Jalan-Jalan ke Kamojang dan Relaksasi Ekonomi

Lagi Musim Jalan-Jalan Kembali. Setelah sekian lama tak pernah jalan-jalan lagi, kemudian kamu bisa jalan-jalan kembali adalah seperti engkau telah menemukan kesukaanmu dimasa lalu. Dan itu sungguh menyenangkan.

Di masa Covid-19 ini banyak waktu luang, namun memang tak punya banyak cukup uang. Jadinya walaupun punya banyak waktu senggang namun hampir susah untuk sekedar bisa jalan-jalan. Terutama di 3 bulan pertama saat PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar) diberlakukan, suasana serba terbatas. Tempat-tempat wisata juga ditutup total.

Namun semenjak PSBB berakhir di pertengahan bulan Agustus dan berganti menjadi New Normal saat ini beberapa kawasan wisata mulai dibuka secara terbatas. 

Namun walaupun tempat wisata sudah dibuka secara terbatas dan bertahap, masalah lainnya kemudian muncul. Wisata dibuka tapi uang tak punya. Sekian lama dunia kerja berhenti, mengakibatkan pendapatan kita mayoritas menurun secara signifikan. Bahkan banyak diantara kita tidak dapat bekerja lagi, dirumahkan atau di PHK dll.

Masih beruntung jika kita punya keahlian lain dan atau sumber penghasilan cadangan, barangkali pemecatan dari tempat kerja tidak menjadi persoalan. Atau para pengusaha (Besar, Kecil, Menengah), mereka masih bisa bertahan dari gempuran krisis ekonomi ini. Mungkin sebagian terpengaruh, tapi mungkin sebagian justru mengalami kemajuan. Termasuk pekerja informal, maupun formal. Hampir semuanya terdampak covid-19 ini.

Bagi pekerja swasta seperti penulis, kondisi covid ini benar-benar terasa pengaruhnya bagi perekonomian dan kehidupan sehari-hari. Boro-boro untuk jalan-jalan, untuk makan sehari-haripun sangat kesulitan. Apalagi tanpa bantuan atau pinjaman dari saudara atau teman, tentu saja amat berat menjalani kehidupan saat-saat seperti sekarang ini.

Untungnya adalah keadaan ini berlaku secara umum, sehingga semua orang memaklumi keadaan kita yang sedang prihatin begini. 

Ini sudah masuk menuju di minggu akhir bulan Oktober 2020. Keadaan ekonomi kita masih tetap belum beranjak menuju normal. Masih belum jelas masa depan perekonomian kita di akhir tahun ini. Berharap semoga semua segera berlalu dan keadaan ekonomi sosial, keamanan, politik dll bisa lebih baik lagi mulai bulan depan dan sehingga di awal tahun 2021 kita bisa kembali kepada suasana pembangunan di segala bidang dengan lebih baik lagi. Menuju Indonesia yang maju dan sejahtera. Aamiin. 

Itulah yang kita sering dengar. Terjadi kontraksi perekonomian nasional maupun internasional.


Beberapa point penting yang kini menjadi perhatian serius pemerintahan kita dalam rangka recovery perekonomian dan atau biasa disebut relaksasi perekonomian menjelang berakhirnya wabah Covid-19, setidaknya kita rangkum sebagai berikut:

1. Pertanian. Dunia pertanian adalah salah satu kegiatan yang bisa bertahan dalam suasana Corona ini. Ada beberapa penurunan harga, tomat dll. Satu kilo hanya 1000 atau 2000 rupiah dari biasanya yang bisa mencapai 5000 atau 8000. Namun dalam banyak lainnya, pertanian terbilang paling bisa bertahan atau produktif.

2. Wisata. Walaupun dunia wisata masih belum bisa diharapkan saat ini. Akan tetapi secara bertahap dunia wisata (terutama wisatawan lokal) bisa menjadi salah satu penggerak roda perekonomian. Para penjual makanan di pinggir jalan, atau jasa wisata akan bisa membuka lapangan kerja kembali secara mudah dan lebih cepat dirasakan langsung oleh ekonomi kerakyatan.

3. Infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang terus digenjot di masa pandemi saat ini menjadi salah satu penggerak perekonomian. Belanja pemerintah dalam dunia infrastruktur telah membuat roda ekonomi terus berjalan. Setidaknya masih ada detaknya. Selain itu, kedepannya disaat pandemi sudah berakhir maka keberadaan infrastruktur yang kuat itu akan menjadi pembantu utama bagi pemulihan ekonomi secara micro maupun macro. Infrastruktur yang baik akan menarik minat investor sehingga bisa membuka lapangan kerja baru. dst 

4. Menampung perusahaan-perusahaan pindahan dari negeri China yang kemungkinan besar akan diperebutkan oleh beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, segala infra dan suprastruktur ekonomi harus menjadi perhatian pemerintah dan juga rakyat Indonesia. Omnibuslaw misalnya, harus dapat memudahkan para investor untuk mendirikan pabriknya di Indonesia. Jangan sampai kontraproduktif. Para buruh juga harus bisa melihat dari kacamata yang lebih luas. Tujuan adanya perbaikan peraturan harus ditujukan untuk meningkatkan lingkup ekonomi sehingga membuka peluang usaha yang lebih luas lagi. Pada akhirnya akan membuat bangsa kita semakin sejahtera. Jangan terlalu picik dalam membaca suatu persoalan. Harus dilihat dalam kerangka yang lebih besar dan menyeluruh. Tapi masukan-masukan dari masyarakat tentu diperlukan juga dan semoga tujuan kita sama, ingin memperkokoh negara dan bangsa kita sendiri. aamiin.

5. Digitalisai ekonomi. Dengan berkembangnya dunia digital bisa memutus mata rantai ekonomi yang seringkali merugikan produsen kecil, petani terutama, dan juga membuat harga ditingkat pembeli bisa lebih murah. Petani/produsen/UMKM/perajin dan pembeli sama-sama diuntungkan.

6. Restrukturisasi dan Relaksasi Kredit dalam dunia Jasa Keuangan. Meringankan dunia usaha dalam hal pembayaran kewajiban utang ke perbankan, dll. Rencana relaksasi ekonomi ini pun disinyalir akan diperpanjang hingga tahun 2021 dan 2022. Kecuali ada perkembangan baru. Semoga saja kita bisa pulih lebih cepat dari perkiraan.

7. Kesehatan dan Bantuan Sosial. Dua hal yang sangat terkait erat di era pandemi Corona Covid-19 ini. Dengan Menjaga protokol kesehatan tetap dilaksanakan dalam segala aktivitas kita semua. Jangan sampai karena demi sesuap nasi, malah terjangkit/tertular penyakit dari covid-19 ini. Uang tak dapat, malah jadi sakit dan dirawat berbulan-bulan di Rumah Sakit. Hal itu yang kita cegah dengan adanya protokol kesehatan. Menjaga Jarak aman, memakai masker dan sering mencuci tangan setelah menyentuh benda-benda, orang, makanan, dll. Sementara itu, sejurus dengan protokol kesehatan itu, pemerintah juga memberikan bantuan uang tunai kepada masyarakat melalui berbagai skema. Terakhir adalah bantuan sosial bagi pemilik BPJS dengan upah dibawah 5 juta dll.

8. Program padat karya. Beberapa pembangunan dilakukan dengan cara manual yang bersifat padat karya seperti pembangunan jalan Tol Riau-Padang dll.

Relaksasi ekonomi ini tak ubahnya seperti kita relaksasi terhadap kejiwaan atau tubuh kita sehari-hari. Merubah suasana stress akibat kecemasan atau ketegangan ekonomi, sehingga keadaan ekonomi bisa kembali pulih seperti sediakala. Sebagai upaya dari program Pemulihan Ekonomi Nasioanal maupun daerah (PEN atau PED) sesuai PP No. 23 tahun 2020 yang diteken presiden pada tanggal 9 Mei 2020 lalu.

Prinsip pelaksanaan PEN, seperti termaktub dalam Pasal 3, yakni berasas keadilan sosial; untuk kemakmuran rakyat; mendukung pelaku usaha; menerapkan kaidah-kaidah kebijakan penuh kehati-hatian serta tata kelola yang baik, transparan, akseleratif, adil, dan akuntabel sesuai dengan peraturan perundang-undangan; tidak menimbulkan moral hazard; dan pembagian biaya dan risiko antar pemangkau kepentingan sesuai tugas dan kewenangan masing-masing. 

Pemerintah pada mulanya menganggarkan PEN sebesar Rp 641,17 triliun dan mengalokasikannya kepada 10 instrumen kebijakan. Beberapa di antaranya untuk dukungan konsumsi yang meliputi Program Keluarga Harapan (PKH) dan bantuan sosial lain sebesar Rp 172,1 triliun, insentif perpajakan sebesar Rp 123,01 triliun, dan percepatan pembayaran kompensasi sebesar Rp 90,42 triliun.


