Pantai Santolo 2020

Ada sesuatu yang baru di Santolo. Mercusuar.

Sudah cukup lama kita tidak pernah mengunjungi Pantai Santolo ini. Terakhir KESINI adalah awal tahun 2018. Januari kesini dan  Februari ke pantai Teletubis sayangheulang. Sudah hampir tiga tahun ternyata. 

Sungguh sedih jika mengingat waktu. Begitu cepat berlalu. Tak terasa sepertinya itu belum lama, tau-tau kalau dihitung ternyata sudah berlalu selama hampir 3 tahun lamanya.

Maka, akankah waktu ini kini akan kita biarkan berlalu kembali seperti dahulu...??.

............................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................................

Tak mudah untuk memastikannya. Memastikan bahwa waktu tak akan berlalu dengan begitu saja tanpa ada ARTI yang berarti.

Sedih................Sungguh Sedih.

Tak seharusnya kita membiarkan waktu demi waktu berlalu tanpa guna, tanpa manfaat. Harusnya kita bisa mengisi waktu ini dengan cara yang lebih berguna lagi. Ada peningkatan dalam segala bidang. Jiwa semakin suci, lahiriah semakin berseri, batiniah semakin berisi.

Sudah berapa banyak ilmu yang kau tambahkan dalam dirimu...?

Sudah seberapa besar perbaikan dirimu, kelakuanmu, amal ibadahmu, sifat-sifat burukmu menjadi sifat-sifat baikmu. 

Apakah karirmu juga semakin menanjak atau malah semakin menurun. Kenapa kamu tidak berusaha untuk meningkatkan SOFT SKILL, HARD SKILL, dll....?????

Apakah kamu sudah menjadi lebih ahli, lebih berpengalaman, lebih berilmu...???

Apakah kamu sudah lebih terampil dalam skill, dalam bekerja...?

Apakah sikapmu sudah menjadi semakin baik, kemampuan komunikasi menjadi lebih baik...?, kemampuan problem solving menjadi semakin terampil....???

Apakah kamu punya jiwa empati, simpati, aji diri, aji rasa dan aji mumpung....mumpung kamu masih diberi kesempatan waktu dan hidup yang sehat dan luang...????............


Marilah kita renungkan hari ini..........sudah sejauh mana tingkat keberhasilan dalam program hidup kita ini....???

Rencana-rencana yang telah engkau buat, sudahkah bisa dijalankan...????, ataukah hanya menjadi rencana tanpa tindakan....??

Miris sudah jika teringat akan semua itu. Begitu banyak waktu terbuang secara sia-sia. Dan tak ada banyak PENCAPAIAN yang didapatkan hingga detik ini.

Sedih....


Santolo yang sesungguhnya termasuk indah itu, akan menjadi terasa suram semuanya. Buram bagaikan kertas karbon yang sudah tak terpakai. Kertas karbon yang kini tinggal cerita masalalu itu. Hilang karena dimakan zaman.

Santolo yang dulu terasa lebih rapih, kini menjadi serasa lebih hambar, tanpa rasa. Bukan karena pantai ini sudah hilang keindahannya, tapi itu lebih disebabkan oleh karena waktu yang berlalu itu ternyata tak membuatku menjadi lebih hebat lagi di hari ini.

Apakahituhanyaperasaanataumemangbeneran...???

Secara jujur.........harus dikatakan...ya...itu betulan. Tak ada peningkatan yang terasa dalam hidup selama ini, sampai dengan hari ini. Terutama dalam hal finansial, dalam pekerjaan dan dalam ilmu pengetahuan. Mau kuliah lagi tidak jadi, mau usaha sampingan belum terealisasi, mau jadi apapun belum tercapai.

Menikah...???

Termasuk belum menikah juga. 

Semua yang aku harapkan belum tercapai hingga hari ini.

Sedih....seharusnya aku memang harus merasaa sedih. Dan kuharap ini adalah yang terakhir kalinya hidup dipenuhi oleh SESAL.

Menikahlah....segeralah menikah. Terlalu lama menyendiri itu membuatmu terlena dengan WAKTU.

Jangan biarkan kamu menua, dan sementara kamu BELUM BERBUAT APA-APA.

Itulah akhirnya yang bisa penulis cerita kali ini. Dari Santolo yang telah mengingatkanku kepada WAKTU.

Santolo, sikucing orens, si banana boat dan sekian cerita lainnya yang pernah terekam dari tanah dan air ini. Tanah dan air Santolo yang penuh cerita. Air Panas dan Air Dingin yang tersaji kala di Santolo beach. Bukan air panas dari dispenser bah, tapi air panas untuk mandi...?. Teringat waktu si abah kutanyakan ada air panas air dingin gak bah...?!?, maksudnya untuk mandi karena temanku gak bisa mandi kalau tak ada air panas, sdh terbiasa dgn air panas katanya....

