Jayanti, oh Jayanti
Berjalan menyusuri hari-hari adalah sepenggal bait kisah yang kita lalui. Tak terasa hari terus berganti, dari hari ke minggu, dari minggu ke bulan, dari bulan ke bulan berikutnya. Sekian bulan sudah waktu kita lalui di tahun 2020 ini.
Perjalanan menuju puncak.
Perjalanan ini adalah perjalanan antara aku yang ingin menuju ke sana, ke tempat yang indah. Ke Ciwidey,.......atau mungkin ke laut selatan.
Hari ini, sabtu tanggal sekian dipertengahan Juli 2020. Kami
melangkah dengan perasaan…,menuju kearah yang sebenarnya tidak jelas hendak
kemana..yang penting jalan saja mencari suasana yang baru…menuju ke tempat-tempat yang indah
agar perasaan kita juga terbawa indah.
Menyusuri jalanan kota ini, melewati batas kota. Dari Binong ke kanan, terus saja ikuti jalannya menuju ke arah Bandung Selatan.
Beberapa menit....,
Tak terasa kami sudah sampai juga di wilayah Soreang. Sekumpulan
polisi mencegatku…karena knalpot motorku yang katanya harus diganti karena
melewati batas decibel…entah brp batas db itu tapi knalpot harus diganti.
Untungnya itu hanya sebatas mengingatkan….ya. Perut sudah saatnya untuk diisi dulu, disebuah tempat yang terbilang cukup sepi kami berhentilah untuk sepiring lontong kari…kari am, kari ayam, dan kemudian kari bayar.
Tak lama kami duduk, tapi cukuplah untuk ambil napas segar, dan membuat
rencana yang lebih terencana, lebih spesifik lagi….mau kemanakah kita berangkat..?...
Kejadian di jalan, memang tak bisa dipastikan….apapun boleh saja terjadi. ada kejadian kecelakaan, tabrakan motor atau mobil…atau apa pun bisa terjadi…seperti apa yang terjadi…tak terdengar olehku suara benturannya…tapi orang-orang tiba-tiba bergerombol di seberang jalan,…katanya ada tabrakan motor versus mobil. Benarkan kataku...?!
Ah sungguh, kadang itu selalu memberi kita peringatan dini….bahwa kita harus selalu waspada, hati-hati dan tingkatkan berdo’a agar kita diberi keselamatan…ditangtayungan oleh yang Maha Kuasa. Aamiin Allahumma aamiin.
Menuju Ciwidey tetap saja selalu menyenangkan buat aku. Ini adalah tempat paling indah di Bandung untuk bermotor. Kini, kamu harus aku kabari…bahwa di jalan ini…motor kita akan benar-benar menemukan tempat yang baik untuk berkendara, lari, ngebut, cornering dll,…..puas….senang, dan segar, sejuk disekitarnya.
Aku tak pernah bisa membantah keindahan tempat ini. Ciwidey tak mampu membuatku menjadi bosan. Entah berapa menit…satu jam lebih aku sudah lalui jalanan dari sejak semula.
Indah dan aku merasa "terhidupkan" kembali....
Tentu saja karena jalan ke luar kota ini, kondisi bahan
bakar harus menjadi perhatian utama…tak boleh terjadi kehabisan bahan bakar selagi ditengah
perjalanan. Itu bukan suatu keputusan yang bijak.
Di SPBU yang terakhir ini, motor tentu harus diisi dulu…kita tak pernah tahu…dimana nanti bbm itu habis…dan sementara kita tidak tahu apakah disana akan ada pom bensin, disaat bensinnya keburu kosong.
Tempat yang baik untuk persiapan perjalanan kita. Bensin penuh, perut sudah penuh. Perut yang penuh, boleh jadi kamu harus buang air. Disinilah kamu kesempatannya, mumpung ada wc...ada air dll.
Memang, kamu harus tahu…air disini itu tak seperti di tempat kalian pada umumnya.....disini dingin, sedingin air dari dalam kulkas. Nyecep….menembus ke pori-pori kita. Segar dan menyegarkan.
Tubuh kita tentu jadi segar kembali…itu membuat perjalanan kembali bersemangat.
Perkebunan teh Ciwidey biasa kita menyebutnya demikian..tapi
sebenarnya ini adalah Rancabali. Dengan enggan, aku melangkah dengan
perasaan…pelan saja melewati hasta per hasta jalanan di Rancabali ini.
