Ciwidey (Botram)

Dunia memang berputar. Ada siang, ada malam. Ada suka, ada tidak suka. Ada senang, ada bahagia. Seperti yang aku alami hari ini. Senang dan bahagia. Ah da akumah selalu berusaha dibuat senang saja walaupun sebenarnya tak begitu senang. Karena aku punya lagu...disini senang, disana senang, dimana-mana hatiku senang....

Tapi bener, aku memang senang bisa bertemu teman yang sudah cukup lama tak bersama lagi. Teman yang dulu sama bekerja di perusahaan yang sama, setiap hari bertemu, setiap pekan bertemu dst.

Kini sudah berbulan kami jarang bertemu. Ketika ada waktu bisa bertemu, rasanya pertemanan itu masih seperti yang dulu. Bercanda seperti dulu, bergurau seperti biasanya.

Hari ini, Sabtu 22 Agustus 2020. Kami berencana hendak botram, makan-makan di kawasan Ciwidey sana. Tapi kali ini berbeda dengan dulu, karena mereka tak sendiri lagi, sudah punya istri, sudaah punya anak. Jadinya, bakal seru main bareng anak-anak kecil. Kita lihat nanti.

Tiga hari yang lalu, temanku itu menghubungiku via whats app, mengajakku untuk makan-makan di sana, di Ciwidey.

Ya sudah, sudah beberapa kali dia mengajakku touring, jalan bareng belum pernah lagi aku sanggupi. Selalu saja tak jadi. Maka demi tak membuatnya merasa aku sudah tak seperti yang dulu, karena memang aku masih seperti yang dulu.....maka akupun menyanggupinya. 

Ok....siap...!!, jawabku dengan yakin.

Hari yang dijanjikanpun tiba, malam. Tadi malam dia wa aku, bahkan telpon aku, tapi wakyu itu aku sedang sholat jadi aku tak bisa mengangkat telponnya. Dan subuh tadi aku wa dia, "maaf sekali bro...kali ini aku tak bisa lagi jalan karena bla...bla...bla....", kataku dengan penuh sesal.

Tak apa bro....tenang saja, jangan khawatir, bensin aku beri, makanan aku siapkan. Pokoknya harus jadi, katanya memintaku.

Ya sudah, aku nanti jam tujuhan merapat ya...kataku 

Jam tujuhan, aku berangkat ke sana, ke Parunghalang, sebuah tempat disekitaran Dayeuhkolot...kalau bahasa Inggrisnya Old City. Atau kota tua.

Pagi yang sepi di jalanan kota Bandung, jalm tujuh aku baru sampai perempatan Cigerelng. Temanku yang lainnya sudah menunggu juga disana. Kita akan berangkat dengan tiga motor, dua temanku beserta keluarganya, dan aku bersama diriku sendiri.

Jalan yang sepi, membuatku bisa menjalankan motor dengan cukup kencang. Beberapa menit saja sudah sampai disini. Di Parunghalang ini.

Terlihat gembira temanku, seperti biasanya. Jika saja aku berjumpa mereka, selalu saja ada canda atau tawa. Tak pernah tidak. Itulah yang luar biasa ada pada teman-temanku. Teman itu memang berguna, teman itu memang karunia Tuhan semat. Tanpa teman, hidup kita sepi. Tanpa teman, hidup kita sepi.

7.30 an kamipun siap berangkat. Jalan yang dilalui adalah via Rancamanyar, menyusuri jalan itu, jalan yang kini sudah bersih tak seperti tahun-tahun yang lalu...penuh sampah di setiap bantaran sungai Citarum itu. Kini ada program Citarum Harum, membuat sungai terpanjang di Jawa Barat ini mulai terlihat layak untuk dilihat mata. Tentu rasa terimakasih kepada Satgas Citarum Bersih, Pak Presiden Jokowi, Pak Gubernur Aher, Pak Gubernur Ridlwan Kamil, Pak Pangdam III Siliwangi, para tentara semua, Panglima Besar TNI dan semua rakyat yang mendukung. Juga kepada para stackholder, para pengusaha pemilik pabrik dll. Kita ucapkan banyak terima kasih atas peran sertanya, kesungguhannya dan dedikasinya...membuat Citarum bisa menjadi lebih manusiawi seperti sekarang ini.