Tapi dengan mantap ditunjukkannya air dispenser itu.

Setelah kuselidiki instalasi perairan di kamar mandi lalu kutanya...bah mana air panasna...?!?

"Nih...."

Katanya sambil nunjuk ke sampingnya yg disitu ada dispenser warna biru...

Aku bagaikan disambar guludug...terhenyak dan kaget...hanya olohok...tak kuasa menahan tawa...dan cukup tersenyum saja sambil kukatakan..oohh..ya ya..

Demikianlah sekuel cerita dari Santolo...dimasa lalu.

Kini....

Itu semua sudah menjadi cerita yang terangkum di hari ini. Santolo yang biru, santolo yang keruh, santolo yang hijau, santolo yang coklat. Santolo yang cerah, santolo yang mendung, santolo yang warna warni.

Semua bercampur aduk dihari ini. Di hari yang penuh dengan kontradiksi....Perbedaan angan dan kenyataan, perbedaan harapan dan realita.

Masa lalu sudah berlalu, masa kini sedang dijalani. Masa depan harus dipersiapkan. Semoga hari-hari ini bisa lebih berarti lagi.

Santolo...santai dan tapi tong olo-olo

Santolo....bukan pula berarti santoloyo...

Santolo itu santun dengan totalitas dan loyalitas tanpa batas. 

Orang Santolo ini, orangnya baik-baik. Banyak pula orang datang kesini, untuk mengadu nasib, bekerja, berusaha. Berjualan, menyewakan perahu penyebrangan. dll. Sudah beberapa yang sudah kami ajak bicara, dari penjual siomay, penjual baso tahu, penjaja perahu penyebrangan, penjual ikan, pemancing ikan, dll.

Kehidupan di Santolo harus berlanjut terus. Tak boleh terhenti karena keadaan yang corona, atau karena musim ombak seperti 3 tahun yang lalu. Musim ketakutan yang terus saja menghantui Santolo dan juga pantai-pantai laut selatan lainnya. Ombak tinggi, isue gelombang tsunami dst. 

Seperti beberapa hari ini, telah mengemuka kembali tentang hasil penelitian dari ITB yang juga disampaikan oleh BMKG dll, bahwa ada kemungkinan terjadinya musibah TSUNAMI di sepanjang pantai selatan Jawa. Dari Selat Sunda yang katanya bisa mencapai tinggi 20 meter, hingga di laut jawa timur yang bisa mencapai 12 meter. Disini, mungkin sekira 15 meter, atau 16 meter.

Semua itu menjadi akumulasi ketakutan para calon pengunjung yang tadinya hendak berkunjung ke sini dan atau pantai-pantai lainnya di Selatan Pulau Jawa.

Berkurang tingkat kunjungannya. Tak seperti biasanya, seperti beberapa tahun yang lalu, di era pra 2015an. Di masa awal-awal ketenaran pantai ini dan pantai-pantai yang dianggap "kelas medioker" lainnya ini. Rancabuaya, Jayanti, Cijeruk, Cipatujah, Karang Tawulan, Ujung Genteng, Sawarna dll. 

Pantai-pantai yang "ditemukan" semenjak tersambungnya Jalur Lintas Selatan Jawa Barat di tahun 2012an. Dan semenjak terselesaikannya jalur vertikal Pangalengan-Rancabuaya, serta Cidaun-Rancabali. 

Ketika tadinya tempat-tempat itu sulit dijangkau karena tiada akses, kini menjadi lebih mudah karena adanya pembangunan jalan tersebut.

Sesuatu yang baru kali ini dari pantai Santolo adalah adanya Mercusuar yang menurut orang setempat itu baru selesai dibangun sejak akhir tahun 2018 lalu. Itu mungkin hampir bersamaan dengan pembangunan pemecah ombak di pantai Rancabuaya. Dan juga pembangunan tugu pantai sayang heulang yang baru dll.

Namun yang berubah lainnya adalah, semakin kumuhnya penataan warung-warung di sepanjang pantai ini. Kumuh dan juga tidak higienis.

Perlu ada PENATAAN yang lebih modern walau dengan nuansa tradisional. Lebih tertata, lebih bersih, lebih teratur, lebih hijau. Dan juga harusnya lebih canggih. Sanes Can Kapanggih tapina. Mungkin belum ketemu solusinya, belum ketemu caranya. Dan kita akan terus menunggu, berharap dan terus menyuarakan harapan-harapan adanya REVITALISASI PANTAI SANTOLO, RANCABUAYA, dll.