Lurus terus, tidak belok kiri juga tidak belok kanan. Aku
hanya ingin kembali menyusuri tempat yang jauh..ke sana ke Naringgul lalu ke
sana lagi ke Cidaun dan seterusnya. Itu yang aku pikirkan saat ini. Sudah lama
aku ingin ke Pantai….inilah saat yang aku maui itu…main ke Pantai lagi….!!!
Negeri di atas awan ini, dulu pertama kali aku lalui adalah bareng tiga teman sekawan kami. Teman terbaik kami. Teman "saulinan" kami. Disinilah kami menyebutnya Negeri diatas awan…..bro Andiyar yang mengatakan itu. Dia memang sering mengungkap kata-kata yang pas, mengejutkan dan hebat…kuharus akui itu.
Di belokan ini kami berhenti dulu, karena keindahan ini tak boleh
dilewatkan lagi. Ingin berphoto kami disini. Untunglah kami sering sependapat
tentang tempat yang baik untuk berphoto, sehingga aku senang dan kami semua
juga senang. Aku bahagia bisa merasakan kesamaan-kesamaan hobi dan kesamaan
perasaan yang demikian itu. Aku benar-benar bahagia.
Inilah yang dikatakan orang soulmate…satu jiwa, satu hati, dan juga semakin di depan.
Adalah
tidak asyik jika kita jalan bareng tapi hati kita jalan masing-masing, tidak seirama jadinya, tdk seiya sekata jadinya.
Hari akan buram, hari akan tak menyenangkan tentu.
Alhamdulillah, kali ini aku mendapatkan teman jalan yang satu irama, satu kesukaan, dan satu kebahagiaan. Itu adalah sesuatu yang tak pernah aku rasakan selama hidup aku. Dan sekarang….tidak lagi.
Ya….cukup lah kami berphoto beberapa jepret disini…dan dia mengerti apa yang aku maui…kapan harus memotret dan hasilnya juga tak mengecewakan. Ah ini benar-benar terbaik buat aku. Kuharap ini akan terjadi untuk selamanya ya.
Itu adalah pemberhentian kami yang kelima ternyata, di Soreang tadi, di Ciwidey juga, di Cibuni estate, dan juga di negeri diatas awan. Sudah banyak photo kami...disini
Perjalananpun kita lanjutkan lagi,….ke bawah…melewati tanjakan sarebu…dst.
Jiwa photografi rupanya ada di darah kami...
Beberapa photo bagus kami buatkan...beberapa, kami akan simpan...beberapa akan kita bagikan untuk teman-teman.Jam tentu saja terus berjalan…kami harus berlanjut.
Dan perut sudah seharusnya diisi kembali…terutama karena
kita ingin menikmati setiap suasananya disini…. Beli makanan ringan, beli mie rebus, beli jeruk, keripik pisang, kacang
sangray dll hanyalah kamuflase,…sebab yang utama sebenarnya adalah pemandangannya, suasananya, udaranya, dari beberapa curug didepan kita…di tebing bukit
dihadapan kita di bawah diseberang lembah sana.
Hanya saja jika dimusim kemarau seperti sekarang, beberapa curug menjadi kering...beda jika dimusim hujan tentu air terjun itu akan terlihat lebih indah…debit airnya lebih banyak dan kabut juga akan banyak menemani perjalanan kita, Cuma kekurangannya adalah basah.
Jadi walaupun debit curug itu kini kecil, tapi yang lebih penting
adalah kita tidak kehujanan dalam perjalanan kali ini. Itu yang paling penting tentu.
*(..note...: Hari ini memang hari yang walaupun bukan yang terindah, tapi
hari ini akan merupakan salah satu hari yang tak bisa terlupakan. Bagiku.
Adzan dzuhur sudah terdengar, kita akan berangkat setelah sholat dulu….supaya tenang dalam perjalanan selalu dalam keridhoanNya. Aamiin. Ternyata di bawah sini ada kolam ikan yang airnya terus mengalir dari pancuran yang tak henti memberi kita suasana pedesaan, mengingatkan ku kepada masa kecilku di desa….mandi di pancuran, di tengah sawah dan kolam-kolam, yang tempatnya 500-700 meter dari rumah. Bersama sesame warga lainnya kami mandi secara bergilir, antri orang perorang, cuci piring, cuci pakaian, mandi, kakus dll. Di paciringan di tampian dan pancuran.
Suasana itu teringat kembali disini…airnya banyak, jernih
dan juga dingin.