Beberapa langkah ekonomi tersebut diungkapkan oleh Presiden dalam empat langkah yaitu perlindungan sosial, UMKM, Padat Karya dan Pembiayaan Perusahaan dan tujuh program relaksasi ekonomi yang disampaikan Gubernur Jawa Barat pak Ridwan Kamil dalam berbagai kesempatan. 

Sebagaimana kita ketahui, walaupun ditengah wabah Covid-19 ini pemprov Jabar terus melanjutkan program-program yang sudah di buat sejak pra corona. Antara lain menggerakkan dunia wisata, pengembangan kawasan Rebana untuk mengundang investor baru, dll. Walaupun beberapa program juga mengalami penundaan atau dialihkan ke program bantuan sosial dll. Sebut saja program jalan mulus (Jamu) yang dihentikan untuk sementara sampai covid berlalu, atau sampai dananya mencukupi untuk hal tersebut. 

Kita sebagai masyarakat juga hendaknya dapat bergerak, melakukan usaha-usaha sendiri maupun berkelompok guna mengangkat perekonomian kita yang sekarang ini sedang terpuruk. Mungkin perlu ada pendampingan para ahli atau juga perlu kemampuan inovasi, mencari peluang usaha baru dst. 

Namun memang, dalam ketidak tahuan seringkali membuat peluang yang ada menjadi sia-sia. Faktor konektifitas antara konsumen dan produsen dan juga faktor ilmu pengetahuan, skill, pengalaman, lingkungan dll juga sangat menentukan. 

Biasanya dengan lingkungan yang mendukung, maka dunia usaha bisa tumbuh dan berkembang. Itu sudah barang tentu. Oleh karena itu adalah perlu untuk kita bisa membentuk atau memasuki lingkungan-lingkungan yang proaktif, produktif, berkemampuan, berpengalaman dalam berusaha dst. Lingkaran pergaulan, pertemanan juga harus di upgrade, jangan terpaku dalam pergaulan yang malas dan harus beralih ke pergaulan yang giat bekerja, kreatif dst. 

Maka, program-program pemerintah seperti menyediakan hub kreatif di banyak kota di Jawa Barat haruslah dapat memicu masyarakat untuk dapat memanfaatkan hal tersebut dengan cara terus mencari informasi, kolaborasi dengan gigih dan tidak mudah menyerah.

Teori-teori yang kita paparkan demikian ini, sesungguhnya hanyalah tulisan pribadi untuk kepentingan sendiri. Namun boleh jadi malah berguna juga untuk teman-teman yang lain. Bisa jadi orang lebih cepat menangkap dan sementara yang lain kurang cepat dst.

Dan boleh jadi pembaca lebih sukses dari penulisnya sendiri. Hal itu tidak mengapa karena tujuan penulisan ini adalah untuk memperbanyak manfaat untuk kita semua, untuk penulis khususnya dan umumnya untuk para pembaca sekalian. Itu harapannya.

Bahkan sebenarnya penulis ingin belajar dari semua orang, barangkali ada ide atau pengalaman, atau ilmu atau apapun demi kemajuan kita semua dalam hal ekonomi, sosial budaya, agama dll.

Sebenarnya jalan-jalan kali inipun telah memberi penulis cakrawala baru. Betapa peluang usaha itu bisa kita temukan dalam banyak bidang. Bidang pertanian, tanaman sayuran, peternakan, perkebunan atau dunia usaha lainnya seperti perbengkelan kendaraan, bengkel kayu, kerajinan, makanan olahan, makanan ringan seperti keripik pisang, keripik singkong dll.

Dengan jalan-jalan kita bisa menambah wawasan, melihat kegiatan perekonomian di daerah lain sehingga kita bisa belajar dari mereka. Dunia wisata juga bisa kita kembangkan lebih baik lagi atau punya ide-ide baru, atau harapan-harapan lainnya yang semoga bisa mendorong kita untuk segera bergerak dan berbuat nyata. Mungkin diantara para pembaca sekalian sudah banyak yang bisa jauh melangkah, berkarya, dll, itu pun semoga akan menjadi contoh bagi kita yang belum bisa melangkah dan baru dalam tahap berencana misalnya.

