Bisikan Malaikat dan Bisikan Iblis di Media Sosial.


Masyarakat kita masih belum bisa menganalisa lebih teliti. Belum mengerti substansi. Belum mengerti dinamika. Belum mengerti sesuatu yang butuh pemikiran, analisa yang mendalam dst. Mereka akan mudah tergiring opini oleh pemberitaan, iklan gincu yang merah dst. Tidak bisa melakukan cek and receck, malas membaca tulisan yang berat-berat dst.

Tak heran kemudian kesenjangan pandangan tersebut sering terjadi antara kaum marjinal dengan kaum terdidik. Demokrasi yang tak mengenal kualitas suara bisa juga mengakibatkan keterpilihan pemimpin yang tidak ideal. Ini memang butuh perang propaganda, perang idiologi, perang media dst. 

Perang media tak selalu dianggap negatif, jika itu digunakan sebagai alat pendidikan politik, menambah wawasan masyarakat dst. Tergantung siapa yang memegang pena, siapa yang megang corong IT, dst.

Tak terelakkan bahwa perjuangan mencerdaskan masyarakat ini selalu menghadapi tantangan yang kini semakin berat karena sekarang ini zamannya internet. Orang baik, orang tidak baik punya kesempatan sama untuk menulis, mempengaruhi orang dst.

Masyarakat tentu saja tidak sama. Mayoritas lulusan SD, SMP, atau Perguruan Tinggi. Rata-rata IPK 2 koma atau IPK 3 koma. Rata-rata suka membaca atau malas membaca. Semua itu akan mempengaruhi nilai rata-rata. Apakah lebih banyak yang intelek atau lebih banyak yang tidak intelek.

Kita sekolah diajarkan bagaimana cara menyusun skripsi, tugas ilmiah dst. Yup, berbasis analisa dan data-data dilengkapi dengan observasi, statistika, rumus-rumus dan maupun definisi-definisi para ahli terkait dst. Dus, bahwa membuat kesimpulan/konklusi itu butuh serangkaian data atau bekal ilmu pengetahuan atau teori-teori dst. Butuh bekal ilmu metodologi penelitian, ilmu statistika, matematika, teori-teori, data-data empiris maupun data-data paktual, dst.


Dalam kaitan ini, misalnya bisa kita ambil contoh tentang kegiatan para youtuber yang begitu banyak pengikutnya dan yang pada akhirnya mereka menjadi terhipnotis dengan konten-kontennya dst.

Contoh bahwa iket Sunda itu bewarna Biru motif batik atau hitam polos bukan putih polos dll. Jika ada pihak yang merasa Sunda tapi memakai iket yang berbeda tentu menjadi menarik untuk kita teliti kenapa itu terjadi, misalnya iket putih yang selalu dikenakan oleh politikus Dedi Mulyadi.

Kegiatan youtube dari pak DM ini memang sering menjadi viral di medsos dll, sehingga beliau cukup terkenal di Jabar maupun di Nasional. Konten dengan kegiatan-kegiatan sosial masyarakat bawah, kaum miskin terbelakang dll memang masih sangat menarik bagi para pemirsa di Jawa Barat khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Itulah menjadi ceruk yang sangat menarik dalam pembahasan ilmu marketing. Termasuk marketing politik dll.



Contoh youtuber populer lainnya juga banyak bermunculan. Ada yang bersifat propaganda politik, ada yang bersifat propaganda agama, dst. Dunia internet, dunia yang bising. Semua pihak bisa "maceuh", orang baik atau orang tidak baik. Asal punya niat kuat, asal punya agenda tujuan, asal punya modal, dst.

Masyarakat menjadi konsumennya. Ada yang bisa mengunyah kembali sebelum ditelannya, ada juga yang serta merta percaya dan ditelan mentah-mentah tanpa saringan ilmu maupun data yang BAL (benar, akurat dan lengkap) dan tanpa bertanya kepada ahlinya, tanpa konfirmasi kepada teori, ilmu pengetahuan maupun logika yang ilmiah. Akibatnya masyarakat menjadi korban pembodohan, korban propaganda, dst. Kita tidak bisa menutup mata dengan semua fenomena di era internet medeso saat ini.

Internet tidak hanya berisi ilmu pengetahuan atau hal-hal yang benar, di internet juga ada berkembang aliran-aliran sesat, informasi yang menyesatkan (sekilas mata terlihat benar), dst. Ada juga hoax, ada juga tipu-tipu, ada juga penggiringan opini, ada juga rayuan politik, dst.

Itu seperti didunia nyata. Ada bisikan iblis, ada juga bisikan malaikat, dll.

Kita memang sedang berperang. Perang ilmu pengetahuan, perang logika dan perang antara kesesatan dan kebenaran. Dan kita masyarakat dituntut untuk mengupdate ilmu pengetahuan, menambah pendidikan, membaca lebih banyak, berlogika lebih baik lagi, dst. Jangan sampai kita mudah tergiring opini, mudah terbujuk rayu. Kita orang sekolah tahu cara menyusun logika, membuat makalah atau skripsi dan tugas-tugas sekolah, seperti itu juga kita terapkan dalam mensikapi atau menerima informasi di era media sosial saat ini.

Orang yang punya rumus tahu cara mengambil kesimpulan dengan benar dan cepat. Ilmu pengetahuan, definisi-definisi, data-data statistika, teori-teori, dll itulah rumus. Ilmu pengetahuan untuk mengambil kesimpulan yang BENAR. Semakin berwawasan semakin mengenal fenomena, semakin pintar semakin mudah mencari kebenaran.

Go Fight and Win...!
Belajarlah terus agar kita semakin terpelajar dan bisa memilah dan memilih dengan benar.

Bandung, 02 Desember 2021 (oh....sebulan lagi kita pindah ke tahun 2022)


#Logis

#NKRI
#Jokowi
#RidwanKamil
#RumahKita1ndonesia
#RumahKerjaRelawan1ndonesia
#RKR1 insyaAllah Juara
#IndonesiaJuara
#RKR1 2024
#RKR1 2029
#RKR1 2034
#ypidea 2021

RK
Reputasi
Kapabel dan kredibel

Mahi
Mahir serta modern
Agamis tur amanah
Humanis sedikit humoris
Intelek, ilmiah dan ber-integritas.


Baca Juga:

2. Memilih Pemimpin

Posting Komentar

0 Komentar