Do’a pun aku panjatkan…dan kami akan siap lagi untuk lanjut
ke sana…ke tempat yang aku tuju).*
Tungturunan….kondisi jalan ini terjal dari arah bawah…beberapa mobil
harus dipandu oleh beberapa pemuda yang siaga untuk memberi bantuan, mengganjal
manakala mobil itu tak kuat naik. Tanjakan itu…cukup terjal dari bawah sana,
tapi yang menyulitkan pengemudi adalah karena ditengah tanjakan tersebut jalan
menonjol seperti polisi tidur yang cukup membuat mobil-mobil itu terbang…dan
karenanya rentan terhadap kecelakaan. "Kami tidak menyarankan orang yang belum
terbiasa unntuk lewat jalur Cidaun menuju Ciwidey ini….lebih baik cari jalan
yang lebih landai saja…lewat Tanggeung Cianjur misalnya, atau lewat Pameungpeuk Garut. Sebab
nyawa lebih utama dibanding waktu. Harus punya nyali, dan juga keterampilan
berkendara, kesigapan berkendara…dan tidak boleh nekad apalagi kurang
perhitungan. Bisa bahaya. Saya
sungguh-sungguh mengingatkan hal tersebut. Anda tak boleh setengah hati….harus
yakin dan harus sigap kalau tetap mau lewat sini. Dan juga kalau belum pernah kesini, sebaiknya hindari perjalanan di malam hari, karena selain gelap juga akan sulit mendapat pertolongan orang".
Beberapa mobil tadi, kita lihat kesulitan meliwati tanjakan ini…
"rupanya jalur ini
perlu perbaikan, perlu dibuat lebih landai, dan diratakan lagi aspalnya, agar hal-hal berbahaya seperti itu tak boleh ada. Sbb itu sangat membahayakan nyawa…..!!"
*Sayang sekali aku kok tak mengabadikannya tadi….padahal itu
adalah momen yang baik untuk kita dokumentasikan......... Lain
kali aku harus lebih cermat dalam melihat momen-momen langka demikian. Karena khalayak tentu, tak tahu jika kita tak mengkabarkannya.*
Jalananpun terus aku lanjutkan, ke sana ke lembah, ke tengah sawah.
Melewati sawah-sawah, punggung-punggung bukit, kelokan ke kiri dan terutama ke kanan….yang menukik kebawah…di landscap persawahan, dengan lembah, dan dilingkupi tebing bukit yang kokoh di latarnya, dan curug-curug yang lamat terlihat bercucuran dari balik tebing batu, menyibak pepohonan disekitarnya.
Entahlah apa nama tempat ini....ntah kampung apa….tak ada papan namanya, atau gapura.
Barangkali orang tak perlu tahu nama, karena apalah arti sebuah nama. Mungkin......
Ya sudah kalo memang mereka tak mau beritahu nama kampung ini..gpp. akumah rapopo…
*Padahal sebenarnya kadang kita ingin tahu apa nama kampung ini…yang sebenarnya...mengingatkan kita kepada suatu masa yang serasa pernah ada dalam benak, terlintas dalam mimpi, atau tergambar dalam sekuel film-film keluaran lama…seperti kita dibawa masuk ke dalam mesin waktu…membuat kita serasa kembali ke romantisme masa yang silam...
Hendaknya orang itu berpikir juga seperti apa yang aku pikir. Membuat destinasi wisata yang bisa membuat kita serasa kembali ke zaman doeloe...eranya zorro atau era keemasannya film cowboy, si charles, hunter, si unyil dll. Knapa jadi sebut-sebut film si unyil dll ya...*
Namun sayang,
**modernisasi nyatanya sudah menyentuh pedalaman seperti disini..gedung-gedung rumah yang modern….perlengkapan-perlengkapan yang serba modern juga bisa kita temui dengan biasa disini.. hanya alamnya yang tetap seperti ada di dunia asing, dengan dimensi imazinasi yang menari-nari dikepala kita..karena mengingatkan kepada memori masa silam...….yang tapi isinya sudah tak sama lagi**.
Padahal, jika saja orang didesa seperti ini, tetap dengan kearifan lokalnya…itu akan membuat pemandangan disini bagaikan suatu lukisan alam yang tak berpigura….seperti sapuan lukisan maha karya yang amat berharga dari Picasso. Melebihi karya maestro Perancis, Inggris, Italia dan Netherland.
Tak terasa rupanya, perjalanan ini sudah sampai di lokasi sebuah Curug yang ada disisi jalan yang kita lewati ini, tapi kiranya kini tak satu tetes airpun meluncur dari puncaknya, sangat disayangkan tentu… sirna sudah ditelan masa.