Kolaborasi adalah cara kita menambah tenaga kita. Dengan kolaborasi maka kendala yang menghambat usaha kita bisa terbantukan oleh teman atau kenalan kita/partner kita. Dengan kolaborasi maka beban yang terasa berat bisa menjadi lebih ringan karena berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Semua saling membantu, gotong royong sauyunan. Membina kemajuan secara bersama-sama. 10 kepala akan lebih baik dibandingkan 1 kepala. 10 tenaga akan lebih kuat dibandingkan 1 tenaga. Seperti itu.

Pemerintah berusaha membantu iklim usaha itu agar bergerak membaik dengan berbagai terobosan dan kebijakannya, dan kita sebagai pelaku ekonomi, sebagai masyarakat juga harus pandai-pandai membaca peluang usaha yang ada atau yang berkembang di depan mata kita.

Tak terasa, kami sudah sampai di Kamojang kembali.

Jalan yang kami susuri adalah melewati biasanya. Dari Buahbatu menuju Baleendah, lurus melewati jalan Siliwangi menuju arah Ciparay, Majalaya dan dari kota Majalaya itu barulah kita naik menuju ke selatan ke daerah kecamatan Ibun. Jarak yang ditempuh atau waktu kita sampai di Kamojang tak lebih dari satu jam saja dari bawah (Baleendah-Ciparay). Itu adalah acuan kita kali ini. Mungkin sekitar 40 menit saja. Jam sudah menunjukkan sekira pukul 9 berapa menit. 

Tujuan kita adalah hanyalah mencari udara segar disekitar pegunungan Kamojang. Disini ada beberapa warung berjejer yang menjajakan makanan seperti mie rebus, mie ayam, bakar jagung, keripik-keripik dan banyak aneka makanan ringan lainnya.

Namun sesungguhnya yang dijual disini yang paling utama adalah pemandangan alamnya yang masih relatif baik dan alami, yang hijau disekitarnya, yang teduh yang sejuk yang bersih yang nyaman dst. Dengan beberapa fasilitas yang dibangun oleh para pedagang disini, semua itu menambah daya tarik tempat ini sehingga kita jadi merasa betah berada disini. Belanja makanan dst yang hal itu menjadi mata penghasilan bagi para pedagang tersebut.

Itulah yang kita maksud kegiatan ekonomi. Ada penjual, ada pembeli dan ada transaksi. Penjual harus pandai-pandai memikat agar banyak datang pembeli. Karena pembeli mau mengeluarkan uangnya demi kepuasan yang mereka harapkan.

Makanan yang dijual haruslah makanan yang sehat, yang baik bersih, yang enak, yang juga terjangkau bagi konsumennya atau pangsa pasarnya. Ikatan penjual terhadap pembeli itu diukur ditentukan oleh KEPUASAN PEMBELI. Puas karena jasa atau barang yang dibeli sangat sesuai dengan harga atau nilai uang yang dikeluarkannya. 

Tak terasa satu jam sudah kita bercengkrama di alam yang sejuk ini. Alam yang sangat menyegarkan bagi pori-pori dan paru-paru kita. Puas sekali dan betah sekali. Pastilah, insyaAllah, kami akan kembali kesini. 

Duh, makanannya cukup enak, duh keripik pisangnya terasa pas dimulut dan harga juga terbilang cukup terjangkau. Hanya saja satu hal yang kurang di warung ini adalah sajian air teh hangat

Seharusnya pedagang jangan PELIT. Karena jamuan air teh adalah tidak memakan biaya mahal dan anggaplah pengunjung itu sebagai tamu yang baik, yang wajib dilayani. Kalau sekedar air teh hangat adalah pantas didapatkan semua para tamunya. Hal itu tentu akan membuat ikatan batin pengunjung begitu kuat tertanam untuk warung ini.

Penulis sendiri akan mencari penjual atau pedagang yang bisa memberi kita kepuasan lebih seperti itu. Air minum dalam kemasan, terutama dalam cup, itu tak seberapa harganya. Tapi secara psikologis sangat besar dampaknya bagi para konsumen. Gara-gara segelas air minum, konsumen bisa membatalkan pembeliannya. Dan itu bukanlah strategi yang baik dari sisi pedagang.

Ini hanya masukan untuk para pengusaha kuliner yang ada di Jawa Barat dan dimanapun berada. Dibanding menjual air minum, lebih baik kita menjual daun tehnya sebagai oleh-oleh ketika konsumen kembali ke rumahnya masing-masing. 

