Pantai Santolo
Persiapan Pergi
Sebelas hari yang lalu kukuh sudah kami rencanakan
perjalanan kali ini. Ride to Santolo. Hari ini Sabtu, 20 Januari 2018 awal
tahun yang mempesona.
Rencana sudah ditetapkan tetapi memang semua hal tak selalu
sesuai rencana. Itulah hal biasa dalam kehidupan ini, tak ada yang pasti. Kita
tak pernah tahu apa yang boleh jadi sehari kemudian. Betul.....???
Karena itulah, jika satu dua hal tak terjadi seperti rencana
janganlah menjadi kaget atau kecewa. Gak boleh demikian. Terjadi atau tidak
terjadi, lah namanya juga baru rencana...?. easy going aja....!!
Alhamdulillah, aku kaget sebab temanku tiba-tiba sudah
nampak didepan jalan ini. Itu adalah kejutan sebab tadi aku belum baca watch up
darinya. Kirain sejaman lagi baru datang, eh malah sekarang juga tepat jam
dzuhur beliau sudah muncul...ini mengkagetkan juga.
Untungnya lagi temanku lainnya juga on fire untuk berangkat.
Ya sudah kita sepakati jam dua teng, kita meluncur saja.
Perangkat yang dipakai oleh Dani yang full safety wiring,
jelas telah menyadarkan aku dan juga Diar temanku. Itu cukup membuat kami harus
melengkapi perangkat kami, ini tour yang serius. Maka akupun pulang dulu untuk
lengkapi knee protector dan full body protector ala enjoy touring. Dan temanku
Andiyar juga pergi dulu ke jalan Pungkur untuk lengkapi segala sesuatunya. Jam dua
yang ditunggu itu telah tiba. Kami akan siap sekira 30 puluh menit lagi.
Hmm...molor sedikit...
Bismillah, kamipun telah sangat siap. Motor sudah ready,
kami juga sudah berphoto dulu buat tanda saja dan siap caw....!
Belok kanan, menuju Muhammad Toha, belok kanan lagi menuju
Cigereleng, lurus saja melalui toll gate Padaleunyi, sampai Dayeuhkolot belok
kanan ke arah Baleendah – Banjaran. Dari Banjaran belok kiri ke arah
Pangalengan, ikuti terus jalan itu dan disimpang tiga Pangalengan kita belok ke
kanan ke arah Rancabuaya.
Melewati jalanan itu adalah termasuk latihan bermotor juga,
meningkatkan skill menambah jam terbang, eh jam riding. Melewati beraneka macam
tanjakan, turunan, belokan parabol, belokan patah, belokan kombinasi turunan
dan tanjakan. Pokoknya aneka jenis jalanan lengkap ada. Sering-seringlah
melewati jalan ini niscaya akan membuat rider semakin terampil dan percaya
diri.
Perjalanan pergi kita hanya berhenti sejenak di POM Bensin
Pangalengan, di Cukul karena turun hujan dan juga karena sedikit lapar, serta di jembatan Cilawu
karena tentu demi berphoto ria, terutama karena ini hari akan menjelang menuju malam tentu tak ada kesempatan lagi buat menikmati pemandangannya.
Gerbang Santolo
Sampailah akhirnya di gerbang Santolo. Kita berhenti dulu di sebuah minimarket
untuk beberapa snack dan air minum. Jam sudah menunjukkan pukul 19 WIB, empat
jam perjalanan kami, dikurangi istirahat kurang lebih 40 menit. Total 3 jam 20
menitan. Alhamdulillah sampai dengan selamat dan tanpa kendala apapun.
Ada hal yang karena sedikit licik, kami tak sempat bayar
retribusi kawasan Santolo. Habis penjaganya tidak menghentikan kendaraan kami
sih. Itu mungkin tak boleh dicontoh dan juga tidak boleh diulangi ya...?.
Semoga kedepan itu lebih profesional. Astaghfirullah aladziim.
Sesampainya di pantai, tentu saja kita hendak mencari
penginapan secepat mungkin supaya kita menjadi tenang. Ada bermacam penginapan
dan nampaknya malam ini santolo sedang cukup sepi tak seperti yang sudah-sudah
yang biasanya cukup ramai. Maybe karena sedang musim ombak dan angin “gelebug”.