"Belum begitu lama musim hujan itu berlalu…tapi air-air sudah mengering kini…apalah nian jika kemarau itu sudah berlangsung lama…tentu khawatir bahwa kita akan bisa kekeringan total…takada sumber air untuk kehidupan kita, untuk tanaman, untuk peternakan, sawah-sawah, bahkan utk mandi, minum dll…
naudzubillaahi min dzaalik…
disini disaat kesadaran muncul begini…kita sadari…betapa manusia itu begitu lemah, terlalu rapuh dan amat bergantung terhadap kemurahanNya…hanya Tuhan yang memberi kita air hujan, membasahi hutan-hutan, menyimpan cadangan air diperut bumi, mengeluarkannya untuk kehidupan kita….sehari-hari".
**"Kadang………………….sering kali kita lupa itu.
Pantaslah kiranya kita istighfar lagi sekarang………..1000 x,
100x, 10x atau minimal 1x dengan istighfar yang sebenarnya…mengakui salah,
khilaf dan dosa-dosa…mengakui kelalaian kita, mengakui bahwa kita itu jarang
bersyukur kala menerima anugrahNya…hujan, sinar mentari yang berguna….pepohonan
yang tumbuh subur, sawah yang terairi, kebun yang kita panen…semua itu berkat
Rahmat dan KaruniaNya semata…………………ingatkah kalian……??????????"**
Hah…..aku bernafas lebih dalam lagi… Tuhan…
Ya Tuhan…
Rabb…
Ya Rabb….
Hari semakin siang saja….
Tak terasa motor ini sudah melewati hutan-hutan yang dulu aku bilang ini bagaikan di hutan Sumatera…ya ini seperti di Lampung mungkin…iya..
Ya kamu betul...lagi
Hah…ada apa..ada kejadian apa ini..ada demo…ada
keributankah…?
Orang-orang berkumpul di sana…mobil berjejer…orang pada
keluar, ke jalan…ada apakah….?!
Atau kah inikah yang disebut begal…?..
Tidak, ini bukan pembegalan, lalu apa…!?
Rupanya mobil semua terhenti disana…motor juga berhenti…jalan didepan ditutup. Ada beko, ada dumtruck. Rupanya jalan ini ditutup, disana ditulis jadwal buka tutup. Jam sekarang kebetulan jam tutup…nanti baru buka lagi jam 15.00 WIB, masih satu jam lagi harus menunggu antri disini.
**Makanan, kembali terjajakan, sambil menunggu buka jalan
tentu…kita akan banyak waktu bengong…dan itu peluang untuk para penjual makanan
untuk dijajakan.
Kacang tanah, air mineral, kopi, aneka gorengan…tenda-tenda pedagang berjejer…terbuat dari bamboo dan terpal…dibuat warung-warung dadakan. Laku, ada ratusan orang saya kira, lebih dari 50 orang. Semua berhenti disini, semua berteduh disini. Inilah tentu cara Tuhan membagikan rezeki**.
Tak terasa, 10 menit berlalu…perutku sebenarnya sudah cukup kenyang karena belum lama tadi aku isi dengan telor dan mie rebus, juga keripik pisang, dll. Berisi sudah perutku. Tapi apaboleh buat...gak enak kita ikut berteduh jika tidak jajan walau sedikit saja…itung-itung rasa terimakasih...kita bisa ikut berteduh, duduk manis di bangku-bangku.
Sudah jalan..kendaraan sudah maju…mesin-mesin dinyalakan…motor mobil…rupanya 14.30 portalnya sudah dibuka….harus cepat jalan, jangan
sampai keburu ditutup lagi…akan lama lagi nanti.
#Yah…sedang ada pelebaran jalan rupanya. Jalan bottle neck…jalan sempit yang masih tersisa dari jalur Cidaun-Ciwidey ini. Beberapa bulan lalu, atau tahun lalu 2019 tepatnya untungnya aku sudah abadikan jalur ini dalam satu photografiku#.
Berikut ini photo 1 tahun yang lalu.
Sebenarnya jalan itu menurutku antik karena barang langka, jarang-jarang ada jalan "kacekek" seperti ini. Itu seperti di jalur Medan menuju Sibolga…ada jalur sempit yang hanya satu kendaraan bisa lewat…bedanya kalau disana berupa terowongan batu yang sempit…kalau disini tebing yang curam. Seperti itu.