Maka dengan penyesalan yang akibat segelas air teh hangat itu, menjadi pengganjal bagi penulis untuk dapat kembali ke warung tersebut. Sebab di warung lainnya, yang dulu pernah penulis kunjungi disekitar sini, tidak seperti demikian. Disana disediakan air teh hangat yang sangat nikmat.

Penulis mengira bahwa disinipun akan diberikan air teh hangat itu. Tapi hingga makanan itu habis, air yang ditunggu itu tak jua kunjung datang. Untunglah penulis bawa air sendiri. Air yang dibawa sendiri tentu lebih cocok dibandingkan air yang di kemasan disini yang belum tentu seenak yang kita bawa. Akhirnya ada dua kerugian bagi pedagang tersebut. Satu, air kemasannya tidak saya beli. Kedua, terus terang saya agak enggan untuk kembali ke warung tersebut dan akan memilih warung lainnya saja yang mau berbagi teh hangat. Karena suasana yang dingin, maka teh hangat adalah seperti sajian yang paling istimewa tapi murah. Jikapun air teh itu harus bayar, maka penulis pasti akan bersedia membayarnya. Namun dari sisi penjual, tentu mengkomersilkan segelas, dua gelas air teh adalah tidak baik. Itu akan meruksak nama baik pedagang itu sendiri. Maka solusinya jika dirasa membuat teh air hangat adalah merugikan, tak mengapa menambahkan harga teh air hangat itu kepada harga total dari makanan yang kita beli. Kalau sodakoh bagi tamu, maka itu akan lebih baaik lagi. Anggap saja bahwa para tamu pembeli itu adalah tamu yang datang ke rumah kita. Adalah terlalu kalau kita tak rela menyuguhkan segelas dua gelas air teh hangat kepada mereka.

Prinsip menghormati/menghargai tamu adalah akan memperluas rezeki. Hal itu harus di terapkan juga dalam dunia perdagangan makanan seperti itu. Itu sangat KRUSIAL. Dan juga berakibat FATAL.

Itulah satu kekecewaan penulis kali ini. Tapi sangat menentukan masa depan pelanggannya.

Maka karena sudah terlalu lama juga kami menikmati sejuknya udara alam Kamojang demikian itu. Waktu mengharuskan kita untuk beranjak juga. Masih ada lainnya yang hendak kita susuri di hari yang menuju siang ini.

Tak ada tujuan spesipik selain dari Kamojang sebenarnya. Tapi terlalu lama juga tidak enak dirasakan di hati sendiri. 

Kamipun pulang dengan melewati arah lainnya. Menuju Samarang, belok kiri ke arah Tarogong Garut. Tak terlalu kencang kamu mengemudikan kendaraan, sebab kali ini kami hanya ingin cari udara atau suasana yang berbeda saja. Menuju Garut yang terlihat lebih ramai dari minggu lalu itu, suasana Cipanas juga sepertinya cukup ramai. Tapi kali ini kita tak membeli oleh-oleh apapun jua. Kita sedang dalam program mengencangkan ikat pinggang. Program menekan pengeluaran. 

Dari Garut itu kita lurus ke arah utara keluar kota, melewati Leles dan Kadungora. Setelah melewati rel kereta api di Kadungora kita belok kiri menuju jalan Cijapati. 

Jalan yang sudah beberapa lama tidak pernah penulis lewati itu, terasa gersang karena musim hujan belum benar-benar datang saat ini. Ladang-ladang penduduk terlihat menguning, meranggas dan tak ubah seperti berada dipadang pasir yang tandus. Pepohonan juga berguguran daunnya, menguning pemandangan disekitarnya. 

Walaupun begitu, suasanan jalan Cijapati ini tetaplah menjadi daya tarik tersendiri bagi para pemotor atau penikmat alam. Beberapa warung yang ada disana, penuh dipadati para pengunjungnya.

Adzan dzuhur sudah berkumandang. Kita akan sholat sebentar lagi. 

Kamipun pulang saja menuju ke Bandung, via jalan yang menurun dan kemudian sampai di cekungan Bandung.

........................................................................

.....................................................................................................

............................................

Sebelum pulang di sore itu, kami habiskan hari itu di sekitaran Gelora Bandung Lautan Api. Ikan presto yang kami bawa, akan sangat nikmat disajikan dibawah pepohonan yang ada disekitaran Stadion. Terasa nikmat luar biasa. Habis tak bersisa. Dengan air kelapa yang mengantar kita kepada kenangan terindah dihari minggu. 

Sampai jumpa di perjalanan kita selanjutnya.

Salam Indonesia Juara.

Posting Komentar

0 Komentar