Ada beberapa range harga, dari yang murah meriah cepe gocap sampai yang gope
keatas.
Kita cari yang low end aja, yang penting bisa tidur tenang dan dekat ke
Pantainya. Kita bertiga kongsi masing-masing cepe, cukup lah. Mungkin karena
sedang sepi jadinya bisa semurah itu.
Pasilitas memang Cuma ada TV, tapi itu lumayan karena
nampaknya malam ini sangat tidak perlu adanya air conditioning, “tiris
mang...!”, anginnya gede.
Kamar pilihan kami kali ini memang cukup strategis, terasnya
langsung menghadap ke pantai tak terhalang apapun kecuali oleh pagar teras yang
setinggi lutut. Kalau kamu mau ke pantai tinggal buka pintunya, itu sudah langsung
berada dipantai. Asyik bukan...?. Pantai ini benar-benar menjadi milik kami
memang. Amazing trip tentu.
Malam semakin berangsut saja, tak terasa ini sudah cukup
larut. Jam satu. Waktunya untuk tidur. Ada dua bed besar di kamar itu cukup
untuk kami semua. Tak terasa sudah, kami sudah ada di alam mimpi lagi.
Suasana Pagi di Santolo
Entah
mimpi apa semalam, aku tak mau mengingatnya. Biarlah yang lalu berlalu. Hanya pagi yang temaram ini yang
ingin aku nikmati, sudah banyak para pengunjung diatas pasir sana dan juga
lainnya sedang bersantai diatas bebatuan hitam, yang lainnya lagi masih dalam
pelukan udara yang dingin bersama mimpinya sendiri-sendiri.
Burung masih terlihat enggan beterbangan, hanya sedikit cicit suara dari arah
atap. Sepi masih dipagi ini, ini pagi terlalu sepi, sepinya karena hari
terlihat cukup mendung tanpa ada sinar matahari. Biarlah kubukakan pintu kamar
ini, supaya udara pantainya leluasa masuk ke pori-pori kamar yang disana dua
teman kami masih terlena dengan dinginnya suasana. Supaya aku tak perlu
mengganggu tidur mereka tetapi juga cukup udara dari laut sajalah yang akan
membangunkannya. Itu kan strategi saja.
Benar saja, satu persatu teman mulai bergeliat dan keluar
kandang. Membuat kami sama bisa menikmati pagi di pantai Santolo yang temaram.
Lautnya luas sekali brow, lihatlah pemandangannya, pasirnya, bebatuannya, puing-puing dermaganya dll. Semua jelas nampak dari sini dari bagku, meja dan teras ini.
Sungguh itu anugerah illahi yang tak ternilai harganya.
Alhamdulillah.
Alhamdulillah.
Kucing yang semalam menemaniku itu, entah ada dimana
sekarang, entahlah. Mungkin ke pasar ikan, mungkin ke dermaga nelayan, atau
mungkin ke warung-warung disana. Entahlah, mungkin dia sudah tak mengingatku
lagi, kini. Aku cukup kangen, aku cukup kehilangan. Hadeuuh, melankolis sekali
ya kan...?.
Tidak apa apa kawan semoga engkau bersenang-senang disana, mendapatkan rezekinya, dan baik-baik saja ya..?. Aamiin.
Tidak apa apa kawan semoga engkau bersenang-senang disana, mendapatkan rezekinya, dan baik-baik saja ya..?. Aamiin.
Lapar tentu membuat kami harus enyah dari kamar ini,
dan juga dari teras ini. Semoga disana da nasi kuning atau bubur ayam yang akan cukup untuk
menegakkan kembali tulang belakang kami yang kayaknya mulai melehoy ini. Berjalan melewati lorong
jalanan, beberapa deret warung nasi, bakso, penjual pakaian dan pasar ikan.