Tak terasa, kami sudah sampai di wilayah Katapang, sebentar lagi sampai di Jalan Kopo. Terlihat dengan jelas keseriusan pemerintah saat ini untuk menangani Citarum yang dulu disebut sebagai sungai terkotor sedunia itu, kini cap memalukan itu mulai hilang, seiring dengan kerja nyata dari pemerintahan di era sekarang ini. 14 Maret 2018 menjadi hari penetapan Perpres No 15 tahun 2018.

berikut berita terkait :

BUAH BATU, AYOBANDUNG.COM--Presiden Jokowi resmi mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum.
 
Perpres tersebut ditandatangani Jokowi pada 14 Maret 2018, yang mengamanatkan sebanyak 18 kementerian, lembaga pemerintahan, TNI, dan Polri untuk menangani persoalan Citarum.
 
Pada Pasal 2 dalam Perpres tersebut, untuk melakukan percepatan maka dibentuk Tim DAS Citarum.
 
Selanjutnya, Pasal 3 menyebutkan bila Tim DAS Citarum bertugas mempercepat pelaksanaan dan keberlanjutan kebijakan pengendalian DAS Citarum melalui operasi pencegahan, penanggulangan pencemaran dan kerusakan, serta pemulihan DAS Citarum secara sinergis dan berkelanjutan.
 
Di samping pembentukan tim, dalam Perpres tersebut menyebutkan partisipasi masyarakat yang termaktub pada Pasal 18.
 
Dalam ayat 1 disebutkan bila masyarakat berpartisipasi dalam upaya pencegahan, penanggulangan pencemaran dan kerusakan, serta pemulihan DAS Citarum.
 
Adapun pendanaan dibebankan pada APBN, APBD, serta sumber biaya lain yang sah dan tidak mengikat.


Cap sebagai sungai terkotor, kini mulai luntur sebaris dengan pembangunan banyak folder, pengerukan sungai, penutupan paksa pipa-pipa pembuang limbah, pembangunan terowongan curug Jompong, pembangunan sodetan sungai/floodway Cisangkuy dll.

Lama sekali perjalanan kita kali ini, satu jam sudah kita baru sampai di Ciwidey. Pega terasa oleh bokong, oleh pergelangan tangan dll. Kamipun berhenti dulu di Alun-Alun Ciwidey untuk sekedar memberi kesempatan aliran darah bisa kembali lancar keseluruh bagian tubuh.

Sekalian sarapan roti, karena dari tadi aku memang belum makan apa-apa. Padahal tadi aku sudah menanak nasi...tapi karena satu dan lain hal, nasipun kutinggal saja....mudah-mudahan nanti sore masih bisa termakan. Pagi yang terlalu cepat kurasa.

Lima atau enam sebelas menit, cukup untuk istirahat kali ini. Alhamdulillah aku bisa merasa cair bersama mereka, anak-anak yang lucu itu. Senang rasanya...sungguh senang rasanya.

Ditempat yang dulu, yang ada gundukan tanahnya itu...disana kita akan menuju. 
Ya, aku setuju. Jawabku

Ok, kitapun lanjut perjalanan....menuju Ciwidey yang kita kenang bersama. Ciwidey-Rancabali yang menawan. Yang sejuk, yang hijau dimana-mana, yang berjuta mata mengaguminya.

Singkat kata....
Kamipun tiba jua disini...di gundukan yang tadi kita bicarakan.
Dikelokan 5 Rancabali.

Makanan tersaji dengan penuh kesederhanaan, ayam goreng, sambel dan lalaban, ikan asin dua macam, sambal juga dua macam. Goreng Tahu, goreng perkedel kentang, kerupuk, dll.

Hah, nikmat mana lagi yang akan aku dustakan.
Nikmat manalagikah yang akan aku dustakan.

Kenyang sudah, segar sudah.
Lanjut dengan rujak buah...ada nenas, ada mentimun, ada bengkuang. Cukup untuk penutup makan di hari yang tanggung ini. Disebut sarapan sudah terlalu siang, dikata makan siang juga belum waktunya...ini barulah jam 9.30an. Entah makan apa namanya ini.

Tapi, yang penting...acara kita kesini memang untuk botram...untuk makan-makan....katanya picnic murmer...murah meriah.