Kalau di Eropa, jalan demikian ini ada juga, tapi mereka dibuatnya terowongan atau semi terowongan sehingga cara kerjanya adalah, menahan bukit diatas...dan sementara dibawahnya dibangun jalan yang luas.
lupa…
Tadi aku lupa tak membuat potret nya, padahal itu bisa kubuat berita yang dibaca seluruh negeri.
Ah…aku benar-benar tak ada jiwa jurnalistik rupanya. Beberapa kejadian aku lewatkan begitu saja. Tak sempat aku dokumenter kan..lagi-lagi.
...jadi teringat…ada momen jurnalistik yang masih aku ingat April lalu..waktu jalan ke Cukul-Talegong…. Di era PSBB,....wabah covid-19 …
Posko kesehatan, plus penyetopan kendaraan oleh kepolisian setiap kendaraan asing yang lewat batas wilayah…scan suhu tubuh…pencatatan data pribadi, KTP, usia dan tujuan perjalanan.
Saat itu, terasa seakan negara kita ini sedang berada dalam suasana peperangan, ada pemeriksaan tapal batas.......orang tak boleh keluar sembarangan.....tak boleh kemana-mana,…sekolah ditutup,….pasar ditutup, masjid-mesjid ditutup…takada jum’atan.. zonasi...merah, zonasi kuning…dll
Laut selatan mulai terlihat. Sekilas aku melihatnya disisi kanan jalan tadi....dengan pantai yang putih membuih. Jauh disana dibawah bebukitan tadi….dari teluk yang lebar.
Jalanan ini berkelok sepuluh, atau lebih....melewati kebun-kebun, pepohonan, bebukitan yang semua itu kemudian menutupi pemandangan lautnya. Laut tak bisa terlihat lagi. Seperti laut itu menghilang….dan hanya semacam halusinasi yang menipu mata karena semacam khayalan semata....seperti orang yang terobsesi...sehingga gambaran yang terlihat bukanlah objek yang nyata....hanya illusi saja...
Dan atau laut itu seperti mengatakan padaku…”hey...aku memang mungkin bisa kau lihat disana tadi…tapi itu hanyalah ungkapan.....kejarlah aku, engkau kan kutangkap.…!!” hanya ngabibita...
Ya…rupanya berapa pengkolan aku lalui…tapi rupanya laut tak bisa terlihat lagi disini…ah masih jauh sebenarnya.
Dikejar, makin menjauh.
Seperti "Geulis Gunung", terlihat cantik dari kejauhan....
nampak dekat, tapi sesungguhnya ia jauh. …maka pantas saja jika lautpun bisa terlihat dari jarak sejauh itu. Tapi sesungguhnya ia tak dekat...…
Akhirnya Sampai
Suasana laut, angin laut, udara pantai sudah mulai terasa sekarang.
Akhirnya, Cidaunpun tiba kami padanya. Lautan dengan jelas
terpampang didepan kita….jalan ini menuruni bukitnya yang terakhir…dibawah sana adalah
kota kecamatan Cidaun kabupaten Cianjur…Cianjur bagian Selatan.
Kita berhenti untuk sedikit menikmati pemandangan laut dari punggung bukit ini, dari tengah jalan ini.
Itu adalah jalan yang turun dengan pemandangan laut lepas ada dibelakang toko-toko dan rumah-rumah dibawah sana…dipertemuan jalan ini, dan jalan lintas selatan.
Sebuah pemandangan yang tentu "tercipta ketika Tuhan sedang tersenyum", ada variasi pemandangan dengan kekhasannya masing-masing.
Note...:
Ini masih masa covid-19
Ada kita lihat orang ramai bergerombol di sebuah bangunan diseberang jalan… itu kantor pos….ya ada antrian masyarakat yang menerima bantuan social dalam rangka mengatasi dampak ekonomi dari Covid-19…yang telah membuat penghasilan masyarakat terganggu, daya beli menurun…dst.
"Alhamdulillah Indonesia kini sudah tergolong 16 besar ekonomi dunia…sehingga kita mampu untuk sekedar sedikit bantuan untuk berpuluh juta warga Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Walau tak semua dapat, tapi setidaknya uang itu berputar di tengah masyarakat…menghidupkan sedikit roda ekonomi..sedikit demi sedikit".