Manusia mulai beraktivitas, masih terlihat enggan. Udara sangat mempengaruhi
suasananya. Kopi hangat membuat jalanan tak seramai seperti seharusnya. Dan
mayoritas lainnya ada disana, diombak dan pantainya. Terutama ibu-ibu,
anak-anak, para remaja, remako dan juga para pemuda pemudi. Disini sisanya adalah beberapa gelintir saja. Tapi semua keadaan disini itu tetap terlihat sem...pur...na.
Rencana kami adalah hendak ke dermaga peninggalan Belanda dulu yang ada di pulau sana,
dan lalu melihat beberapa pemandangannya disana, setelah itu barulah kemudian balik lagi untuk bermain
air, naik banana boat mungkin dan atau lain sebagainya.
Sewa Perahu.
Naik perahu nelayan, cukup bayar sepuluh ribu per orang,
kita bisa susuri muara dan sungai ini menuju curug cilaut eureun, yang ada di bawah jembatan narsis. Dan tentu kemudian untuk menyeberanginya menuju ke pulau Santolo yang tak jauh. Pepohonan dari pulau Santolo nyata terlihat rapat
dan sangat akan bagus untuk difilmkan. Namun sayang kami tak melihat ada ikan atau
binatang airnya. Mungkin kami terlalu fokus ke pemandangan diatas dan lupa ke
pemandangan dibawah airnya. Ini itu sudah cukup menghipnotis soalnya.
Ah memang pemandangan ditempat yang sama tidak menjamin selalu bisa
sama di setiap waktu, karena berbeda hari adalah berbeda segalanya, cuaca, ombak dan air, orang, binatang, dan faktor-faktor
lainnya. Semua itu jelas mempengaruhi dan terutama juga perasaan orang akan tidak selalu sama. Yang jelas ini hari begitu indah, begitu bersahabat buat dinikmati dan bagus untuk dikenang dan untuk di insyafi.
Lihatlah pasir yang putih dan suci di sekitaran pulau Santolo, dibawah rerimbunan pepohonan yang sejuk dipandang mata, dan kemudian disebelah kanannya adalah tumpukan
batu batu hitam sebagai pemecah gelombang, dan didepan sana adalah reruntuhan dermaga buatan orang Belanda. Kita juga melihat Si bapak
nelayan yang tetap saja "ngecrik” walau nampaknya gak mudah mendapat ikan dipagi begini, namun tetap harus mencoba. Kemudian diseberang sana
berjejer, ramai para pemancing yang sibuk. Itulah pemandangan yang bisa kita lihat di pagi ini.
Kami pun beranjak menuju ke tengah pulau untuk menyusuri sebagianya, dan juga ke dermaga dan ke karang layar. Berphoto sedikit di
pantai karang yang dihiasi ceruk-ceruk kecil yang dihuni beraneka jenis ikan-ikan kecil yang beraneka warnanya, biru kuning, kelabu dan hijau.
Hari memang sudah menuju siang, kami masih ingin menikmati tempat lainnya. Banana boat, itu tujuan penting lainnya. Jam sembilan sebenarnya, hanya lebih beberapa menit.
Hari memang sudah menuju siang, kami masih ingin menikmati tempat lainnya. Banana boat, itu tujuan penting lainnya. Jam sembilan sebenarnya, hanya lebih beberapa menit.
Souvenir Khas Pantai
Di Santolo, seperti di Rancabuaya atau pantai lainnya, juga
tersedia oleh-oleh buat buah tangan. Ada aneka ikan, udang, kepiting laut, dll.
Bagi yang berkeluarga itu adalah jajanan wajib mungkin. Bagi
yang masih sendiri juga ada oleh-oleh pakaian, cinderamata olahan nelayan
dll. Kami berbelanja sesuai kapasitas dan status pribadi masing-masing saja.
Buat apa beli ikan kalau tak ada yang memasakannya bukan...?, demikianlah.
Nah, kamipun kembali ke kamar untuk persiapan bermain air,
buka celana, buka sandal, buka pakaian (eh bukan telanjang loh). Dan turunlah....!! memantai....!. ratusan
orang sudah ada disana, bermain ombak, bermain air dan juga bermain pasir.