Walau dikata murmer....sebenarnya aku sangat senang bisa makan-makan bareng bersama mereka. Sangat senang sekali.

Makan sudah, minum air yang sejuk sudah. Makan rujak sudah...., kenyangpun sudah. saatnya untuk tamas ya...
tamas ya..?
bukan tamas. Tapi tamasya.

Sudah beberapa kali aku jalan ke Rancabali ini....Coba baca salah satu link berikut...:
atau

Tapi kesini hanya sempat tungak-tengok...luak-lieuk. Cuma lihat dari kejauhan, cuma lewat lihat orang pergi kesana...jalan-jalan, menikmati pemandangan dan keindahan dari perkebunan teh yang hijau royo-royo.

Ini barangkali, salah satu spot terbaik dari perkebunan Rancabali yang aku lihat. Dan juga terbukti karena lokasi inilah yang aku lihat seringkali dikunjungi orang-orang dari sedari dulu. Dan aku baru saja akan menikmatinya hari ini. Terlambat, memang terlambat.

Terlambat sudah, kau dataaang padaku...
setelah kau, tinggalkan diiirikuuu...

Kini kau datang lagi padaku
Setelah kau siksa diriku
Terlambat sudah
Terlambat sudah
Semuanya telah berlalu.

eh naha jadi ka lagu yang indah begitu.

Jadi, ternyata...memang indah pemandangan disini. Kenapa baru kali ini aku bisa menikmatinya...kenapa tidak dari dulu-dulu aku kesini.....
Sekali lagi...bahagia memang terasa sudah hari ini....apalagi main bareng anak-anak yang lagi lucu-lucunya.  

ooh....itu mungkin hikmahnya. ya, bersama anak-anak itu memang membuatku jadi menambah keindahannya pemandangan di Rancabali ini. Super duper...juara nomor dua. Hmmm....iya, lumayankan juara nomor dua juga.

Ya sudah, rupanya Tuhan selalu Tahu waktu yang terbaik untuk kita. Dan kita sering terlambat untuk bisa menyadarinya.

Haripun segera berlalu...meninggalkan kesan-kesan yang menyenangkan. Tersenyum dari anak-anak itu terlalu membekas dalam sanubari. meresap sedalam-dalamnya. Bahagianya bisa bersenang-senang bareng anak-anak demikian itu. Ucap syukur, pantas aku persembahkan untuk karunia Tuhan yang Maha Pemurah, Maha Penyayang.

Kamipun harus beranjak karena tentu masih ada tempat lain yang hendak dikunjungi...
ya....ke negri di atas awan...ujar temanku, temanku yang dulu pertama menyebutnya itu sebagai negri di atas awan...lima tahun yang lalu.

Akhir-akhir ini, jalan ke sini semakin populer....mungkin juga berkat tulisan para bloger...termasuk bloger punyaku mungkin....ah pede bae....ngaku-ngaku bae...

Gapapa ya kan....ngaku-ngaku sedikit...boleh gak...?

Oh gak boleh. Okelah...itu bukan karena bloger yang aku punya...mungkin karena bloger yang lain. Atau bukan juga. Ya...yang penting memang kenyatannya lokasi wisata disini memang semakin populer karena orang tentu saling memberi kabar, dari mulut ke mulut...dst.
Kitamah para bloger hanya secuil bercerita semata....yang mungkin dibaca, dan mungkin juga tidak dibaca...buktinya...bloger ku sepi-sepi saja....hampir nyaris tak ada yang komentar...

Tapi, apapun, bagaimanapun, aku cukup senang kok sudah bisa bercerita, mengulang kisah yang bisa aku baca lagi nanti...atau syukur-syukur juga bisa menjadi bacaan para pembaca sekalian...itu mah bonus. Karena yang paling aku senang, yang penting....kisah ini bisa aku "abadikan" dalam satu cerita, yang mungkin 100 tahun kedepan masih bisa dibaca oleh teman dan para pembaca lainnya. Siapa yang tahu.