Penataan pantai ini, mungkin akan terjadi juga dalam tahun-tahun mendatang. Seperti penataan pantai Pangandaran oleh pak Gubernur Jabar, seperti penataan pantai Mandalika Lombok oleh pak Presiden, dll. 

Berharap tentu.

Kali ini kami datang kembali kesini dengan semangat liburan bareng keluarga kecil dari teman terbaikku di masa lalu dan masa kini, sampai semoga untuk di masa depan dan selamanya. 

Salah satu teman terbaikku, mengajakku untuk refreshing kesini, dia hendak membawa anak-anaknya yang masih kecil-kecil. 

Kepenatan pekerjaan di Jakarta, merasa perlu untuk kembali ke tempat yang dulu sering dikunjunginya...karena bekerja di proyek listrik desa, yang kebetulan tempatnya di hampir sepanjang pantai selatan Jawa Barat. Dari Sukabumi Selatan...(Surade), Cianjur Selatan (Cidaun-Sindangbarang dll), Garut Selatan (Sekitar Santolo sd Cibalong sana). Tasikmalaya Selatan (Cimerak dll).

Dia sudah hapal betul lokasi-lokasi perdesaan di sana...bertahun-tahun bekerja di pekerjaan listrik masuk desa itu. Dalam Program Jabar Caang.

Jalur-jalur itu sebelumnya juga adalah menjadi jalur touring yang pernah kami jelajahi, di sejak tahun 2014-2015-2016-an. Dan sejak 2016, 2017, 2018, 2019 perusahaan tempat kami bekerja mendapatkan proyek Listrik Desa itu. Dan yang mengawasi pekerjaannya salah satunya adalah temanku ini. 

Masa-masa touring yang lalu itu, jelas telah membekas dalam ingatan kami. Ditambah masa-masa LisDes, jelas telah menancapkan memori yang kuat dalam benak kami, terutama dalam benak teman kami ini. Sehingga karena itulah dia mau mengajakku untuk mengunjunginya lagi kesini. Ke pantai Santolo ini.

Dan karena satu alasan lainnya adalah...dia perlu co driver. Sopir cadangan. Ya, aku diprogramkan untuk menjadi serep...sopir pengganti.

Dengan senang hati ajakan mendadak itu, sore kemarin itu aku sanggupi. Karena, pertama dia adalah temanku, kedua karena aku mau membantu dia, ketiga karena aku juga sudah lama ingin kembali ke sini, ke pantai Santolo ini. Klop sudah.

Itulah mengapa aku bersyukur. Punya teman itu menyenangkan, dan itu harus kita syukuri, kita jaga hubungan baik dan karena teman itu adalah anugrah illahi juga.

Terima kasih temanku yang telah mengajakku kesini lagi. Ke pantai yang cukup indah ini.

Ada banyak hal yang bisa penulis tulis dari perjalanan kali ini, mengingatkan waktu, mengingatkan perjalanan hidup ini dan juga menjadi harapan-harapan untuk masa depan. Buat kemajuan, peningkatan kesejahteraan, demi kebaikan masyarakat dunia akhirat.

Semoga Jabar Juara Lahir Batin itu bisa benar-benar dapat kita perjuangkan dan tercapai dengan sebaik-baiknya. Masyarakat Indonesia yang makmur, sehat jasmani, sehat rohani. Bahagia lahiriah, sentosa batiniah. Dalam naungan dan kecintaanNya. Aamiin.


Berikut harapan kita tentang Santolo ini :

1. Akses Jalan dari Bandung supaya lebih diperbaiki, kualitasnya dan juga aksesibilitasnya lebih baik (jalannya lebih landai, lebih lebar dan lebih ringkas). Mungkin sudah saatnya direncanakan pembangunan jalan Tol, dan kelanjutan rel KA dari pangandaran hingga Pelabuhan Ratu, bahkan sampai ke Banten dst.

2. Penataan Pantainya....Tak boleh ada bangunan diantara jalan dan pantai dan dirubah menjadi taman, penanaman pepohonan supaya menjadi lebih rindang, taman bermain, fasilitas umum dll.

3. Penataan jalan sekitar pantai, ruang parkir dll

4. Pembangunan Mesjid yang lebih representatif dan dekat ke pantai.

5. Perlu ada faktor "woow" disini...dibuat sesuatu fasilitas yang mempersolek, menarik minat pengunjung dst. Semisal Sirkuit balap, Dermaga Internasional, Bandar udara, Taman rekreasi atau hal menarik lainnya............(silahkan kepada para pembaca kalau punya ide, bisa tambahkan di kolom komentar). Karena Woow itu kalau dibalikpun tetap wooW.

Demikian saja dulu kisah kita kali ini, semoga bermanfaat yang sebanyak-banyaknya. aamiin.

Santolo, 03 Oktober 2020


 

Posting Komentar

0 Komentar