inti kehidupan
umat manusia. Tanpa agama umat manusia akan melebihi dari binatang, tiada
aturan tiada bimbingan.
Soal engkau beragam apa, itu bukan wewenang kita sesama umat
manusia. Aku Islam, engkau Islam atau bukan Islam itu bukan my business. Itu urusan
hak asasi manusia untuk beragama sesuai pilihannya masing-masing. “Laa ikrahaa
fiddiiiin”, tak ada paksaan dalam beragama.
Kewajiban kita hanyalah beragama sesuai agama kita
masing-masing dan saling hormat menghormati antar berabagai pemeluk agama.
Dalam Al-Qur’an dengan lugas dan jelas sudah di ajrakan untuk itu, untuk
toleransi. “Lakum diinukum waliyadiin.” Kamu dengan agama kamu, dan kami
tak boleh menghina, mengganggu agama atau Tuhan kamu. Juga sebaliknya, kita
jaga kehormatan kedua belah pihak. Pengakuan terhadap perbedaan itu mencakup,
penghormatan, penjagaan dan hormat menghormati satu sama lain dst. Kamu gunakan
ayat itu, dan kamu realisasikan dalam perilaku nyata dengan tidak menyindir
atau mengganggu keagamaan mereka. Kita sudah sepakat sejak awal Islam ini ada,
lakum diinukum waliyadiin. Jangan overlapping, mengurusi, menghina agama atau
Tuhan dari agama yang beda dengan kita. Itulah “lakum diinukum waliya diin”.
Dan “laa
ikrahaa fiddiiiin...”.
Penjagaan kepada agama kita sendiri itu adalah sesuatu yang
wajar dan bahkan kewajiban. Tapi juga jangan lupakan kaidah diatas, lakum
diinukum waliyadiiin dan laa ikrahaa fiddiin itu.
Penjagaan dan pemeliharaan beragama itu adalah keharusan
kita semua, yang islam menjaga ajaran islamnya. Yang Kristen tentu menjaga
ajaran kristennya. Dst.
Sebagai seorang Islam tentu kita akan berusaha dan
berkeinginan agar ajaran Islam ini berkembang, semakin dipahami dan semakin
diamalkan oleh kita sendiri, keluarga kita, orang terdekat kita, tetangga kita,
teman kita dan semua umat Islam pada umumnya. Bagi yang mencari informasi
tentang Islam juga kita terbuka, atau sebalikya kita mengajak mereka yang
sedang galau tentang Tuhannya. Dakwah itu namanya, untuk mengajak kepada
kebaikan bukan mengajak kepada keburukan, permusuhan dst.
“ ‘ud’uuu ilaa sabiili rabbika bilhikmati walmauidhatil hasanati,
wajaadilhum billatii hiya ahsan”.
Serulah ke jalan rabbmu dengan bijaksana dan pelajaran yang
baik, dan (kalau perlu/kalau memungkinkan)
bantahlah (bantahan) mereka dengan
sesuatu (dalil dan cara) yang lebih
baik.
Wallaahu ‘alaam bishowaab.
Itu semua harus secara disiplin dapat kita laksanakan dengan
penuh kesadaran dan penuh keta’aatan kepada Nabi sebagai panutan kita. Jangan atas
nama dakwah lalu menghalalkan segala cara yang bertentangan dengan perintah dan
ajaran Islam itu sendiri. Itu namanya kontradiksi, menyuruh orang baik tapi
membiarkan dirinya dalam kesesatan/kesalahan dan itu justru jauh lebih berbahaya.
“Ata’muruuna
bil ma’ruuf watansauna anfussakum...”. Apakah engkau menyuruh orang dengan
ajaran yang ma’rup dan melupakan diri kalian sendiri...?
Engkau bela Islam, dalam waktu yang sama engkau juga harus
lah yang harus mengamalkan/berperilaku Islam itu sendiri. Jangan engkau
menyuruh orang hormati Islam tetapi engkau sendiri melanggar banyak kaidah atau
ajaran Islam itu sendiri. Itu kan namanya menyuruh orang ma’ruf tapi diri
sendiri tidak ma’ruf. Jelas salah.
Disisi lain, ketika rasa cinta kita kepada Islam ini di
ejawantahkan dalam bentuk bela ulama, bela santri, bela kyai kampung dan bela
perkumpulan mereka. Adalah juga sama seperti engkau menyebut dirimu bela Islam
atau bela ulama itu. Jadi ketika kami mencoba menjaga marwah para ulama kyai,
menjaga entitas kami, itu adalah bentuk dari kita dalam membela Islam ini. Karena
mereka adalah pejuang Islam dan Islam adalah “mereka” itu sendiri. Islam ada
dalam keseharian mereka, Islam hadir dalam ilmu-ilmu yang mereka pelajari dan
yang mereka ajarkan dipesantren-pesantren, madrasah, dll.