Negeri di Atas Awan.
Kenapa kami menyebutnya demikian....itu bermula pada tahun 2015 yang lalu...kami waktu itu untuk pertama kalinya, mengunjungi tempat ini. Kami hendak touring ke Jayanti, ke Rancabuaya, ke Santolo dll. Siang itu, sekira jam 3 sore, kami tiba di lokasi ini...hari yang penting dalam karir kami sebagai tukang touring waktu itu. Suasana disini waktu itu, berkabut, diselimuti kabut yang tebal..dan juga yang menurunkan butiran-butiran air dari kabut itu...membasahi wajah kami, motor kami, dan juga sepatu kami. 

Hari yang demikian itu...adalah hari terindah yang kami alami disini. Jalan terasa sepi, pandangan jalan tak terlihat dengan jelas, hanya kerlap kerlip lampu dari sein yang bisa membantu perjalanan kami. Tak ada suara-suara kendaraan, yang kudengar hanyalah angin, gemerciknya hujan dan suara knalpot dari motor-motor lain yang datang dari arah yang berlawanan. Sunyi, semua membisu...hanya bisa berkomunikasi via klakson-klakson dan lampu-lampu kendaraan...yang kuning, yang kerlap-kerlip.

Itulah yang ingin dipamerkan temanku kepada anak-anak ini. Pengalaman seperti itulah yang hendak kami wariskan kepada anak-anak yang tentu belum tahu apa itu negeri di atas awan ini.

Namun rupanya kabut yang kami minta, tak jua datang kali ini. Negeri itu sudah kami lalui lebih dari separuhnya...namun iring-iringan awan dari kabut itu tak jua mau menampakkan batang hidungnya.

Hampir saja kami berputus asa untuk itu. Namun rupanya Tuhan masih hendak memberi kami rasa kegembiraan di sisa hari ini.....kabut itu akhirnya muncul jua....menutupi lereng-lereng lembah di kiri kita....beriring, ke sana, kebukit-bukit yang ada di sisi kanan kami...itu sama seperti iring-iringan awan di atas langit...yang seakan kita sekarang sudah berada diatasnya.

Sejuk suasana semakin terasa. Dingin, menusuk kepada kulit kami. Dan yang penting juga bisa membuat kulit kita terasa diterapi oleh alam, membuatnya bisa kembali segar dan seperti proses peremajaan kulit yang didapat secara cuma-cuma. Karena kebaikan alam yang Tuhan ciptakan.

Main bersama anak kecil tentu tak bisa ke tempat yang terlalu jauh...fisik mereka belum sekuat orang dewasa. Baru saampai disini saja, kantuk sudah menyerang mereka, seperti si aa yang aku bonceng, beberapa kali dia terserang kantuk...itu membuatku harus selalu mengingatkannya agar jangan tertidur diatas motor, karena itu berbahaya kataku...

Kami pun pulanglah dengan sangat hati-hati, menjalankan kendaraan dengan kecepatan yang pelan-pelan saja.

Demikian lah kami persembahkan perjalanan kita hari ini, untuk kalian semua para pembaca yang budiman yang baik hati. Semoga kisah kita kali ini bisa menjadi kisah yang menyenangkan buat para pembaaca sekalian.

Tentu kami ingin berbagi moment ini, semoga saja kalian juga punya cerita yang jauh lebih menarik dari yang kami rasakan. Dan boleh, suatu hari kalian coba buat cerita sendiri, menikmati saat-saat kebersamaan sendiri, bersama teman, bersama handai tolan, bersama istri, anak dan keluarga kita semua.

Salam persaudaraan dari kita.
Salam dari kami dari bumi parahyangan ini, untuk semua kalian di manapun berada.

Kami menanti kunjungan kalian semua di Rancabali Ciwidey ini.


Tetap jaga kebaikan,
tetap jaga kebersamaan
dan bahagialah, karena bahagia itu milik kita semua.

Dan Jangan lupa...selalu jaga kebersihan
tidak buang sampah sembarangan
bawalah kembali sampah kita masing-masing....

jaga keindahan tempat ini,
kita wariskan keindahannya untuk anak-anak seperti mereka itu..
karena
mereka dan teman-teman mereka juga berhak untuk bisa menikmati kisahnya sendiri...di Rancabali ini. Nanti.

Salam Kebaikan....untuk kita semua
see u next...
Semoga Tuhan Merahmati kita sekalian...
aamiin.






Posting Komentar

0 Komentar