Elektabilitas kang Emil sebenarnya sejatinya ada di 2 besar sebagaimana survey yang diadakan di tahun 2020an atau sebelumnya. Saat itu survey masih original karena belum terindikasi ada survey pesanan.
Melambungnya elektabilitas 2 gubernur itu lebih didorong oleh politik perseteruan identitas dan kubuisme. Residu dari apa yang disebut pertengkaran cebong vs kadrun.
Politik identitas mau tak mau telah menggiring opini publik akan mengerucut kepada 2 kubu tadi. Siapapun pigurnya, tak peduli berkualitas atau tidak. Tetap akan mendapat dukungan dari masing-masing pendukungnya.
Siapapun yang dianggap refresentasi dari kalangan cebong atau pun sebaliknya dari kadrun pasti akan meraup elektabilitas yang tinggi karena alasan tersebut.
Cebong tak akan rido ketika ada capres kadrun dimajukan. Pun sebaliknya, kadrun akan mati-matian melawan usungan cebong. Tak akan lagi menimbang apa itu kualitas, tak menimbang lagi pikiran-pilihan yang rasionalis.
Itulah penomena realita politik saat ini. Kualitas telah disingkirkan oleh rivalitas. Tentu saja, itu bukanlah hal yang positif bagi negara dan bangsa Indonesia.
Kalau lihat kualitas, masih banyak putra bangsa yang lebih layak dari mereka dengan prestasi, Reputasi dan Kinerja mumpuni.
Bagi saya menyerah kepada realitas politik seperti itu adalah bukan pilihan yang tepat, tidak elok, plus tidak elegan. Dan juga mengkhianati hati nurani.
Selamatkan Indonesia dari politik rivalitas yang tak berkualitas seperti itu.
Kita usung, kita dukung capres alternatif yang pas untuk Indonesia lebih baik.
#rk capres berkualitas
#rk capres yang sesungguhnya


0 Komentar