Menjaga pesantren, menjaga para kyai, menjaga para santri
dan jami’ah mereka adalah bentuk dari penjagaan agama itu sendiri. Sehingga jika
kami bela NU itu adalah artinya kami sedang bela Islam. Jangan sekali-kali
kalian tuduh jika kami bela NU dengan sebutan hina dan menyakitkan. NU adalah
jami’ah para ulama kyai yang berusaha membentengi ajaran murni dari Islam itu
sendiri agar tetap terjaga dan eksis selamanya. Jangan coba mendiskreditkan
mereka yang telah mengajar dan menjaga ilmu Islam itu, menjaga dan melestarikan
tulisan-tulisan ulama terdahulu dalam ribuan kitab kuningnya. Ilmu mereka
tetap, ilmu mereka tidak terkena kontaminasi hal-hal lainnya, mereka yang telah
mewarisi kitab-kitab itu dan ilmunya secara estafet turun temurun dari para
senior mereka dari zaman Sahabat, Tabi’in dst. Hingga orang tua kita telah
menjadi Islam dan kita terlahir dalam keadaan islam. Semua itu jasa mereka. Sekarang
setelah kamu besar, kamu dewasa, kamu coba untuk tak mengakui jasa mereka...?.
Siapa yang telah meng Islamkan bangsa kita ini misalnya,
siapakah kalau bukan para ulama waliyullah, yang mereka mengajarkan Islam itu
melalui pesantren yang mereka dirikan dan kemudian mereka wariskan kepada para
santri mereka yang kemudian menjadi penerus mereka menjadi para ulama kyai,
terus sampai detik ini....?. coba beri waktu, luangkan sesaaat.................................................................................................................................................................................................................................................renungkan.........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................dan........................................................bayangkan
dengan
seksama............................................................................................................................................................................................jasa
mereka................................................................................................................................................kerja
keras dan kerja ikhlas
mereka......................................................................................................................................................................................................................berdakwah
dari kampung ke
kampung......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................berjalan
kaki berjam jam, berhari hari menembus pematang sawah, kebun kebun,
perkampungan-perkampungan dan hutan-hutan...................................................................................................................................................................................................................dalam
terik yang menyengat,..................................................................................................dalam
hujan yang
lebat......................................................................................................................................dipagi,
disiang, disore dan hingga harus pulang disaat hari sudah
gelap.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................bayangkan
rasa tanggung jawab mereka
itu.......................................................................................................................................................................................................tak
kenal siang tak kenal malam menolong masyarakat yang datang penuh hormat, penuh
ta’dzim karena kemulyaan akhlak mereka, karena kearifan dan kebijaksanaan
mereka dan karena ilmu yang mereka berikan secara
gratis..........................................................................................................................................................................................dan
yang merasakan saat karamah-karamah mereka nyata hadir dalam berbagai
kesempatan mereka
bersama.............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................penyaksian-penyaksian
mereka secara langsung atas keajaiban-keajaiban atau karomah para ulama kyai
sholeh itu telah membekas di antara hati para leluhur kita, orang tua kita,
kakek buyut
kita..................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................coba
tanya mereka yang telah merasakan hidup ada bersama para ulama kyai
itu.....................................................................teduh
pancaran matanya, gak banyak bicara, gak pernah mencela, gak pernah sama
sekali..................................................................................................................................................................................................mereka
terlihat dan terasa sungguh takut kepada Rabbnya, kepada yang mereka cintai
itu...........................................................................................................................................................................................................................malam-malam
mereka bersama air mata yang mengalir deras dalam sujud dan tafakurnya..............................mengingat
penuh kasih sayangNya kepada mereka dan umat
ini..........................................................mengingat betapa
cintaNya dan segalanya atau bahaya dosa yang pernah khilaf dilakukannya walau
sekecil apapun itu menurut kita, yang bagi mereka itu adalah dosa-dosa yang tak
layak sama sekali mereka perbuat, pernah tak sengaja memalingkan muka ke umat
misalnya....................pernah salah lihat misalnya, pernah salah ketawa
misalnya.................................................................................................................................................................................itu
semua adalah telah membuat hati mereka menangis tersedu-sedu, takut Allah SWT
marah dan membenci
mereka........................................................................................................................................................................................itulah
para ulama kita.....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................sekarang
kamu melupakan mereka, sekarang kamu menghina mereka, sekarang kamu menuduh
mereka bid’ah sesat dholalah, finnaaaar.
Begitukah caramu berterima kasih dan rasa
hormat............?.
Renungkan itu......................
........................................................renungkan...
....................................
..........................................................
...................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
Jangan sampai kamu menjadi orang lupa dengan siapa dirinya,
berasal darimana dirinya. Siapa nenek moyangnya, dari mana mereka mendapat
hidayah dan ilmu Islam. Dst. Renungkan itu.................................................................................................................................................................................jangan
kamu sombong, jangan kamu sok tahu.
Oke, kalau kamu merasa lebih benar, tanya kediri sendiri..............................................
Aku sudah mendalamai Islam berapa
lama.....................................dimana.....................?.