Entahlah kenapa kita manusia begitu senang untuk bermain pantai, itu karena
ombaknya yang tiada henti seperti mengajak kita untuk bermain bersenang-senang
saja. Tak selalu anak-anak, remaja, dewasa, tua muda...semua sama saja. Pantai ini
memang untuklah dinikmati. Suara deburan ombaknya adalah simponi, seirama
dengan suara camar yang mengamati dari langit dan juga pepasirnya yang putih menghiasi bibir pantainya. Itu adalah wahana yang tepat untuk kembali menjadi bahagia.
Semakin lama, semakin siang, matahari belum juga menerangi.
Itu semakin membuat kita betah berlama-lama pantai ini. Apalagi ombaknya juga makin
bersemangat mendeburkan buihnya, membentuk gelombang yang silih berganti saling
susul menyusul, kadang cetek kadang membesar. Entah siapa yang membuatnya harus
demikian...?. Sungguh semua itu membuat seimbangnya kehidupan ini, yups....mungkin begitu. just, i see, i guess...!.
Temanku yang satu terlalu memikirkan hari esok, besok bagaimana dan ada apa dan seterusnya, padahal kita juga sama besok akan bekerja juga. Kelihatan sudah tak tenang kiranya, dan gelisah saja dari tadi. Selalu saja mengajak kami untuk segera pulang dan kembali.
Sebenarnya besokpun dia akan ke sisni lagi, karena sedang ada pekerjaan di sekitaran sini. ya mungkin karena itulah maka dia tak ingin besok jadi kelelahan dan tak ada sempat untuk beristirahat di hari ini dan malam nanti.
Sebenarnya besokpun dia akan ke sisni lagi, karena sedang ada pekerjaan di sekitaran sini. ya mungkin karena itulah maka dia tak ingin besok jadi kelelahan dan tak ada sempat untuk beristirahat di hari ini dan malam nanti.
Ya sudah, hari memang sudah
hampir dzuhur, kamipun siap untuk ceck out. Si kucing yang tadi kurindu seakan
tahu saja bahwa aku akan tak lama lagi meninggalkan Santolo ini, ia pun tiba-tiba datang kesini menemuiku lagi.... tuh kucingnya...membuatku merasa tak percaya dan tentu merasa sangat senang bagaikan
menemukan kembali sesuatu yang seharian hilang dan dirindukan.....itu adalah bagaikan suatu "keajaiban". Ada kontak batin rupanya.
Rasa pulang tentu berbeda dengan
rasa datang. Dalam perjalanan pulang ini, sudah membekas bayang-bayang
sepanjang hari tadi dan juga dari kemarin. Kenangan itu sudah menjadi kenangan yang
indah. Yang boleh dikenang untuk sepanjang masa nanti. Sudah menjadi bagian dari memori, bagian dari my sweet memory..uhuk-uhuk.
Perjalanan pulang juga adalah
riding juga.
Menikmati indahnya pemandangan pesisir pantai selatan yang semalam
tak terlihat itu, kini begitu nampak jelas terhampar di sepanjang perjalanan kami.
Beberapa momen riding kami buatkan videonya.
Yaah............,
begitulah cara kami
menikmati holiday.
Pulang kembali menyusuri jalanan
kemarin, melewati Rancabuaya menuju Cisewu dan Pangalengan.
Beberapa kali kami berhenti demi
pembuatan videonya, Cilawu, dan juga Curug Cibodas Cirahong nan aduhai semata. Berhenti hanyalah untuk menikmati keindahan nya. Suatu
saat nanti bisa saja ini akan menjadi lokasi wisata yang modern, yang tentu akan menarik banyak pengunjung.
Potensi ini mungkin belum tergali sepenuhnya. Semoga ini akan bermanfaat untuk semuanya. Dan juga tetap terjaga keasriannya.
Aamiin.
Demikianlah jurney kali ini. Semoga ini ada guna dan paedahnya, Semoga.
#with kami bertiga.
#ngabolang....!
#with kami bertiga.
#ngabolang....!
Santolo Yang Tertunda, kini sudah tak berlaku lagi.
2 Komentar
mntp
BalasHapusThank u
BalasHapus