Note...: tak lama, barusaja saya tulis ini, keesokan harinya ada berita bahwa menkeu berencana membagikan uang 600 ribu utk pemegang karti BPJS, yang dengan gaji di bawah 5 jt. Itu adalah konfirmasi kebenaran statemen diatas...menguatkan kenyataan bahwa negeri kita sedang menuju negeri yang lebih maju...bahkan menurut bank dunia, imf dll...indonesia diprediksi segera mengalahkan negeri" eropa...akan menjadi negara dgn kekuaran ekonomi terbesar ke empat di dunia. China, USA, India dan Indonesia. Kita harus optimis sehingga kehidupan kita semoga bisa lebih baik kedepannya. Aamiin."
"Berdo'alah karena do'a itu gratis...dan pengkabulan Allah SWT itu hak prerogatifNya."
Sebentar saja berhentinya, sekedar menikmati pemandanan laut lepasnya, dan pemandangan jalan yang baik, kota Cidaun yang berbeda dari yang lain. Tak lama, karena kebetulan banyak orang disana, kita kelihatan terlalu mencolok disini, kelihatan benar seperti orang asingnya.
(Ah terlewat lagi… aku tak memotretnya dulu barusan….sbb nanti tahun depan tak akanada lagi moment demikian itu,…sehingga jadi lengkap sudah kuliah jurnalistik yang kuperoleh untuk hari ini. "Banyak kejadian disekitarmu, yang bisa jadi, itu merupakan berita menarik untuk orang lain").
Dari pertigaan jalan Cidaun ini kita ambil yang kearah kiri, penunjuk jalan yang kearah Rancabuaya Garut Selatan…ke pantai Jayanti yang tak jauh…kesana tujuanku kali ini.
Setelah sekira 5 menit dari Cidaun ke arah kiri tadi, disebuah persimpangan kearah kanan kita bisa baca papan nama…Pantai Jayanti.
Kita langsung saja belok kesana….hendak mencari
minimarket…untuk beli air minumkah…jajanan ringankah dll…
Tapi tak ada rupanya…ini harus putar balik…
Ya….balik lagi ke sebuah pom bensin yang berada tepat dipertigaan tadi, ada sebuah pom bensin, ada mushola yang bagus, dan juga ada minimarket. Kita harus berhenti dulu…pengen istirahat..sholat asyar, ke air dll.
Suasana terik khas pantai sangat terasa disini…apalagi pantulan dari beton yang disekeliling tempat pom bensin ini. Membuat panas terpantul dari atas dan dari bawah….bahkan di dalam gedung ber AC pun kok terasa panas…mungkin AC nya sudah perlu di service barangkali.
Itulah yang kami rasakan…panas diluar…panas didalam juga.
Harusnya disini itu diperbanyak pepohonan yang rindang. Supaya mengurangi dan
menyerap panas.
Sudah bayar
karcis 15 ribu. Kami bertemu lagi dengan pemotor yang sejak Ciwidey tadi
bertemu. "Ketemu lagi kang….siip…salam satu aspal..!!"
Dia sedang memotret pantainya dan dermaganya tempat perahu-perahu bersandar di bawah sana. Ya kita akan belok disini saja..kita ingin lihat ada pemandangan apa di dermaga nelayan itu…aku belum pernah kesana soalnya. Dulu waktu kesini, aku tak berhenti disini..tapi di tempat lainnya di sana melewati pasar ikan itu…
*Tidak…aku itu orangnya suka ingin tahu hal-hal yang baru…pemandangan baru tentu akan memberi pengalaman baru iya kan..?. itulah yang aku bilang…..seperti explore lah tempat barumu…!!..seperti itu mungkin motto ku. Kali ini*.
Laut selatan…selamat datang di laut Selatan Jawa Barat. Di Pantai Jayanti…Di Dermaga Perahu Nelayan Cianjur Selatan.
Rupanya pemandangan disini lebih indah dibanding dipantai
yang sebelah sana yang kami dulu kunjungi bersama trio wekwek.
Rupanya benar…don’t judge the book only by the cover….!!
Susurilah alam mu…barangkali kau temukan keindahannya
ditempat yang tidak kamu sangka sebelumnya…explore lah….karena kamu adalah
sibolang….atau sang petualang…atau…karena engkau punya semboyan lain….
My Trip My Adventure….!
Aku lagi males cerita tentang pantai ini…aku hanya ingin
menikmatinya saja….
Kata-kataku tak terlalu indah….tak bisa seindah pemandangan
yang ada.
Biarlah, kalian buktikan sendiri nanti….kami tunggu di
Pantai Jayanti
Bravo Indonesia
Merdeka…!!
3 Komentar
Ceritanya terlalu detail. Terlalu membosankan. Blm di edit
BalasHapusBagus,cuma kepanjangan
BalasHapusTerimakasih masukannya.
Hapus