Sumbernya siapa....?........................kitab-kitab
ulama terdahulu (kitab gundul/kitab kuning), atau dari orang-orang zaman
sekarang yang belajarnya di Saudi Arabia yang wahabi itu.......atau di ustadz
youtube yang bahkan kita gak pernah bertatap muka, atau hanya sesekali dan kita
tidak tahu keseharian mereka. Bandingkan dengan para santri yang sepanjang hari
hidup bertemu di pondok pesantren bersama para mentor asatidz dan para kyai
nya...?...
.................................bandingkan
itu..............................lalu lihat diri ini dengan jujur. Benarkah aku
faham Islam ini melebihi mereka para santri dan para ulama
kyai...????????????????????????????????????????????????????????????????????????????...........
...............................................................................................................jawab
dengan ikhlas,.................................................................................jawab
dengan
jujur......................................................................................................................................ingat.......................................................jauhkan
kesombongan dan keangkuhan dari
hatimu.....................................................................walau
sekecil zarrahpun.....................walau sekecil
apapun.....................................................................................................................................................................................leburkan
hatimu dalam intrsofeksi yang sungguh-sungguh. Ini waktunya untuk kita perbaiki
diri. Melihat diri sendiri dan hentikan menganggap hina para ulama kyai, guru
ngaji di kampung-kampung di pesantren-pesantren.
Sudahkah kalian mengunjungi mereka, meluangkan watu di tahun
ini untuk bersilaturahmi kepada mereka para kekasih Allah SWT itu........???
Sudahkah anda mencium tangannya dan
...........................ucapkan allahumma Shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad
dan lain lain.....?. mereka itu adalah pewaris para nabi, mereka itu adalah
penerus perjuangan Rasulullah SAW.
Coba rencanakan satu hari untuk mencari para ulama itu,
meminta amalan atau ajaran dari mereka. Mereka akan tahu apa yang kurang dari
kita. Kita disuruh berdzikir untuk melembutkan hati kita yang masih keras
misalnya..................................................................atau
untuk yang bagi perlu pembersihan dosa-dosa misalnya dengan amalan baca
istighfar 1000 kali di malam Jum’at misalnya...itu misal loh.
Jangan kamu sebut itu bid’ah......kamu dzikir itu bebas apa
saja, tergantung apa yang kamu rasa paling pas dengan keadaanmu di hari ini,
dan dilain hari mungkin butuh dzikir lainnya.
Seperti kisah para sahabat sendiri, yang masing-masing punya
kebiasaan atau amalan sendiri-sendiri. Ada yang suka tahajud yang lama, ada
yang tahajudnya sedikit. Ada yang suka baca qulhu setiap sholatnya. Ada yang
suka adzan sepanjang hidupnya dll. Mereka hampir gak ada yang sama.
Lalu kenapa sekarang menjadi serba jangan, serba bid’ah
serba dolalah. Yang dolalah itu justru yang gak mau dzikir, yang gak mau punya
kebiasaan dzikir-dzikir.
Keadaan setiap orang dari segala sisi tak pernah ada yang
sama, maka kebutuhan akan dzikir dan pengobatan batinpun tak pernah ada yang
sama. Lalu kenapa mempersoalkan amalan yang diberikan para ulama kyai tersebut.
Padahal intinya sama perbanyak dzikir, perbanyak ingat Allah SWT dengan
pembiasaan. Membiasakan 1000 kali sholawat di hari jum’at misalnya. Sebab tanpa
dipatok demikian akan membuat manusia menjadi lalai dan gak konsisiten. Sekarang
dzikir 7 kali minggu depan 100 kali, minggu depannya lagi 2 kali lalu lupa
selanjutnya gak dzikir lagi.
Itulah kenapa para ulama kyai mematok jumlah itu agar
dipasakan, dibiasakan dan menjadi konsisiten. BISA ITU KARENA TERBIASA.
Jangan coba lawan para ulama kyai, mereka sudah matang
dengan pengamalan agama ini, mereka hidup sepanjang hari dengan kitab, murid,
ilmu, amal dan sungguh betapa mulianya mereka itu.
.................................................................................
...............................................................................
...........................................................
.................................................................................................................
...............................................................................
Tak ada guna kamu suudzon kepada orang yang bahkan kamu
belum pernah bertemu sekalipun. Bagaimana bisa kamu mengenal mereka sementara
bersilaturahmi pun enggan.....?. ketemu santri pun menjauh........................................?
Mereka itu lah pilihan Allah SWT, yang mendalami ilmu Islam
ini walau hidup sederhana, miskin, segala kurang, pakaian jelek, kotor,
lusuh...dst.
Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya, maka Allah
akan berikan kefaqihan dalam ilmu agama kepada mereka. Itulah para ulama kyai
dan para santri yang bersama mereka, berada dibelakang mereka. Menjadi murid
mereka.
Jika engkau cinta Islam, hormatlah kepada mereka. Muliakan mereka.
Menghina dan meMbuly mereka adalah kejahatan kepada kemulyaan agama Islam itu
sendiri. Hormat dengan sungguh-sungguh penghormatan, ikhlas memuliakan mereka
adalah seperti engkau hormat dan takdzim kepada rasul kita yang mulia.
Demikian saja, semoga bermanfaat.
Wassalam.
0 Komentar